Perempuan & Egonya Part 18
Perempuan
& Egonya
Part
18
Mendapat kabar akan kondisi Nathan
saat ini, Reinatha memutuskan untuk terbang menemuinya langsung ke Jogja, Di
Rumah sakit tampak semua orang yang mencintai Nathan sedang berkumpul menunggu
hasil pemeriksaan dokter
"Tante...Tante, Nathan gimana keadaannya?" Reinatha panik
"Nathan masih belum sadar Rein,Tante udah nggak tau harus ngomong apa
lagi, kita lagi tunggu apa kata dokter" Tante Risma terlihat lemah
Ayah Nathan yang menerima telfon
dari salah satu kerabat di pihak kepolisian menyampaikan perkembangan kasus
Nathan
"Buk, kata polisi salah satu pelaku telah di tangkap tinggal 4 nya lagi
dalam pengejaran polisi, kita tunggu kabar selanjutnya yah tapi Ayah harus ke
kantor polisi dulu untuk urus kasus ini " Kata Ayah Nathan
terlihat dari raut wajah semua orang
yang berada disini semua nampak kacau, panik, lemah, kecewa dan berharap Nathan
akan baik-baik saja
"Brengsek emang tuh manusia!!!" Sahut Kiel, yang terlihat jelas
menahan emosinya akan pelaku begal terhadap adiknya itu
Dokter tiba-tiba keluar untuk
menyampaikan kondisi Nathan
"Dok, gimana keadaan anak saya?" Tante Risma khawatir, orangtua
mana yang masih tetap tenang mendapati anaknya dalam keadaan seperti ini
"Nathan, telah melewati masa kritisnya, tapi untuk saat
ini kondisinya masih belum stabil dia masih belum sadar, dia butuh cukup
istirahat, silahkan kalau bapak-ibu ingin masuk dan menemui Nathan" Jelas Dokter
Semua orang masuk untuk melihat
kondisi Nathan, namun tidak dengan Reinatha kakinya begitu berat untuk
melangkah masuk dan menemui Nathan.
"Ayok, Rein....." Ajak Kiel
Reinatha bingung apa yang harus ia
lakukan, ia bahkan belum menyiapkan dirinya melihat Nathan dalam keadaan
setengah sadar, penuh luka jahitan terbungkus perban rumah sakit dan harus
butuh bantuan oksigen untuk bernafas.
"Aku disini aja Ki...." Tolak Reinatha halus
Hezkiel pun akhirnya memutuskan
untuk menemani Reinatha diluar
"Ada yang mau aku ceritain ke kamu Rein, sorry to say Nathan nggak mau
aku cerita ini but I think kamu harus tau" Kiel tersenyum tipis dan
melanjutkan kalimatnya
"Nathan itu bego, Dia hanya nggak tau gimana caranya
mendapatkan hati kamu Rein, kamu tau dia terlalu gengsi untuk ngundang kamu
datang ke acara wisudanya makanya dia pake nama aku untuk mengundang kamu dan
minta aku untuk mencari kamu disana, Dia sedang berjuang untuk dapatkan hati
kamu tapi dia hanya nggak tau bagaimana caranya....." Jelas Hezkiel
"Maksud kamu, yang texting aku buat datang itu Nathan,
bukan kamu?? dan yang kamu ketemu aku disana itu bukan kebutulan?" Reinatha memastikan
"Yuapz!! Dia yakin kalau kamu bakal datang makanya dia
minta aku buat mastiin itu, dan benar kamu ternyata datang...."
"Tapi.....maksud aku kenapa?? yah kenapa aku gitu loh, Ki? Nathan kan
udah punya pacar"
"Pacar? Siapa?hehehe kok aku nggak tau dia punya
pacar?"
" Itu yang waktu diacara wisuda, cewe
yang........."
Tiba-tiba Citra datang memotong
pembicaraan Reinatha dan Hezkiel
"Ki, Nathan gimana keadaannnya?Nathan dimana sekarang?
semalam we just called dan pagi ini I got the news kalau dia seperti ini!!! It’s
crazy Impossible!!!! Is he ok?"
