Perempuan & Egonya Part 18


Perempuan & Egonya
Part 18

Mendapat kabar akan kondisi Nathan saat ini, Reinatha memutuskan untuk terbang menemuinya langsung ke Jogja, Di Rumah sakit tampak semua orang yang mencintai Nathan sedang berkumpul menunggu hasil pemeriksaan dokter

"Tante...Tante, Nathan gimana keadaannya?" Reinatha panik

"Nathan masih belum sadar Rein,Tante udah nggak tau harus ngomong apa lagi, kita lagi tunggu apa kata dokter" Tante Risma terlihat lemah

Ayah Nathan yang menerima telfon dari salah satu kerabat di pihak kepolisian menyampaikan perkembangan kasus Nathan

"Buk, kata polisi salah satu pelaku telah di tangkap tinggal 4 nya lagi dalam pengejaran polisi, kita tunggu kabar selanjutnya yah tapi Ayah harus ke kantor polisi dulu untuk urus kasus ini " Kata Ayah Nathan

terlihat dari raut wajah semua orang yang berada disini semua nampak kacau, panik, lemah, kecewa dan berharap Nathan akan baik-baik saja

"Brengsek emang tuh manusia!!!" Sahut Kiel, yang terlihat jelas menahan emosinya akan pelaku begal terhadap adiknya itu

Dokter tiba-tiba keluar untuk menyampaikan kondisi Nathan

"Dok, gimana keadaan anak saya?" Tante Risma khawatir, orangtua mana yang masih tetap tenang mendapati anaknya dalam keadaan seperti ini

"Nathan, telah melewati masa kritisnya, tapi untuk saat ini kondisinya masih belum stabil dia masih belum sadar, dia butuh cukup istirahat, silahkan kalau bapak-ibu ingin masuk dan menemui Nathan" Jelas Dokter

Semua orang masuk untuk melihat kondisi Nathan, namun tidak dengan Reinatha kakinya begitu berat untuk melangkah masuk dan menemui Nathan.

"Ayok, Rein....." Ajak Kiel

Reinatha bingung apa yang harus ia lakukan, ia bahkan belum menyiapkan dirinya melihat Nathan dalam keadaan setengah sadar, penuh luka jahitan terbungkus perban rumah sakit dan harus butuh bantuan oksigen untuk bernafas.

"Aku disini aja Ki...." Tolak Reinatha halus
Hezkiel pun akhirnya memutuskan untuk menemani Reinatha diluar
"Ada yang mau aku ceritain ke kamu Rein, sorry to say Nathan nggak mau aku cerita ini but I think kamu harus tau" Kiel tersenyum tipis dan melanjutkan kalimatnya

"Nathan itu bego, Dia hanya nggak tau gimana caranya mendapatkan hati kamu Rein, kamu tau dia terlalu gengsi untuk ngundang kamu datang ke acara wisudanya makanya dia pake nama aku untuk mengundang kamu dan minta aku untuk mencari kamu disana, Dia sedang berjuang untuk dapatkan hati kamu tapi dia hanya nggak tau bagaimana caranya....." Jelas Hezkiel

"Maksud kamu, yang texting aku buat datang itu Nathan, bukan kamu?? dan yang kamu ketemu aku disana itu bukan kebutulan?" Reinatha memastikan

"Yuapz!! Dia yakin kalau kamu bakal datang makanya dia minta aku buat mastiin itu, dan benar kamu ternyata datang...."

"Tapi.....maksud aku kenapa?? yah kenapa aku gitu loh, Ki? Nathan kan udah punya pacar"

"Pacar? Siapa?hehehe kok aku nggak tau dia punya pacar?"

" Itu yang waktu diacara wisuda, cewe yang........."

Tiba-tiba Citra datang memotong pembicaraan Reinatha dan Hezkiel

"Ki, Nathan gimana keadaannnya?Nathan dimana sekarang? semalam we just called dan pagi ini I got the news kalau dia seperti ini!!! It’s crazy Impossible!!!! Is he ok?" Citra nampak panik

"Tenang dulu Cit, Nathan baik-baik saja hanya emang belum sadar sampai sekarang" Jelas Kiel

What???? semalam mereka telfonan? kok bisa? Nathan bukannya dari sore dirumah gue sampai malam,bisa-bisanya dia telfonan sama Citra??? Waoooooooo!! Apa jangan-jangan gara-gara telfonan sama Citra di jalan pulang makanya dia kena begal kaya sekarang?? Pikiran Reinatha mulai kacau, ia mulai menyesali kehadirannya di Rumah Sakit kini.

