Perempuan & Egonya Part 24
Perempuan &
Egonya
Part 24
Benar kata orang,
Yang indah dari menunggu adalah perjumpaan
yang indah dari rindu adalah pelukan 😢
dan semua itu hanya bisa dilalui dan dinikmati oleh
hati yang kuat
tapi menunggupun tak perlu sesakit inikan?
Rindupun tak perlu sampai seluka inikan?
Harus diuji seperti apa bila hati telah terlanjur
yakin akan pilihannya?
Kalau saja bisa ku berlari ke kota mu hanya untuk
mendapatkn pelukan mu sedetik saja?
Kalau itu bisa…..
Sayang rindu mu hanya diam
Tak menjawab saat aku memanggil,
Atau hanya aku yang terlalu egois dalam
mencintai kamu?
Banyak
suara yang berteriak-teriak dalam isi kepalanya, sepanjang perjalanan pulang ini
hanya bisu yang tercipta. Anna dan Teddipun tak banyak bicara, memperhatikan
Reinatha dan Nathan dari kaca spion mobil. Teddi memberi kode kepada Anna untuk
memulai percakapan diantara mereka, Reinatha memalingkan wajahnya dari
pandangan Nathan keluar jendela dengan segala kesal bercampur rindunya.
Sedangkan Nathan, seperti sedang menebus rasa rindunya tak sedetikpun
memalingkan wajahnya dari Reinatha.
“Mas Nathan apa kabar?”
Pertanyaan retorika yang ditanyakan Anna untuk memecahkan keheningan diantara
mereka
“Aku Baik Ann, kalian apa kabar?”
“Aku sama Teddi baik juga kok mas,
lihatkan kita makin sehat sekarang, aku gendutan. Teddi apalagi Mas, makan mulu
kerjaaannya hehe…”
“Kamu apa kabar?” Nathan
melembutkan nada suaranya kearah Reinatha
Reinatha
sekali menoleh ke arahnya lalu membuang pandangannya lagi ke luar jendela
seperti tidak sedang ingin berbicara dengan Nathan, wajahnya masih tampak
kesal.
“Reinatha, baik kok mas…lihat sendirikan tambah
cantik dia sekarang, makin bersinar loh di kampus, Rein udah jadi Asdos”
Puji Anna, sekali
Reinatha memberikan tatapan sinis kepada Anna untuk berhenti mengoceh dan
menceritakan dirinya kepada Nathan.
‘Oh yah, selamat yah” Kata Nathan bangga
“Nggak perlu…”
Jawab Reinatha ketus dengan wajah marahnya
Anna
dan Teddi kehabisan ide untuk mencairkan suasana penuh kecanggungan diantara
sepasang kekasih ini. Sesampainya di tempat Nathan
“Makasih yah Ted, udah dijemput dan diantar
kesini…”
“Sama-sama Nath, ya udah kita balik
yah sampai ketemu besok…”
“Bye mas Nathan selamat
beristirahat…” Sambung Anna
Reinatha
masih tak bersuara walau sempat mengantar Nathan sampai di depan pintu.
“Rein, biar aku yang antar pulang
aja nggak papa kan Ted, aku mau ngomong sebentar sama dia”
Pinta Nathan
“oh…boleh boleh mas ambil aja hehehe”
cengir Anna
“Apaan sih! Nggak ! aku mau pulang
bareng mereka, besok aku ada kuliah pagi”
Teddi dan Anna tampak kesal dengan jawaban culas Reinatha yang masih saja bersih keras dengan amarahnya.
“Yah nggak papa dong Rein, kan
diantar Nathan entar…bentar doang kok” Bujuk Teddi
“ Iya, bentar doang, nanti di antar
kan mas yah!” Sambung Anna
“Oh jadi kalian nggak mau pulang
bareng aku? Ok, aku bisa naik ojek sendiri kok…ojekkkkkkk!” Teriak
Reinatha spontan
“eeeeeeee apaan sih, bukan gitu
Rein”
Teddi tampak bingung berusaha menahan kepergian Reinatha
“Ya udah nggak papa kalau kamu
nggak mau ngomong sekarang, kalian hati-hati yah di jalan”
Nathan mengalah
Reinatha
hanya menatap Nathan dengan tatapan dinginya. Didalam perjalanan pulang,
Reinatha melampiaskan kekesalannnya.
“Hati-hati di jalan? Haaaa? Masih
berani dia ngomong kaya gitu, hati-hati di jalan….kaya nggak ada rasa
bersalahnya sama sekali!!!!”