Citra nampak panik
"Tenang dulu Cit, Nathan baik-baik saja hanya emang belum sadar sampai
sekarang" Jelas Kiel
What???? semalam mereka telfonan?
kok bisa? Nathan bukannya dari sore dirumah gue sampai malam,bisa-bisanya dia
telfonan sama Citra??? Waoooooooo!! Apa jangan-jangan gara-gara telfonan sama
Citra di jalan pulang makanya dia kena begal kaya sekarang?? Pikiran Reinatha
mulai kacau, ia mulai menyesali kehadirannya di Rumah Sakit kini.
"I want to see him"
Citra kemudian masuk untuk menemui
Nathan begitu juga Reinatha dan Hezkiel
Didalam ruang rawat yang sempit ini,
Tante Risma terus saja menangis melihat kondisi Nathan
"Pak....anak kita pak, Nathan bangun sayang ini
mama" Isak tangis tanta Risma membuat
semua orang yang berada disitu ikut menangis
"Kiel, bareng papa kita ke kantor polisi sekarang" Ayah Nathan dan Hezkiel harus segera menuju kantor polisi
untuk mengurus perkembangan kasus Nathan
"Ki, kabarin aku yah perkembangannya" Pinta Reinatha
"Ok, titip Nathan yah Rein....." Jawab Hezkiel
Dokter kemudian datang lagi untuk
menyampaikan pesan
"Mohon maaf sebelumnya, ibu-ibu demi kenyamanan pasien
cukup satu orang aja yang menemani pasien disini yang lainnya boleh tunggu di
luar yah..."
"Aku aja yang disini......."Reinatha dan Citra menjawab secara
serempak membuat semua mata seketika memperhatikan mereka berdua
"Tante, aku aja yang disini yah biar tante istirahat
dulu..aku nggak papa kok jagain Nathan disini" Kata Citra halus
"Nggak usah Cit, biar aku aja yang jagain Nathan disini" Sambung Reinatha
"Aku aja yang jagain Nathan, kamu temani tante Risma aja tunggu diluar,
nanti kalau Nathan udah sadar aku kabarin" Jawab Citra terdengar mulai
kesal
Tak mau kalah Reinatha sedikit
nyolot
" Nggak usah repot-repot, lagian kamu bukannya harus
kuliah yah? kenapa masih di Indonesia? biar aku aja yang jagain Nathan"
" Aku lagi liburan disini so I have many times buat
jagain Nathan disini jadi kamu...."
Jawab Citra
"Udah udah, ini kenapa jadi pada ribut disini sih! ya
sudah Reinatha, tante titip jagain Nathan yah kabarin kalau Nathan udah sadar,
ayo Anna, Citra kita tunggu diluar saja biar Nathan bisa istirahat" Ajak Tante Risma
kini tinggal Reinatha seorang diri
yang menemani Nathan, setelah kepergian Citra, Tante Risma dan Anna, Reinatha
mulai berpikir betapa nekatnya dia nyolot di depan pacarnya Nathan hanya untuk
menjaga Nathan!!
ahgggfffffffffff bego banget nggak
sih gue, atas dasar apa coba harus banget gue nyolot kaya gitu??? Entar
dipikiran Citra aku cewe perusak hubungan mereka, gimana dong??? ahhhhh
Reinatha, beg..bego...begoooo!!!!
diantara kepanikan yang
diciptakannnya sendiri saat melihat wajah Nathan yang sedang tertidur lelap
hatinya mulai sedikit tenang dan dilanda rasa bersalah. dipandanginya wajah
Nathan dalam-dalam, Hatinya mulai menangis, tangannya menggenggam jari jemari
Nathan yang lemah itu
"Maafin aku yah udah jahat banget sama kamu......bangun
dong pleaseeeee"
Katanya pelan
berjam-jam sudah berlalu, Reinatha
akhirnya tertidur pulas sambil terus menggenggam tangan Nathan, Nathan akhirnya
sadar dilihatnya Reinatha sedang tertidur pulas disamping ranjangnya, Nathan
tersenyum bahagia diantara rasa sakitnya, di gerakannnya tangannya pelan untuk
mengusap rambut Reinatha dengan penuh sayang sambil terus memandanginya. Nathan
bahkan tak berniat membangunkan Reinatha sedikitpun, Sampai kedatangan seorang
suster yang hendak mengganti infus, Nathanpun memberi kode agar dilakukan
suster dengan diam-diam supaya Reinatha tak terganggu tidurnya.