"I want to see him"
Citra kemudian masuk untuk menemui Nathan begitu juga Reinatha dan Hezkiel

Didalam ruang rawat yang sempit ini, Tante Risma terus saja menangis melihat kondisi Nathan
"Pak....anak kita pak, Nathan bangun sayang ini mama" Isak tangis tanta Risma membuat semua orang yang berada disitu ikut menangis

"Kiel, bareng papa kita ke kantor polisi sekarang" Ayah Nathan dan Hezkiel harus segera menuju kantor polisi untuk mengurus perkembangan kasus Nathan

"Ki, kabarin aku yah perkembangannya" Pinta Reinatha

"Ok, titip Nathan yah Rein....." Jawab Hezkiel
Dokter kemudian datang lagi untuk menyampaikan pesan

"Mohon maaf sebelumnya, ibu-ibu demi kenyamanan pasien cukup satu orang aja yang menemani pasien disini yang lainnya boleh tunggu di luar yah..."

"Aku aja yang disini......."Reinatha dan Citra menjawab secara serempak membuat semua mata seketika memperhatikan mereka berdua

"Tante, aku aja yang disini yah biar tante istirahat dulu..aku nggak papa kok jagain Nathan disini" Kata Citra halus

"Nggak usah Cit, biar aku aja yang jagain Nathan disini" Sambung Reinatha

"Aku aja yang jagain Nathan, kamu temani tante Risma aja tunggu diluar, nanti kalau Nathan udah sadar aku kabarin" Jawab Citra terdengar mulai kesal

Tak mau kalah Reinatha sedikit nyolot

" Nggak usah repot-repot, lagian kamu bukannya harus kuliah yah? kenapa masih di Indonesia? biar aku aja yang jagain Nathan"

" Aku lagi liburan disini so I have many times buat jagain Nathan disini jadi kamu...." Jawab Citra

"Udah udah, ini kenapa jadi pada ribut disini sih! ya sudah Reinatha, tante titip jagain Nathan yah kabarin kalau Nathan udah sadar, ayo Anna, Citra kita tunggu diluar saja biar Nathan bisa istirahat" Ajak Tante Risma

kini tinggal Reinatha seorang diri yang menemani Nathan, setelah kepergian Citra, Tante Risma dan Anna, Reinatha mulai berpikir betapa nekatnya dia nyolot di depan pacarnya Nathan hanya untuk menjaga Nathan!!

ahgggfffffffffff bego banget nggak sih gue, atas dasar apa coba harus banget gue nyolot kaya gitu??? Entar dipikiran Citra aku cewe perusak hubungan mereka, gimana dong??? ahhhhh Reinatha, beg..bego...begoooo!!!!

diantara kepanikan yang diciptakannnya sendiri saat melihat wajah Nathan yang sedang tertidur lelap hatinya mulai sedikit tenang dan dilanda rasa bersalah. dipandanginya wajah Nathan dalam-dalam, Hatinya mulai menangis, tangannya menggenggam jari jemari Nathan yang lemah itu

"Maafin aku yah udah jahat banget sama kamu......bangun dong pleaseeeee"
 Katanya pelan

berjam-jam sudah berlalu, Reinatha akhirnya tertidur pulas sambil terus menggenggam tangan Nathan, Nathan akhirnya sadar dilihatnya Reinatha sedang tertidur pulas disamping ranjangnya, Nathan tersenyum bahagia diantara rasa sakitnya, di gerakannnya tangannya pelan untuk mengusap rambut Reinatha dengan penuh sayang sambil terus memandanginya. Nathan bahkan tak berniat membangunkan Reinatha sedikitpun, Sampai kedatangan seorang suster yang hendak mengganti infus, Nathanpun memberi kode agar dilakukan suster dengan diam-diam supaya Reinatha tak terganggu tidurnya.