“Tadi ada orangnya nggak mau ngomong
langsung!” Sambung Teddi
“Ih ngapain ngomong sama dia! Nggak
penting!!”
“Nggak penting tapi kangen kan?” sambung
Anna lagi
“Apa itu kangen? Kangen hanya untuk
orang lemah!!!!” Jawab Reinatha tegas
“unchhhh Yang, dengar tuh kata Rein barusan,
kangen hanya untuk orang lemah, berarti aku lemah dong soalnya aku kangen kamu
terus gimana dong, hehehehehe” Manja Anna ke Teddi
“Aku juga dong sayang…aku lebih
lemah lagi dong soalnya sayang aku ke kamu tuh menggunung, aku orang terlemah
karena kangen sama kamu walau kita sering bertemu….”
Balas Teddi
“ihhh apaan sih nih berdua! Gue
lagi bete nih mala sayang-sayangan lagi”
“Salah sendiri, Pacaranya udah
pulang dicuekin, kamu tuh sebenarnya lemah juga tau nggak Rein, Cuma pura-pura
kuat aja apa emang ego perempuan kali yah jadi harus ngambekan dulu biar
disayang” Tanya Anna
“Iya bener tuh Yang, kamu juga kan
sering gitu kan…bad mood, emosian, marah-marah sendiri, kesal sendiri tapi
kalau udah di sayang udah deh baik lagi…” Sambung Teddi
“Tuh Rein, marahnya jangan lama-lama. Kasihan
tuh Rindu 2 tahun disimpan udah kaya apatuh! Beri sedikit ruang untuk hati biar
dia jadi lemah untuk rindu juga” Sindir Anna lagi
Hari
Baru telah tiba, seperti biasa Reinatha kembali ke Kampus dan Nathan harus
wajib lapor akan selesai masa tugasnya.
“Hai Rein….serius amat” Sapa Kiano
“Hai Kino, eee soal semalam….”
“oh iya, gimana filenya udah di
kirim ke Pak Mifta?”
“ udah kok…kamu entar ikut nggak
survey lokasinya?”
“Kamu ikut nggak? Kalau kamu ikut, aku
ikut nih” Rayu Kiano
“Hehehe…aku ikut kok, tapi mau makan siang
dulu”
“Mau bareng nggak? Aku traktir yah
hitung-hitung ganti semalam, gimana?”
“hmmmmmmm nggak usah deh, aku mau
makan bareng anak-anak”
“ Ok deh…..padahal aku berharap
banget loh kamu bilang iya”
“hehehehe maaf yah…”
Tiba-tiba
saja
“Rein”
Nathan berdiri tepat dihadapan mereka berdua
“Kamu ngapain disini?”
Reinatha
kaget bukan main melihat kehadiran Nathan yang serba tiba-tiba
“hmmm Rein, aku ke Kantin dulu yah!”
Pamit
Kiano yang tiba-tiba merasa canggung berdiri diantara mereka berdua
“Aku mau ngajak kamu makan siang
bareng, udah selesaikan kuliahnya?” Tanya Nathan
“aku sibuk!”
Jawab Reinatha ketus
“Rein, please…!”
“ Kamu datang kesini sesuka hati
kamu, terus ngajak aku makan berharap aku jawab iya! Sesimple itu Nath? Gila
kamu yah!!!” Marah Reinatha
“Rein, aku tau kamu belum makan jam
segini, jadi aku Cuma mau jemput kamu buat makan, kamu boleh diemin aku selama
perjalanan atau selama yang kamu mau tapi kita makan yukk”
“Wajah kamu tuh ngeselin tau nggak
sih, Nath! Aku sibuk! Nggak ada waktu, kamu kalau mau makan, makan aja sendiri”
Reinatha
berjalan menuju Kiano yang belum jauh dan meninggalkan Nathan yang terus
melihat kepergiannya
“Kino, ajakkan makan siang kamu masih berlaku
nggak?” Tanya Reinatha di hadapan Nathan
“Masih dong, kamu mau? Serius?
Ayooo kamu mau makan apa? Di tempat yang semalam kamu mau nggak? Aku reservasi
dulu yah bentar”
Kiano tampak girang menyambut ajakan
Reinatha yang tiba-tiba, sedangkan Nathan dengan tatapan patah hatinya menarik nafas panjang menahan amarahnya dan berlalu meninggalkan Reinatha. Reinatha
kini tampak bersalah setelah melihat Nathan pergi begitu saja meninggalkannnya.