"Pacarnya yah mas?" Tanya suster kepo dengan berbisik-bisik
"Iya Sus, doain yah..." Jawab Nathan ramah
"Pantesan disayang banget, cantik orangnya mas...." Puji Suster
"Infusnya saya ganti yah mas" sambung suter lagi, Nathan sedikit bergerak menahan
kesakitan saat obat mulai masuk melalui selang infusnya, hingga membuat
Reinatha terbangun
Masih dengan setengah sadarnya,
Reinatha hanya melihat Suster yang sedang mengganti selang infus Nathan
" Sus.....Sus gimana keadaan nya?" Reinatha panik
"Tanya langsung aja yah mba sama pacarnya...." Goda suster
sambil memberi kode kalau Nathan telah siuman dari tadi
"Kamu udah sadar.....ada yang sakit nggak?" Reinatha nampak khawatir, Pertanyaannya hanya di jawab
dengan senyuman manis dari seorang Nathan
"eh.....kamu mau kemana?"
Tanya Nathan melihat Reinatha
tiba-tiba ingin keluar meninggalkan nya
"Aku mau panggil yang lain dulu diluar, mau ngasih tau kalau kamu udah
sadar"
Reinatha tampak lugu dan polosnya
"Nggak usah, sini jangan jauh-jauh, aku masih sakit loh
ini" Manja Nathan
"Tapi.....itu diluar......."
"Udah nggak papa, kamu aja yang disini tadi tanyakan yang mana yang
sakit, tangan ku sakit loh ini..." Goda Nathan
"Terus aku harus ngapain?"
Reinatha nampak bingung melihat
Nathan yang pura-pura kesakitan didepannnya
"Yah di pegang aja kaya tadi biar sakitnya hilang"
Pinta Nathan sedikit memaksa,
Reinatha dengan segala ke polosannnya mengikuti saja permintaan Nathan, agar
Nathan tak terlihat kesakitan lagi. Nathan tersenyum tipis dapat menggoda
Reinatha seperti ini.
"Maafin aku yah kalau kamu terbebani dengan rasa
khawatir"
Nathan mulai serius ketika melihat raut wajah
sedih Reinatha
Reinatha tiba-tiba berlinang airmata
"Hei.....Hei, Rein....aku nggak apa-apa kok"
Nathan memastikan keadaannya agar
Reinatha tak menangis tiba-tiba seperti ini, ingin rasanya memeluknya saat ini
namun sayang seluruh badan Nathan terasa sakit dengan luka benturan jadi sulit
untuk memeluk Reinatha dan menenangkannnya saat ini.
"Aku yang minta maaf, sudah jahat banget sama
kamu....aku....."
Reinatha masih saja menangis merasa
bersalah, Nathan menggenggam tangan Reinatha semakin kuat dengan tenaga yang
masih dia punya untuk menenangkannnya
"Kamu kalau masih nangis aku kapan sembuhnya dong" goda Nathan
"Sus, saya kira-kira berapa lama lagi yah harus
disini?" Tanya Nathan mengalihkan
pembicaraan agar Reinatha dapat berhenti merasa bersalah
"Kurang lebih seminggu sih mas sampai lepas perbannya" Jelas
suster
"Lama amat sus, nggak bisa besok aja nih pulangnya" Canda
Nathan lagi
"Kamu tuh yah batu kalau dibilangin, makanya jangan
pake acara sakit kaya gini kalau nggak mau lama-lama di rumah sakit" Reinatha kesal
"Kok jadi kamu yang galak sih Rein, aku nanya suster
baik-baik loh, iya kan sus.....?"
goda Nathan lagi, Suster hanya tersenyum
melihat tingkah mereka berdua
"Lagian siapa juga yang suruh kamu pulang sendiri malam-malam gitu kan bisa
besok paginya, aneh juga masa anggota TNI dibegal sih, lemah!!!"
Reinatha mulai kesal lagi
"ih.....Jangan salah loh, itu kalau ngajak duel tangan kosong juga aku
yang menang curang aja nabraknya dari belakang" Nathan tak mau kalah
"ohhhh masih punya tenaga yah buat protes! Sus, tolong
disuntik aja biar dia tidur lagi"
Pinta Reinatha
"entar aku tidur kamu nangis lagi...." Canda Nathan
"Tuh kan ngeselin......!!" Nathan dan Reinatha kini terlihat
akrab dengan tatapan-tatapan mesrah, perhatian-perhatian kecil dan
candaan-candaan ringan keduanya.