"Pacarnya yah mas?" Tanya suster kepo dengan berbisik-bisik

"Iya Sus, doain yah..." Jawab Nathan ramah

"Pantesan disayang banget, cantik orangnya mas...." Puji Suster

"Infusnya saya ganti yah mas" sambung suter lagi, Nathan sedikit bergerak menahan kesakitan saat obat mulai masuk melalui selang infusnya, hingga membuat Reinatha terbangun
Masih dengan setengah sadarnya, Reinatha hanya melihat Suster yang sedang mengganti selang infus Nathan

" Sus.....Sus gimana keadaan nya?" Reinatha panik

"Tanya langsung aja yah mba sama pacarnya...." Goda suster sambil memberi kode kalau Nathan telah siuman dari tadi

"Kamu udah sadar.....ada yang sakit nggak?" Reinatha nampak khawatir, Pertanyaannya hanya di jawab dengan senyuman manis dari seorang Nathan

"eh.....kamu mau kemana?"
Tanya Nathan melihat Reinatha tiba-tiba ingin keluar meninggalkan nya

"Aku mau panggil yang lain dulu diluar, mau ngasih tau kalau kamu udah sadar"
Reinatha tampak lugu dan polosnya

"Nggak usah, sini jangan jauh-jauh, aku masih sakit loh ini" Manja Nathan

"Tapi.....itu diluar......."

"Udah nggak papa, kamu aja yang disini tadi tanyakan yang mana yang sakit, tangan ku sakit loh ini..." Goda Nathan

"Terus aku harus ngapain?"
Reinatha nampak bingung melihat Nathan yang pura-pura kesakitan didepannnya

"Yah di pegang aja kaya tadi biar sakitnya hilang"
Pinta Nathan sedikit memaksa, Reinatha dengan segala ke polosannnya mengikuti saja permintaan Nathan, agar Nathan tak terlihat kesakitan lagi. Nathan tersenyum tipis dapat menggoda Reinatha seperti ini.

"Maafin aku yah kalau kamu terbebani dengan rasa khawatir"
 Nathan mulai serius ketika melihat raut wajah sedih Reinatha
Reinatha tiba-tiba berlinang airmata

"Hei.....Hei, Rein....aku nggak apa-apa kok"
Nathan memastikan keadaannya agar Reinatha tak menangis tiba-tiba seperti ini, ingin rasanya memeluknya saat ini namun sayang seluruh badan Nathan terasa sakit dengan luka benturan jadi sulit untuk memeluk Reinatha dan menenangkannnya saat ini.

"Aku yang minta maaf, sudah jahat banget sama kamu....aku....."
Reinatha masih saja menangis merasa bersalah, Nathan menggenggam tangan Reinatha semakin kuat dengan tenaga yang masih dia punya untuk menenangkannnya

"Kamu kalau masih nangis aku kapan sembuhnya dong" goda Nathan

"Sus, saya kira-kira berapa lama lagi yah harus disini?" Tanya Nathan mengalihkan pembicaraan agar Reinatha dapat berhenti merasa bersalah

"Kurang lebih seminggu sih mas sampai lepas perbannya" Jelas suster

"Lama amat sus, nggak bisa besok aja nih pulangnya" Canda Nathan lagi

"Kamu tuh yah batu kalau dibilangin, makanya jangan pake acara sakit kaya gini kalau nggak mau lama-lama di rumah sakit" Reinatha kesal

"Kok jadi kamu yang galak sih Rein, aku nanya suster baik-baik loh, iya kan sus.....?"
 goda Nathan lagi, Suster hanya tersenyum melihat tingkah mereka berdua

"Lagian siapa juga yang suruh kamu pulang sendiri malam-malam gitu kan bisa besok paginya, aneh juga masa anggota TNI dibegal sih, lemah!!!" Reinatha mulai kesal lagi

"ih.....Jangan salah loh, itu kalau ngajak duel tangan kosong juga aku yang menang curang aja nabraknya dari belakang" Nathan tak mau kalah

"ohhhh masih punya tenaga yah buat protes! Sus, tolong disuntik aja biar dia tidur lagi"
Pinta Reinatha

"entar aku tidur kamu nangis lagi...." Canda Nathan

"Tuh kan ngeselin......!!" Nathan dan Reinatha kini terlihat akrab dengan tatapan-tatapan mesrah, perhatian-perhatian kecil dan candaan-candaan ringan keduanya.

