Perempuan & Egonya Part 16


Perempuan & Egonya
Part 16


Patah hati terkadang membuat sebagian orang benar-benar terpuruk dan semakin berlarut-larut dalam kesedihannnya, namun bagi sisanya mereka akan dengan mudah bangkit lagi menata kembali hati mereka yang telah patah, menjadi pribadinya kembali dengan dibantu oleh waktu,
iya..waktu adalah sahabat terbaik bagi mereka yang terluka, bersabar dan menunggu. Waktu adalah obat penyembuhan terbaik, bisa cepat dan lama tergantung pribadi yang mempercayakan hatinya pada waktu untuk menyembuhkannnya atau tidak sama sekali.
begitu juga dengan jalan kisah seorang Gloria Renatha, menyibukkan diri dengan tugas2 kuliah, aktivitas kampus dan fokusnya untuk menjadi asisten dosen Pak Mifta membuatnya melupakan sejenak masalah hatinya. Reinatha telah bangkit, menemukan dirinya kembali, dia bahkan lupa bagaimana hatinya terluka dihari kemarin, semester demi semester dilaluinya dengan fokus belajar dan nilai-nilai yang sempurna, ini adalah semester awalnya menjadi seorang Asdos.

"Gileeee, bener.....sibuknya minta ampun, dikit-dikit ke perpus dikit-dikit ke perpus ibu Asdos ini" Sapa Teddi

"Tugas elu udah kelar belum?urusin tuh tugas Pak Mifta cepet, malu gue kalau elu belum ngumpulin"

"enak yah punya teman Asdos gini apa-apa dipermudah" canda Teddi

"oh, jadi elu manfaatin gue! Ok gue manfaatin elu balik yah" kata Reinatha kesal sambil menutup buku bacaannnya

"weits.....jangan gitu dong, betewe Anna ngajakin makan siang bareng ikut yuk...." Rayu Teddi

"Cie...cie yang udah semakin sering makan siang bareng berdua tumben kali ini ajakin gue,ada apa nih perayaan hari jadi???iya iyaaa??" goda Reinatha

" Gak lah....." Jawab Teddi santai

" Jadi sampai sekarang elu belum nembak juga? Ya ampun Ted udah 8 bulan loh...ibarat perempuan hamil bentar lagi lahiran dan elu belum nembak-nembak juga? lama lu!!!"

"gak segampang itu Rein...."

"gampang lah, tinggal bilang Ann gue tuh udah lama banget suka sama elu, mau gak jadi pacar gue? gitu doang apa susahnya sih???kan elu bukan ngajakin nikah kan?" Reinatha kesal

"mulut lu...mulut elu Rein, kalau gak lemes kaya oli bukan Reinatha yah...yah gak semudah itu mengakui perasaan, saat elu udah nyaman lu pasti punya perasaan takut ditolak dan gak mau kehilangan moment2 kaya gini, udah akrab dan dekat lalu berubah kalau dia bilang kita kaya gini yah temanan doang" jelas Teddi

" Emang semua cowok tuh sama yah, egois. belum juga mencoba udah takut duluan!"

" ini elu lagi ngomong sesuai pengalaman pribadi elu, apa gimana nih...??" canda Teddi

"Hemmmmm Jangan mulai deh!!"

" Iya...iya sorry, tapi jadikan ikut kita makan?"

" Iya tapi agak telat yah, gue masih ada kelas junior 2 SKS gantiin Pak Mifta "

"Iya...iya kita tungguin deh tenang aja ibu Asdos.....eh, Rein si siapa mantan elu tuh?"

"Bagas.."

" iya si Bagas Bagas itu masih teror elu gak sih?" Selidik Teddi

"Kayaknya dia bakal kirim pesan2 ngancam gitu kalau dia lagi gabut aja sih menurut gue, udalah santai orang gue gak punya pacar ini"

" Kenapa elu gak mau lapor aja sama Mas Bima atau sama Bokap elu sih?"