"Kamu yakin nggak mau aku panggilin yang diluar buat
ngeliat kamu?" Tanya Reinatha lagi
"Nanti aja sekarang aku maunya sama kamu....." goda Nathan lagi
"Di luar ada pacar kamu loh" Sindir Reinatha sengaja hanya untuk melihat reaksi Nathan
"Pacar? Siapa? emang masih ada diluar yah? aku kira dia udah di dalam
dari tadi....."
Jawab Nathan santai
"Tuh kan masih aja ngeselin.....aku tuh serius, nggak
lagi bercanda"
Nathan tersenyum bahagia melihat
tingkah Reinatha, terbayang kejadian waktu itu Nathan pernah masuk Rumah sakit
juga dan betapa paniknya Reinatha menemuinya, kali ini seperti de javu dengan
lebih penuh keromantisan yang tercipta diantara keduanya
"Rein, sepertinya Rumah sakit selalu punya cerita yang indah buat
kita..."
"Maksud kamu?"
Tanya Reinatha bingung
"Ini kali kedua aku di rawat, dan entah kenapa kamu
selalu bisa jujur akan perasaan kamu saat melihat aku seperti ini....."Nathan nampak serius dan membuat Reinatha makin gugup
menyadarinya
Reinatha tak menjawab sepatah
katapun, Nathan melanjutkan kalimatnya
" Aku harap moment seperti ini bisa lebih lama lagi antara kita, bisa
melihat tertawa dan senyummu tapi bukan dengan keadaan ku seperti ini, sulit
rasanya menahan diri untuk tidak memelukmu saat melihat rasa khawatirmu sebesar
itu" Nathan makin jujur akan perasaannya
Entah mengapa hatinya merasa tenang
mendengar kalimat itu dari Nathan, ia bahkan tak perduli lagi akan kehadiran
Citra diluar sana.
Hari-hari berlalu dengan indahnya,
Nathan selalu mendapatkan kunjungan spesial dari Reinatha dan ternyata semua
itu membantu proses penyembuhannya dengan lebih cepat, Nathan diperbolehkan
untuk pulang dan beraktivitas seperti biasanya begitu juga dengan pelaku
pembegalan telah di amankan polisi. Namun masih belum terungkap motif
sebenarnya dibalik kasus yang menimpa Nathan tersebut.
Reinatha selalu tampak bahagia saat
mendapati pesan singkat dari Nathan, Ia kembali menjadi Reinatha yang pernah
hilang, Ia kembali menjadi Reinatha yang berbunga-bunga penuh cinta dan
romantis.
"Salah satu tanda orang yang jatuh cinta adalah terlalu sering senyum
sendiri saat mendapat pesan singkat dari orang yang disuka..."
Goda Teddi yang melihat perubahan
sikap pasca kecelakaan yang dialami Nathan
"Lah gue di kacangin, Rein...Reinatha....Gloria Reinatha! Hemmmmmm susah
bener kalau udah falling in love dunia milik berdua yang lain ngontrak, gue
dicuekin ok...ok" Teddi mulai kesal
"ihhhhhhhh gitu aja marah, Ted temanin gue yah besok ke tempat
Nathan" Pinta Reinatha
"Apa??? ke tempat Nathan? wah gila -gila lu yah Rein!
ogah gue ke Koramil, parno gue ke tempat begituan lihat yang
bersenjata-senjata"
"Ihhhhh kok gitu sih, kesana juga buat ketemu Nathan
bukan buat serah nyawa!"
"Lagian pake acara kesana elu mau ngapain? kan bisa
telfon aja ajak ketemuan dimana gitu..."
Protes Teddi
"Aku mau ngasih betrai jam, jam yang dari aku yang di
pake Nathan itu ternyata udah mati tapi masih aja di pakenya"
"Yaaa elah Rein, batrei jam doang.....Nathan juga bisa beli sendiri kali
Rein!"