“Nyebeliiin!”
Gerutu
Reinatha melihat kepergian Nathan, tanpa menahan kepergiannya bersama Kiano
“Siapa yang nyebeliiin?” Tanya Kiano
“Oooh itu, enggak….ada orang…”
Jawab Reinatha ngasal, takut ketauan
oleh Kiano siapa yang lagi membuatnya kesal
“Itu tadi siapa?” Tanya Kiano lagi
“Cowo tadi?” Tanya Reinatha memastikan
“Iya, yang tadi ngobrol sama kamu”
“Tau….kesasar kali!”
Jawab Reinatha bete
“ Berarti bukan pacar kamu kan?”Tanya
Kiano lagi memastikan
“Pacar???”
“Kamu tuh sebenarnya udah punya
pacar belum sih Rein?”
“hemmmm tau ah, aku aja nggak tau
aku tuh punya pacar atau nggak”
“Hahahaha lucu banget sih kamu
Rein, gemesin tau nggak sih”
“Emang kalau kamu punya pacar, kamu
maunya yang kaya gimana?” Lanjut Kiano lagi
“Yang setia, yang nggak ngilang
lama, yang nggak bikin aku tersiksa karena rindu yang selalu ada saat aku
rindu, yang nggak buat aku khawatir dan bertanya-tanya setiap waktu dalam rindu”
Jawab Reinatha meluapkan isi hatinya
“Emang ada cowo yang berani ngilang dari
kamu? Nggak mungkinlah Rein….”
“Nggak tau Kin, kan manusia gampang
berubah-ubah hari ini cinta besok bisa enggak…” Jawab
Reinatha lemah dan pasrah
“Kalau aku, aku masuk nggak keriteria kamu?
Aku nggak mungkin ngilang sih dari kamu karena aku emang nggak bisa ngilang
dari kamu”
“hahahhaha apaan sih Kin, becanda
mulu ayooo ah makan lapar nih”
Di
tempat makan, Reinatha tak sengaja bertemu Nathan yang sedang memesan makanan
“Itukan cowo yang tadi yah kok bisa
disini juga?” Tanya Kiano
Reinatha
mulai bingung dengan tingkah Nathan, apa jangan-jangan Nathan mengikutinya
sampai ketempat ini
“Kamu yakin Rein nggak kenal sama
dia?” Tanya Kiano lagi
“Udah biarin aja, inikan tempat
makan, mungkin dia juga mau makan disini”
“Tapi dia ngeliatin kamu terus dari
tadi, apa perlu aku samperin dia aja buat Tanya”
“Nggak usah Kin, biarin aja….”Tahan
Reinatha
‘oh yah bentar yah Rein, aku angkat
telfon dulu” Kiano meninggalkan Reinatha, Reinatha
bergegas menuju ke meja Nathan
“Kamu ngapain disini?”
“Makan…”
Jawab Nathan santai
“Iya tapi kenapa harus disini?”
“emang nggak boleh, inikan tempat
makan, kamu nggak makan? Atau mau gabung sama aku sini duduk…” Nathan
menarik bangku disampingnya mempersilahkan Reinatha untuk duduk
“Apa-apan sih Nath, nggak lucu
yah!”
“Aku mau makan Rein bukan ngelawak,
yah nggak lucu lah! Itu siapa?” Tanya Nathan serius
“Bukan urusan kamu tau itu siapa!”
Reinatha
kembali ke mejanya menunggu Kiano, sedangkan Nathan menatapnya dengan senyum
tipis sambil memberi kode untuk makan, Reinatha memalingkan wajahnya kesal
melihat Nathan.
“Kalau udah selesai kita langsung
survey lokasi yah” Ajak Kiano
“Ayooooo”
Tiba-tiba
saja Reinatha mendapat ide cemerlang, digandengnya tangan Kiano keluar dari
restoran, Nathan hanya menatapnya dari kejauhan dengan tatapan dinginnya.
Selama
survey lokasi, Reinatha tampak tak tenang selalu saja memeriksa layar
ponselnya, berharap ada panggilan dari seseorang tapi handphonenya dari tadi
tak juga ada panggilan atau pesan yang masuk.
“Nih orang kok nggak telfon atau
sms kek, marah kek tanyain dimana kek, ngeselin deh!!” Guman
Reinatha dalam hatinya sambil menanti deringan handphonenya.