"Ngapain? gak penting! Bagas ini!.... udalah cuma iseng, dia itu gak suka aja kalau gue punya pacar, kan gue gak punya pacar..."

" iya sekarang, kalau nannti elu punya pacar gimana?"

"udah ah, gak penting bahas orang sakit kaya dia...udah biarin aja....jauh gini, gue cabut yah kelasnya bentar lagi mulai bye....." pamit Reinatha

"Good luck bu Asdos....."
Jam makan siang, Anna dan Teddi telah sampai di restoran langganan mereka dan sedang menanti kedatangannnya Reinatha

"Jam berapa kelarnya sih?" Tanya Anna penasaran setelah menunggu lama

"bentar lagi tadi katanya udah di jalan kok" jawab Teddi

"Kamu mau makan apa?" sambung Teddi sambil membuka buku menu makanan di depan meja

"Mas Nathanaaaaaaa?....." Teriak Anna tiba-tiba

"Nathan???????" Teddi kaget dan melihat ke arah orang yang dipanggil Anna barusan. Benar saja dia Nathan, lengkap dengan pakaian Dinas Lapangannya yang gagah membentuk badannya, aura ketampannnanya makin bersinar dibalik seragamnya. senyumnya ramah melihat Anna dan Teddi

"Ya ampun mas.....apa kabar? kok bisa disini?" Anna girang

"Baik, kalian apa kabar? aku tugas di Jogja sekarang" Jawab Nathan

"Baik....kita baik mas, ya ampun mas senangnya lihat mas Nathan lagi, mas Nathan mau makan kan? bareng teman? mau gabung bareng kita gak?" Tawar Anna

" Tadi bareng teman-teman baru aja habis makan, gak papa deh aku temanin kalian aja, lagian udah lama juga kita gak pernah ketemu yah"

"Iya Mas Nathan sih gak bilang-bilang kalau udah tugas disini sekarang, kan kita gak tau" manja Anna

"Iya maaf, cuma gak mau ngerepotin yang lagi sibuk kuliah aja hehe" canda Nathan

"Aku sih gak sibuk! Reinatha tuh yang sibuk banget sekarang....gila gila belajarnya,ini aja kita lagi nungguin.......upsss...." saking girangnya Anna lupa kalau dia bercerita tentang Reinatha di depan Nathan, hampir saja keceplosan dan tak sadar akan situasi yang terjadi. Reinatha sebentar lagi datang, kalau Reinatha melihat ada Nathan disini bisa bahaya. Anna seketika panik sambil menutup mulutnya dengan kedua tangannya takut keceplosan lagi.

"Oh iya Reinatha mana?" Tanya Nathan

Anna dan Teddi saling memandang dan bingung harus menjawab apa. saling memberi kode dari tatap mata, gimana ini? kalau Reinatha datang bagaimana?
Alam seperti sedang merestui pertemuan ini, Reinatha yang datang ketika melihat Anna dan Teddi langsung mendekati mereka tanpa memperhatikan sekeliling lagi kalau ada sosok yang lain yang sedang duduk membelakangi Anna dan Teddi, walau sudah diberi kode oleh Anna dan Teddi dari jauh tapi Reinatha tak memperhatikannnya dengan jeli.

"Hei sorry gue telat......udah pada pesan makan?" Reinatha menarik kursi tepat disamping sosok yang baru duduk beberapa menit di depan Anna dan Teddi itu, Reinatha belum juga sadar siapa pria yang kini duduk tepat disampingnya dan sedang menatapnya dengan tatapan rindu.
Reinatha menarik buku menu yang dipegang Teddi dan membolak-balik menu makanan untuk dipilih, sambil menyadari situasi hening diantara mereka.