"Ini tuh harus di pesan khusus Ted, kan jamnya juga
bukan jam biasa jadi baru datang batreinya tuh besok dari tokonya"
"Cie cie....batrei jam aja khusus gimana perasaannya
yah khusus nggak tuh? Lagian elu nungguh apa sih? kenapa kalian tuh nggak
jadian aja sih? mau pendekatan sampai kapan? " Teddi mulai kepo
"Kenapa?? masih penasaran soal Citra lagi? udah tanya
langsung sama Nathannya belum?"
"Beloooommmmmmmmm" Jawab Reinatha
"Berarti yang salah itu elu! "
"Kok jadi gue yang salah....."
"Nathan udah berapa kali nyatain perasaannya ke elu? dan elu masih
gantungin dia? "
"Yah bukan gitu juga maksudnya......kalau bener dia ada
hubungan sama Citra gimana?"
Reinatha kembali bertanya
"Makanya elu tanya...tanya Rein....itu mulut dipake buat tanya jangan
berasumsi sendiri"
" yah gengsi lah gue tanya.....ntar dikira gue
cemburu"
"Lah emang elu cemburukan kalau Nathan dekat-dekat sama
Citra? masih mau ngeles?"
"Ahhhhhhh tau ah, gelapppppp!"
Semenjak Teddi berani mengatakan
perasaannnya kepada Anna, Teddi semakin rajin mengomeli Reinatha soal
asmarahnya.
Hari berlalu kini Teddi dan Reinatha
berada di depan tempat tugas Nathan tanpa memberitahukan kehadirannnya terlebih
dahulu kepada Nathan
"Masuk mba silahkan....ini pasti pacarnya Mas Nathan
yah?"
Sambut salah satu teman Nathan yang bertugas
ketika menyambut kedatangan Reinatha dan Teddi
"Mba masih ingat saya nggak? kita sempat bertemu di
Rumah sakit waktu Mas Nathan di rawat "
Sambung teman yang lain nya
"Oh iya yah mas....." Jawab Reinatha ramah
"Iya, mba siapa namanya...mba Citra kan??" Sambung teman Nathan yang membuat Reinatha dan Teddi kaget
bukan main mendengarnya
"Bukan bro, mba Citra yang satunya lagi yang lagi
didalam sama Mas Nathan"
Sambung seorang lagi.
"oh maaf mba....mba siapa yah namanya?" Tanya teman Nathan
"Reinatha mas...." Jawab Reinatha masih sopan walau sudah tak
tahan lagi emosinya mendengar nama Citra
"Oh iya itu loh yang sering di bilang mba Rein yah...." Kedua rekan
kerja Nathan saling memastikan, dengan keponya Reinatha kembali bertanya
"Mas, maaf emangnya Nathan lagi kedatangan tamu juga yah?"
"Iya mba, tapi bentar lagi kelar kok udah dari tadi
datangnya"
"Siapa Mas?"
Tanya Reinatha lagi-lagi kepo
"Mba Citra"
What the hell!!!!!! Citra??? di
dalam????? bersama Nathan!!!! Teddi memastikan keadaan sahabatnya untuk tetap
tenang
"Pulang aja yuk Ted....." Ajak Reinatha yang sudah mulai gerah
"Ehhhh ntar dulu ini......." Tolak Teddi
Namun tiba-tiba Citra dan Nathan
keluar
"Rein, kapan datangnya kok nggak masuk?" Nathan tampak gembira
melihat kehadiran Reinatha, suasana berbanding terbalik ketika Reinatha melihat
Citra juga ada disana
"Ayo Ted masuk..." Ajak Nathan girang, Teddi yang menyambut baik ajakan Nathan
melangkahkan kaki untuk masuk namun tidak dengan Reinatha
"Ted ayo pulang...."
paksa Reinatha, Teddi nampak bingung berada dalam dua pilihan
"Loh baru datang kok pulang Rein, ayo masuk....." Nathan
menggandeng tangan Reinatha untuk masuk, namun di tepisnya tangan Nathan
"Aku nggak akan lama kok, cuma mau ngasih ini" Sambil memberikan kotak berisi batrei jam tangan
untuk Nathan
"Kalau jamnya udah mati nggak usah di pake, buang
aja....ayoo Ted pulang......sorry udah ganggu kalian"
Reinatha nampak jelas cemburu dan
buru-buru meninggalkan Citra dan Nathan tanpa pamit.