"Kamu yakin nggak mau aku panggilin yang diluar buat ngeliat kamu?" Tanya Reinatha lagi

"Nanti aja sekarang aku maunya sama kamu....." goda Nathan lagi

"Di luar ada pacar kamu loh" Sindir Reinatha sengaja hanya untuk melihat reaksi Nathan

"Pacar? Siapa? emang masih ada diluar yah? aku kira dia udah di dalam dari tadi....."
Jawab Nathan santai

"Tuh kan masih aja ngeselin.....aku tuh serius, nggak lagi bercanda"

Nathan tersenyum bahagia melihat tingkah Reinatha, terbayang kejadian waktu itu Nathan pernah masuk Rumah sakit juga dan betapa paniknya Reinatha menemuinya, kali ini seperti de javu dengan lebih penuh keromantisan yang tercipta diantara keduanya

"Rein, sepertinya Rumah sakit selalu punya cerita yang indah buat kita..."

"Maksud kamu?" Tanya Reinatha bingung

"Ini kali kedua aku di rawat, dan entah kenapa kamu selalu bisa jujur akan perasaan kamu saat melihat aku seperti ini....."Nathan nampak serius dan membuat Reinatha makin gugup menyadarinya

Reinatha tak menjawab sepatah katapun, Nathan melanjutkan kalimatnya

" Aku harap moment seperti ini bisa lebih lama lagi antara kita, bisa melihat tertawa dan senyummu tapi bukan dengan keadaan ku seperti ini, sulit rasanya menahan diri untuk tidak memelukmu saat melihat rasa khawatirmu sebesar itu" Nathan makin jujur akan perasaannya

Entah mengapa hatinya merasa tenang mendengar kalimat itu dari Nathan, ia bahkan tak perduli lagi akan kehadiran Citra diluar sana.
Hari-hari berlalu dengan indahnya, Nathan selalu mendapatkan kunjungan spesial dari Reinatha dan ternyata semua itu membantu proses penyembuhannya dengan lebih cepat, Nathan diperbolehkan untuk pulang dan beraktivitas seperti biasanya begitu juga dengan pelaku pembegalan telah di amankan polisi. Namun masih belum terungkap motif sebenarnya dibalik kasus yang menimpa Nathan tersebut.
Reinatha selalu tampak bahagia saat mendapati pesan singkat dari Nathan, Ia kembali menjadi Reinatha yang pernah hilang, Ia kembali menjadi Reinatha yang berbunga-bunga penuh cinta dan romantis.

"Salah satu tanda orang yang jatuh cinta adalah terlalu sering senyum sendiri saat mendapat pesan singkat dari orang yang disuka..."
Goda Teddi yang melihat perubahan sikap pasca kecelakaan yang dialami Nathan

"Lah gue di kacangin, Rein...Reinatha....Gloria Reinatha! Hemmmmmm susah bener kalau udah falling in love dunia milik berdua yang lain ngontrak, gue dicuekin ok...ok" Teddi mulai kesal

"ihhhhhhhh gitu aja marah, Ted temanin gue yah besok ke tempat Nathan" Pinta Reinatha

"Apa??? ke tempat Nathan? wah gila -gila lu yah Rein! ogah gue ke Koramil, parno gue ke tempat begituan lihat yang bersenjata-senjata"

"Ihhhhh kok gitu sih, kesana juga buat ketemu Nathan bukan buat serah nyawa!"

"Lagian pake acara kesana elu mau ngapain? kan bisa telfon aja ajak ketemuan dimana gitu..." Protes Teddi

"Aku mau ngasih betrai jam, jam yang dari aku yang di pake Nathan itu ternyata udah mati tapi masih aja di pakenya"

"Yaaa elah Rein, batrei jam doang.....Nathan juga bisa beli sendiri kali Rein!"