"Pada kenapa sih? aneh...deh......" Reinatha menutup buku menu dan memperhatikan Anna dan Teddi dengan seksama, bola mata Anna dan Teddi seakan memberi kode untuk Reinatha segera melihat kesosok orang yang sedang duduk tepat disamping kursinya. Reinatha menoleh dan............
Look who is here??
"Eluuuuuuuuuuu......??ngapain lu disini?" Reinatha kaget setengah mati sambil berdiri dari kursinya ketika melihat Nathan

sontak mereka semua pun ikut berdiri

"Hei Rein....apa kabar?" Nathan mengulurkan tangannya untuk bersalaman. uluran tangan Nathan ternyata tak diterima baik oleh Reinatha.

"Rein, aku yang......ngajak mas Nathan gabung sama kita" Anna mencoba menenangkan Reinatha
Reinatha yang mulai sadar akan reaksinya melihat Nathan begitu berlebihan langsung mengalihkan sikapnya seakan tidak sedang terjadi apa-apa diantara mereka.

"Oh iya, sorry yah gue lupa. gue belum sempat ngasih laporan sama Pak Mifta kelas yang tadi, jadi gue gak bisa ikut makan sama kalian. kalian lanjutin aja....gue pamit yah...." Reinatha mengambil tasnya dan hendak berlalu pergi, sayang kepergiannnya ditahan Nathan.

lagi dan lagi tangan yang sama sentuhan yang sama juga yang akhirnya menahan Reinatha, kali ini ada yang berbeda ketika Reinatha melihat tangan yang sedang menahan tangannya untuk tidak pergi itu, ada sebuah jam tangan yang dia kenal betul.

"Kamu gak usah pergi, aku yang akan pergi kok.....Ann, Ted aku pamit yah" Dilepasnya tangan Reinatha dan pergilah Nathan. Reinatha bahkan tak menoleh sekalipun melihat kepergian Nathan.
Reinatha duduk kembali dikursinya dengan lemah, seperti sedang memikirkan sesuatu. keadaannnya membuat Anna dan Teddi makin khawatir.

"Rein...Rein.....Reinathaaaaa" panggil Teddi pelan ,mencoba mengetes apakah Reinatha sedang berada bersama mereka saat ini atau pikirannnya sedang melayang jauh. sontak Reinatha membuat mereka terkejut saat spontan menepuk meja dan mengajukan pertanyaan pada Anna

"Ann lu enggak ngasih hadiahkan ke Nathan?" Selidik Reinatha

"Hadiah apa?" Anna takut

"Hadiah wisudanya dia dari gue waktu itu, yang udah gue suruh elu buang, ingat kan?"

"udah aku kasih kok..."jawab Anna pelan takut diomelin

" Apaaaa????kok bisa???kapan????kan udah gue suruh elu buang!!!!"Reinatha panik

"Yah maaf, waktu itu pas Mas Nathan kerumah cariin elu terus gue ngasih"

"Aghhhhfffffffff!!!"Reinatha mengacak-acak rambutnya seperti orang yang sedang frustasi

" Rein, are you ok?"Cek Teddi

"I am not Ok Ted, I am not Ok.....tadi elu lihatkan yang duduk disamping gue siapa? orang yang engak ingin gue temuin sama sekali dan berani-beraninya dia .....dia duduk disamping gue? punya perasaan gak sih dia? tau gak dia kalau gue gak suka sama dia??sok kegantengan banget!!! sebel gue" Marah Reinatha

Anna dan Teddi saling memandang tanpa berkata satu katapun supaya aman meredahkan marah Reinatha.

Berbulan-bulan menata hati untuk kuat, mendengar sapaan Hai saja aku luluh??? heiii Reinatha! Wake up!! elu mabuk?? itu Nathan, pria brengsek yang sama aja kaya Bagas! harusnya elu itu benciiii sebenci bencinya sama dia! Fokus Nathan is not your world anymore, siapa dia???eyuuuwwwww.....