Kepergian Reinatha menimbulkan tanya
bagi Nathan, Mood Reinatha berubah drastis
"Dari pada elu marah-marah nggak jelas mending elu tanya deh"
Bujuk Teddi
"Ngapain? udah jelas semua kok..."
"Tuh kan....ntar nyesal lagi, yah bisa jadi mereka
teman dekat kaya kita" Bela
Teddi
"Elu nggak budek kan tadi kata temannya Nathan bilang
apa? dia pikir gue Citra pacarnya! masih mau tanya apa lagi"
"Nih yah Rein, gue perhatiin Nathan tuh bukan cowok kaya
gitu kalau dia udah punya pacar yang elu bilang Citra itu ngapain dia
ngedeketin elu lagi? Di depan Citra megang tangan elu, nggak ada cowok bego
yang mau selingkuh di depan pacarnya kalau itu benar kaya omongan elu" Jelas Teddi, Sayang Reinatha sudah termakan emosinya
terlebih dahulu hingga tak dapat menerima nasehat baik tentang Nathan lagi.
"Itu telfon di angkat..."
Ingat Teddi yang melihat Nathan
berkali- kali mencoba menelfon Reinatha tapi tak dihiraukan nya, Nathan
kemudian menelfon Teddi untuk bertanya akan keadaan Reinatha
"Hallo Nath, iya lagi sama gue....tau nih
roman-romannnya lagi cemburu! sama siapa lagi kalau bukan sama Citra...ini elu
ngomong aja sendiri sama Reinatha "
Sambil memberikan telfon ke arah
Reinatha sayang telfon dari Nathan langsung di matikan Reinatha begitu saja
"Kok dimatiin sih?" Tanya Teddi
"Biarin!!!"
"Rein tau nggak kadar rasional perempuan kalau lagi
cemburu itu bakal turun drastis"
"Apa susahnya sih diomongin baik-baik, minta penjelasan
jangan kaya anak kecil deh"
Teddi tak habis-habisnya menasehati sahabatnya itu
"Kok elu jadi ngomelin gue sih, yang teman elu itu gue apa Nathan
sih?"
"Elu itu sekarang lagi dibakar api cemburu, sedang tidak rasional jadi
gue harus meluruskan"
"Ahhhhh tau ah, kesel gue sama aja elu kaya
Nathan!"
Tiba-tiba Reinatha dan Teddi tak
sengaja melihat Citra bergandengan dengan seorang pria berpakaian TNI lengkap
sedang masuk menuju ke tempat yang sama.
"Itu kan Citra, sama siapa?" Tanya Reinatha kepo
Citra yang melihat Teddi dan
Reinatha dari kejauhan melambaikan tangan kearah mereka dan mendekati mereka
berdua.
"Hai....boleh gabung nggak?" Tanya Citra ramah
dalam Hati Reinatha menyimpan
kekesalan setengah mati kepadanya sayang dia harus tetap bersikap manis di
depan Citra
"Ini siapa?"
Reinatha lagi dan lagi kepo akan sosok pria yang menemani Citra
"Kenalin ini Arman pacar aku" Dengan bangganya Citra
memperkenalkan kekasihnya kepada Teddi dan Reinatha, Reinatha tiba-tiba
terbatuk kaget tanpa sebab
"Pacar? Kok bisa? terus Nathan?" Dengan polosnya kalimat itu keluar begitu saja dari mulut
Reinatha yang terlampau shock
Arman dan Citra saling memandang dan
tertawa
"Nathan itu teman aku dari zaman sekolah dulu, iya
emang sih dulu aku yang suka sama Nathan tapi Nathan yah gitu nganggap aku cuma
teman sampai Nathan kenalin aku sama Arman dan jomblangin kita" Citra menceritakan betapa bahagianya dia menjadi kekasih
Arman
Teddi menatap Reinatha dengan
tatapan menyebalkannya, agar Reinatha segera sadar bahwa dia telah salah
menilai Citra
"Terus tadi kamu kok bisa bareng Nathan disana?" Reinatha seakan butuh penjelasan lebih
"Oh itu tadi aku tungguin Arman lepas shift pas ketemu
Nathan ya udah kita ngobrol deh, tadi kamu kenapa tiba-tiba pergi gitu
aja?" Citra balik bertanya
Suatu kebodohan bila harus mengakui
bahwa dia cemburu akan sosok Citra selama ini dengan semua penjelasan yang dia
dapat kini.