"Ini tuh harus di pesan khusus Ted, kan jamnya juga bukan jam biasa jadi baru datang batreinya tuh besok dari tokonya"

"Cie cie....batrei jam aja khusus gimana perasaannya yah khusus nggak tuh? Lagian elu nungguh apa sih? kenapa kalian tuh nggak jadian aja sih? mau pendekatan sampai kapan? " Teddi mulai kepo

"Kenapa?? masih penasaran soal Citra lagi? udah tanya langsung sama Nathannya belum?"

"Beloooommmmmmmmm" Jawab Reinatha

"Berarti yang salah itu elu! "

"Kok jadi gue yang salah....."

"Nathan udah berapa kali nyatain perasaannya ke elu? dan elu masih gantungin dia? "

"Yah bukan gitu juga maksudnya......kalau bener dia ada hubungan sama Citra gimana?" Reinatha kembali bertanya

"Makanya elu tanya...tanya Rein....itu mulut dipake buat tanya jangan berasumsi sendiri"

" yah gengsi lah gue tanya.....ntar dikira gue cemburu"

"Lah emang elu cemburukan kalau Nathan dekat-dekat sama Citra? masih mau ngeles?"

"Ahhhhhhh tau ah, gelapppppp!"

Semenjak Teddi berani mengatakan perasaannnya kepada Anna, Teddi semakin rajin mengomeli Reinatha soal asmarahnya.
Hari berlalu kini Teddi dan Reinatha berada di depan tempat tugas Nathan tanpa memberitahukan kehadirannnya terlebih dahulu kepada Nathan

"Masuk mba silahkan....ini pasti pacarnya Mas Nathan yah?"
 Sambut salah satu teman Nathan yang bertugas ketika menyambut kedatangan Reinatha dan Teddi
"Mba masih ingat saya nggak? kita sempat bertemu di Rumah sakit waktu Mas Nathan di rawat " Sambung teman yang lain nya

"Oh iya yah mas....." Jawab Reinatha ramah

"Iya, mba siapa namanya...mba Citra kan??" Sambung teman Nathan yang membuat Reinatha dan Teddi kaget bukan main mendengarnya

"Bukan bro, mba Citra yang satunya lagi yang lagi didalam sama Mas Nathan"
Sambung seorang lagi.

"oh maaf mba....mba siapa yah namanya?" Tanya teman Nathan

"Reinatha mas...." Jawab Reinatha masih sopan walau sudah tak tahan lagi emosinya mendengar nama Citra

"Oh iya itu loh yang sering di bilang mba Rein yah...." Kedua rekan kerja Nathan saling memastikan, dengan keponya Reinatha kembali bertanya

"Mas, maaf emangnya Nathan lagi kedatangan tamu juga yah?"

"Iya mba, tapi bentar lagi kelar kok udah dari tadi datangnya"

"Siapa Mas?" Tanya Reinatha lagi-lagi kepo

"Mba Citra"

What the hell!!!!!! Citra??? di dalam????? bersama Nathan!!!! Teddi memastikan keadaan sahabatnya untuk tetap tenang

"Pulang aja yuk Ted....." Ajak Reinatha yang sudah mulai gerah

"Ehhhh ntar dulu ini......." Tolak Teddi


Namun tiba-tiba Citra dan Nathan keluar

"Rein, kapan datangnya kok nggak masuk?" Nathan tampak gembira melihat kehadiran Reinatha, suasana berbanding terbalik ketika Reinatha melihat Citra juga ada disana

"Ayo Ted masuk..." Ajak Nathan girang, Teddi yang menyambut baik ajakan Nathan melangkahkan kaki untuk masuk namun tidak dengan Reinatha

"Ted ayo pulang...." paksa Reinatha, Teddi nampak bingung berada dalam dua pilihan

"Loh baru datang kok pulang Rein, ayo masuk....." Nathan menggandeng tangan Reinatha untuk masuk, namun di tepisnya tangan Nathan

"Aku nggak akan lama kok, cuma mau ngasih ini" Sambil memberikan kotak berisi batrei jam tangan untuk Nathan

"Kalau jamnya udah mati nggak usah di pake, buang aja....ayoo Ted pulang......sorry udah ganggu kalian"
Reinatha nampak jelas cemburu dan buru-buru meninggalkan Citra dan Nathan tanpa pamit.
Kepergian Reinatha menimbulkan tanya bagi Nathan, Mood Reinatha berubah drastis

"Dari pada elu marah-marah nggak jelas mending elu tanya deh" Bujuk Teddi

"Ngapain? udah jelas semua kok..."