Sepanjang malam Reinatha dihantui pikirannya sendiri tentang sosok Nathan yang dijumpainya siang tadi tanpa disengaja.
berbanding terbalik dengan dunia Nathan saat ini,
melihatnya saja sudah menyembuhkan rindu yang terlanjur tertumpuk untuk dirinya, marahnyapun ternyata aku rindukan. Kenapa dia begitu istimewa selalu punya cara menarik ku kembali dalam dunianya. aku hanya perlu menunggu sampai waktunya tepat, iya kan? Nathan dan pikirannnya sedang berbahagia sambil di pegangnya jam pemberian dari Reinatha itu.

"Rein, perasaan elu tuh sebenarnya gimana sih?"Anna random bertanya saat menjelang tidur

"Gimana, gimana maksudnya?" Reinatha menyimak

" Yah perasaan elu gimana? maksud gue sama Mas Nathan...aku tuh bingung aja" Anna memberanikan diri

"Perasaaan? sama Nathan? Ufffhhhhhhhh!An, I just don't wanna hear nama Nathan lagi, please!"

"Yah kenapa? elu tuh gak pernah cerita, sebelumnya gak kaya gini. sekarang kenapa???ada apa sebenarnya?" paksa Anna

"Ok.....Ann aku nggak mau ngerusak hubungan orang"

"Maksdunya?"

"Mas Nathan mu itu sudah punya pacar, aku gak mau jadi perusak hubungan mereka"

"Pacar??? siapa??? Mas Nathan itu gak pernah pacaran dari dulu Rein" Bela Anna

"Oh yah? itu yang elu tau tentang mas Nathan elu kan? nyatanya gak seperti itu..." sindir Reinatha

"Beneran Rein....dia tuh gak pernah pacaran seriusan Rein" Bela Anna lagi

"Udalah Ann, aku gak mau berdebat cuma gara2 mas Nathan mu doang! See.... I have a lot of tugas disini" Reinatha menunjukan tumpukan buku-bukunya

"Tapi elu sukakan sama mas Nathan?" Tanya Anna lagi

"Annaaaaaaaaaaaa........"

"Aku cuma pingin tau Rein, kamu berbeda kalau didepan mas Nathan" selidik Anna lagi penasaran

"Sekarang kalau aku balik pertanyaannya, kamu suka gak sama Teddi?"

Anna terdiam tak bisa menjawab.

"Gak bisa jawabkan, sama kaya aku....udalah aku mau ngerjain ini dulu" potong Reinatha. Anna berdiri dan hendak keluar dari kamar Reinatha sambil berbalik

"Kalau aku suka sama Teddi, kamu juga suka kan sama Nathan? Perasaan kitakan sama, sama-sama gak bisa mengakuinya saja" Jawaban Anna kini berbalik membuat Reinatha yang tak bisa membela diri.

Hari berlalu dengan begitu cepatnya, weekend terasa begitu membosankan dirumah dirumah dan lagi lagi dirumah entah berapa semester sudah yang dilalui Reinatha menikmati weekend dengan selimut dan laptopnya dari kamar.

"Yakin gak mau ikut?" Bujuk Anna lagi, yang punya janji akan keluar menikmati weekend diluar

"enggak ah....dirumah aja" jawab Reinatha

"Bener nih? "Anna memastikan

"Udah sana nikmati your day, salam aja buat Teddi aku titip martabak yah kalau pulang" Goda Reinatha

"Ya udah aku pergi yah..."

"bye.....have fun....Love you"

"Love you more...."Anna kembali lagi sebelum benar-benar pergi meninggalkan Reinatha

"Janji yah ntar gak bakalan marah sama aku" Manja Anna
"Marah kenapa?"
"Janji aja dulu, kalau gak janji aku gak pergi nih..."
"iya...iyaaa..iyaaaa terserah elu dah, sana sana....udah ditungguin Teddi tuh "

Sejam berlalu, rumah sepi hanya ada Reinatha seorang diri tiba2 pintu rumah diketuk, tanda kedatangan tamu.
"Iya bentar....." teriak Reinatha dari dalam rumah, dibukanya pintu dan ternyata Nathan berdiri didepan rumahnya

"Nathan????????" Reinatha kaget

"Kamuuuuuuuuu......ngapaaaaainnnn?"