"Kita tadi ada kelas jadi kita buru-buru" Teddi mencoba menyelamatkan sahabatnya dari rasa
malunya sendiri
Reinatha!!!! Apa yang ada dipikiran
elu!!!! Demi apapun gue malu di depan Citra sekarang, dan Nathan? Oh
Shittttt!!! Kenapa rasa cemburu gue bisa segila ini yah, harusnya aku tanya
dari awal.
Hari berlalu, Reinatha masih
dihantui rasa bersalah
"Ted, gue harus gimana dong?" Tanya Reinatha bingung
"Pikirin aja sendiri"
Sepertinya kali ini Teddi
benar-benar tidak akan membantu sahabatnya itu.
"Jangan kaya mayat hidup deh” Teddi mulai protes akan sikap Reinatha yang mulai hilang
semangat
"Ted gue kangen Nathan........" Keluh Reinatha
" Lu tuh aneh bin mustahil tau nggak Rein, elu yang
cemburu elu yang marah, ditelfon elu nggak mau ngangkat sekarang elu yang rindu tapi nggak mau telfon atau ngangkat telfon dari
Nathan, nggak habis pikir gue...."
"Yah gue maluuuuuuuuuuuuuuuuu"
"Kok elu yang malu.....?"
"Yah malu lah udah cemburu nggak jelas, udah marah
nggak jelas"
"Nah itu sadar......" Teddi mulai lega
"Tapi gue kangennnnn......Ted gimana
dongggggggggggg" Manja Reinatha
"Mau gue telfon?"
"Jangannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn"
"Terus mau lu apa? Nathan tiba-tiba datang di hadapan elu gitu?"
Protes Teddi, Reinatha menunjukan wajah gemasnya karena merindukan Nathan tapi
tak tau harus berbuat apa karena rasa malunya, Tiba-tiba saja yang dibicarakan
Teddi kejadian Nathan berdiri tepat di belakang Reinatha
"Nathan..."
Teddi terkejut melihatnya, Reinatha
kaku hingga tak punya tenaga untuk berbalik melihat kalau itu benar Nathan
Teddi memberi kode kepada Reinatha
untuk tetap tenang, Teddi sengaja menukar posisi duduknya agar Nathan dapat
duduk tepat di hadapan Reinatha, Reinatha tampak semakin panic
"Gue tinggal yah.....ada urusan bentar, mau jemput Anna
iya Anna minta di jemput"
Teddi mencari alasan untuk meninggalkan mereka berdua
"Hai................" Sapa Nathan, wajah Reinatha berubah memerah
"Hi......................."Balas Reinatha malu-malu
Keduanya saling terdiam Nathan
mencoba menemukan jawaban di balik diamnya Reinatha tanpa bertanya ada apa. Tak
mampu menahan tatapan Nathan yang makin lama makin menusuk jantungnya Reinatha
mengakui perasaannnya
"Aku kangennnnn...."
Kata Reinatha tanpa sedikitpun
keraguan sambil kemudian dia sadar sudah terlalu jujur akan perasaannya di
depan Nathan dan menutup mulutnya refleks dengan kedua tangannnya
Ahfffgggggg! Kan ada kalimat lain, Apa
kabar kek? Ngapain disini? Kenapa mala jujur banget bilang
kangen......ahhhhhhhhgrrrr Reinatha malu...malu…malu!!! Pikiran Reinatha mulai
meracuni dirinya sendiri
Nathan tersenyum bahagia
mendengarnya
"Apa itu artinya aku baru saja mendapat jawaban kalau
kamu mau jadi pacar aku??"
Nathan mendekatkan wajahnya ke
hadapan Reinatha begitu dekat amat sangat dekat, hingga desahan nafas dan
debaran jantung Reinatha yang gugup terdengar jelas
Haruskah aku beri jawaban Tidak?
Oh Tuhan......Aku malu tapi aku
rindu
Bagaimana ini hati ku sedang
terguncang dengan hebatnya
Reinatha 💘

Comments
Post a Comment