"Tuh kan....ntar nyesal lagi, yah bisa jadi mereka teman dekat kaya kita" Bela Teddi

"Elu nggak budek kan tadi kata temannya Nathan bilang apa? dia pikir gue Citra pacarnya! masih mau tanya apa lagi"

"Nih yah Rein, gue perhatiin Nathan tuh bukan cowok kaya gitu kalau dia udah punya pacar yang elu bilang Citra itu ngapain dia ngedeketin elu lagi? Di depan Citra megang tangan elu, nggak ada cowok bego yang mau selingkuh di depan pacarnya kalau itu benar kaya omongan elu" Jelas Teddi, Sayang Reinatha sudah termakan emosinya terlebih dahulu hingga tak dapat menerima nasehat baik tentang Nathan lagi.

"Itu telfon di angkat..."
Ingat Teddi yang melihat Nathan berkali- kali mencoba menelfon Reinatha tapi tak dihiraukan nya, Nathan kemudian menelfon Teddi untuk bertanya akan keadaan Reinatha

"Hallo Nath, iya lagi sama gue....tau nih roman-romannnya lagi cemburu! sama siapa lagi kalau bukan sama Citra...ini elu ngomong aja sendiri sama Reinatha "
Sambil memberikan telfon ke arah Reinatha sayang telfon dari Nathan langsung di matikan Reinatha begitu saja

"Kok dimatiin sih?" Tanya Teddi

"Biarin!!!"

"Rein tau nggak kadar rasional perempuan kalau lagi cemburu itu bakal turun drastis"

"Apa susahnya sih diomongin baik-baik, minta penjelasan jangan kaya anak kecil deh" Teddi tak habis-habisnya menasehati sahabatnya itu

"Kok elu jadi ngomelin gue sih, yang teman elu itu gue apa Nathan sih?"

"Elu itu sekarang lagi dibakar api cemburu, sedang tidak rasional jadi gue harus meluruskan"

"Ahhhhh tau ah, kesel gue sama aja elu kaya Nathan!"

Tiba-tiba Reinatha dan Teddi tak sengaja melihat Citra bergandengan dengan seorang pria berpakaian TNI lengkap sedang masuk menuju ke tempat yang sama.

"Itu kan Citra, sama siapa?" Tanya Reinatha kepo

Citra yang melihat Teddi dan Reinatha dari kejauhan melambaikan tangan kearah mereka dan mendekati mereka berdua.

"Hai....boleh gabung nggak?" Tanya Citra ramah

dalam Hati Reinatha menyimpan kekesalan setengah mati kepadanya sayang dia harus tetap bersikap manis di depan Citra

"Ini siapa?" Reinatha lagi dan lagi kepo akan sosok pria yang menemani Citra

"Kenalin ini Arman pacar aku" Dengan bangganya Citra memperkenalkan kekasihnya kepada Teddi dan Reinatha, Reinatha tiba-tiba terbatuk kaget tanpa sebab

"Pacar? Kok bisa? terus Nathan?" Dengan polosnya kalimat itu keluar begitu saja dari mulut Reinatha yang terlampau shock

Arman dan Citra saling memandang dan tertawa

"Nathan itu teman aku dari zaman sekolah dulu, iya emang sih dulu aku yang suka sama Nathan tapi Nathan yah gitu nganggap aku cuma teman sampai Nathan kenalin aku sama Arman dan jomblangin kita" Citra menceritakan betapa bahagianya dia menjadi kekasih Arman
Teddi menatap Reinatha dengan tatapan menyebalkannya, agar Reinatha segera sadar bahwa dia telah salah menilai Citra

"Terus tadi kamu kok bisa bareng Nathan disana?" Reinatha seakan butuh penjelasan lebih

"Oh itu tadi aku tungguin Arman lepas shift pas ketemu Nathan ya udah kita ngobrol deh, tadi kamu kenapa tiba-tiba pergi gitu aja?" Citra balik bertanya

Suatu kebodohan bila harus mengakui bahwa dia cemburu akan sosok Citra selama ini dengan semua penjelasan yang dia dapat kini.