"Boleh masukkan?" Tanya Nathan basa-basi dan langsung saja masuk ke dalam ruang tamu

"Kamu ngapainnnnnnn kesini?" Reinatha panik setengah mati

"ini martabak titipan kamu" sambil memberikan seplastik martabak

"Kok bisa sama kamu? aku titipnya sama.......oh,,,, I see......lu disuruh Anna? makasih yah" Jawab Reinatha culas dan jutek

"udah kan ini doang......apa lagi?" tanya Reinatha lebih galak lagi

"Aku kangen" Jawaban Nathan simple namun tak diduga

Apa???Kangen???apa gue gak salah dengar? Nathan barusan bilang dia kangen???wah gak waras dia!!!! berani beraninya dia ngomong kaya gitu!!

"Apaaaaa???apa barusan lu bilang?apa gue gak salah dengar? wah....." senyum kesal Reinatha mulai nampak, langsung saja Nathan membuat aksi berani dan spontannya memeluk Reinatha, membuat Reinatha tak mampu lagi melanjutkan kalimatnya. badannya yang tadinya kaku dan tegang karena emosi perlahan lemah tak mampu menolak pelukan tiba-tiba Nathan ini. tubuhnya tak bisa melawan mulutnya kaku, denyut nadinya sebentar lagi terdengar oleh Nathan.
Nathan melepaskan pelukannnya, manatap Reinatha dengan tatapan kasnya penuh cinta dan dalam

" Aku sudah pernah bilangkan kalau aku suka sama kamu...dan aku gak butuh jawaban atas perasaan kamu untuk ku, kali ini aku datang untuk meminta jawabannnya" Kalimat Nathan membuat Reinatha tak mampu berpikir jernih. pikiran kacau, seperti mimpi akan apa yang baru saja terjadi.

"aku nggak akan maksa...kamu punya semua waktu ku untuk berpikir" Begitulah kalimat yang keluar dari mulut Nathan, sambil berlalu pergi meninggalkan Reinatha dengan pikiran kalutnya sendiri akan apa yang baru saja terjadi.

Kepergian Nathan, membuat Reinatha menjadi bisu. sekali dicubit pipinya sendiri untuk memastikan yang baru saja terjadi itu bukan halusinasinya, dilihat di tangan kanannya ada seplastik martabak yang benar di bawah Nathan barusan.

"Apa gue halu yah? atau Nathan yang lagi gila??? bisa-bisanya dia ngomong gitu! terus gimana sama pasangan serasinya di acara wisuda kemarin, Citra? wah...drama apa lagi kini!! dan dengan begonya kenapa gue gak bisa protes akan hubungannnya dengan Citra saat dia bilang suka sama gue???Nathan.......brengsekkkkkkk!" Reinatha membuang martabak yang dipegangnya.
Aku sudah lega,

setidaknya kamu sudah tau, tak pernah ada waktu untuk ku melupakanmu sedikitpun.
Bagaimana bisa aku lupa? bukannya semua waktu ku sudah kamu ambil, kamu sudah melunturkan ego dan keras ku. Menunggumu bukan satu hal yang mudah, namun mencintaimu bukan suatu hal yang sulit. dirimu terlalu istimewah untuk aku tinggalkan begitu saja, kamu adalah sesuatu yang memang sudah seharusnya aku perjuangkan....
Reinatha, aku rindu...
Nathanael Sean 💕


Comments

Popular posts from this blog

AS " Arkana & Sabrina" (Part 4)

Perempuan & Egonya Part 20