"Kita tadi ada kelas jadi kita buru-buru" Teddi mencoba menyelamatkan sahabatnya dari rasa malunya sendiri

Reinatha!!!! Apa yang ada dipikiran elu!!!! Demi apapun gue malu di depan Citra sekarang, dan Nathan? Oh Shittttt!!! Kenapa rasa cemburu gue bisa segila ini yah, harusnya aku tanya dari awal.
Hari berlalu, Reinatha masih dihantui rasa bersalah

"Ted, gue harus gimana dong?" Tanya Reinatha bingung

"Pikirin aja sendiri"

Sepertinya kali ini Teddi benar-benar tidak akan membantu sahabatnya itu.

"Jangan kaya mayat hidup deh” Teddi mulai protes akan sikap Reinatha yang mulai hilang semangat

"Ted gue kangen Nathan........" Keluh Reinatha

" Lu tuh aneh bin mustahil tau nggak Rein, elu yang cemburu elu yang marah, ditelfon elu nggak mau ngangkat sekarang elu yang rindu tapi nggak mau telfon atau ngangkat telfon dari Nathan, nggak habis pikir gue...."

"Yah gue maluuuuuuuuuuuuuuuuu"

"Kok elu yang malu.....?"

"Yah malu lah udah cemburu nggak jelas, udah marah nggak jelas"

"Nah itu sadar......" Teddi mulai lega

"Tapi gue kangennnnn......Ted gimana dongggggggggggg" Manja Reinatha

"Mau gue telfon?"

"Jangannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn"

"Terus mau lu apa? Nathan tiba-tiba datang di hadapan elu gitu?" Protes Teddi, Reinatha menunjukan wajah gemasnya karena merindukan Nathan tapi tak tau harus berbuat apa karena rasa malunya, Tiba-tiba saja yang dibicarakan Teddi kejadian Nathan berdiri tepat di belakang Reinatha

"Nathan..."
Teddi terkejut melihatnya, Reinatha kaku hingga tak punya tenaga untuk berbalik melihat kalau itu benar Nathan
Teddi memberi kode kepada Reinatha untuk tetap tenang, Teddi sengaja menukar posisi duduknya agar Nathan dapat duduk tepat di hadapan Reinatha, Reinatha tampak semakin panic

"Gue tinggal yah.....ada urusan bentar, mau jemput Anna iya Anna minta di jemput" Teddi mencari alasan untuk meninggalkan mereka berdua


"Hai................" Sapa Nathan, wajah Reinatha berubah memerah

"Hi......................."Balas Reinatha malu-malu

Keduanya saling terdiam Nathan mencoba menemukan jawaban di balik diamnya Reinatha tanpa bertanya ada apa. Tak mampu menahan tatapan Nathan yang makin lama makin menusuk jantungnya Reinatha mengakui perasaannnya

"Aku kangennnnn...."
Kata Reinatha tanpa sedikitpun keraguan sambil kemudian dia sadar sudah terlalu jujur akan perasaannya di depan Nathan dan menutup mulutnya refleks dengan kedua tangannnya
Ahfffgggggg! Kan ada kalimat lain, Apa kabar kek? Ngapain disini? Kenapa mala jujur banget bilang kangen......ahhhhhhhhgrrrr Reinatha malu...malu…malu!!! Pikiran Reinatha mulai meracuni dirinya sendiri
Nathan tersenyum bahagia mendengarnya

"Apa itu artinya aku baru saja mendapat jawaban kalau kamu mau jadi pacar aku??"
Nathan mendekatkan wajahnya ke hadapan Reinatha begitu dekat amat sangat dekat, hingga desahan nafas dan debaran jantung Reinatha yang gugup terdengar jelas
Haruskah aku beri jawaban Tidak?
Oh Tuhan......Aku malu tapi aku rindu
Bagaimana ini hati ku sedang terguncang dengan hebatnya
Reinatha 💘


Comments

Popular posts from this blog

AS " Arkana & Sabrina" (Part 4)

Perempuan & Egonya Part 20