“Rein, ada apa?”
Tanya Kiano
“Nggak papa kok, cuma lagi nunggu panggilan
aja, tapi sepertinya nggak bakal ada yang telfon hari ini” Wajah Reinatha
memelas
“Kamu ada janji buat telfon?”
“Nggak kok, cuma berharap aja ada yang nelfon
hehe…”
“Ya udah aku telfon yah….bunyikan
ponselnya, diangkat dong”
“hehehe….kamu aneh-aneh aja deh
Kin”
“Malam ini nonton yuk, ada filim
bagus, ayolah jangan sampai aku ditolak nih, mau yah aku jemput dirumah jam 7
ok!!” Rayu Kiano
“Ya udah sekali ini aja yah nonton yah”
“ih jangan dong hehehe ya udah aku
jemput yah entar “
Sesampainya
dirumah dengan lelahnya Reinatha berbaring hingga ketiduran, ia terbangun saat
mendengar suara teriakan gaduh di ruang tamu
“Suara apa sih, berisik banget, Anna….Anna” Panggil
Reinatha keluar dari kamar dengan wajah kantuknya
“Iya bentar Rein, aku lagi di dapur”
Teriak Anna
Dilihatnya
ke ruang tamu ternyata ada Teddi yang sedang bermain game dan disebelah Teddi
ternyata ada Nathan.
“Elu!!! Ngapain disini!!!!’
Teriak Reinatha kagetnya, hilang kantuknya seketika
“Main game”
Nathan menjawab santai sambil mengangkat stik PS
“Yah kenapa disini!! Kenapa harus
disini, kenapa kenapa????”
“Lanjutin Nath, ayooo nggak terima
gue kalah nih” Sahut Teddi
“Teddi, ini gue lagi ngomong! Diam
dulu bentar!!!”
“Kamu ada waktu sekarang buat
ngomong? Ayoooo “Nathan bergegas menarik tangan Reinatha
ke ruang makan untuk bicara
“Ihhhhh apaan sih, lepasin…Nath
lepasin!!!”Reinatha berusaha melepaskan tangannya
dari genggaman Nathan yang begitu kuat.
“Tadi katanya mau ngomong, mau ngomong apa?”
Tatapan mata Nathan kini benar-benar serius
“Siapa juga yang mau ngomong sama kamu! Ge’er
banget sih!!! Orang gue ngomong sama Teddi kok” Masih dengan wajah galaknya
“Yakin nggak mau ngomong sama aku?” Goda
Nathan mendekatkan wajahnya
“Iya emang kenapa!”
Tantang
Reinatha tak mau kalah mendekatkan pula wajahnya
Kini
jarak wajah mereka hanya 5 cm, nafas keduanya terdengar jelas, mata mereka
saling beradu jelas bercampur kesal dan rindu namun lebih banyak cinta didalam
mata keduanya.
“Aku rindu Reinatha…”
Bisik Nathan lembut saat didapati tatapan Reinatha adalah tatapan Rindu tanpa
ada suara yang meneriaki rindunya terlebih dahulu karena ego dan amarahnya.
“Aku enggak!!!”
Reinatha membalikan badan dan wajahnya menjauhi Nathan pergi begitu saja
Reinatha
menyembunyikan wajah merona dan malunya di dalam kamar, sambil melihat buku
Diarynya yang hampir penuh ditulisan ceritanya selama 2 tahun, diantara tumpukan rindu,
egonya masih lebih berkuasa, hingga dibuangnya begitu saja kedalam bak
sampah buku Diarynya.
Kiano
datang menjemputnya, kepergian Reinatha disaksikan Nathan dalam diamnya. Nathan
bahkan tak ingin melihat Kiano yang berdiri di luar, awalnya Reinatha ragu-ragu
saat hendak keluar dari kamarnya saat tau Kiano telah berada didepan sampai di
panggil Anna, di ruang makan dilihatnya Nathan duduk sendiri dalam diamnya tak
bicara sepatah katapun melihatnya di jemput pria lain.
“Kamu yakin mau pergi?” Bisik Anna pelan
“Kiano udah diluar, gimana dong”
“Kalau mereka berantem gimana Rein,
ah kamu mah nggak mikirin perasaan mas Nathan!”
“Dianya aja diam kaya patung gitu, nggak ada
sedikitpun niatnya nahan aku buat nggak pergi yah gimana Ann….”
“Yah siapa tau mas Nathan diam gitu karena
lagi marah kamu pergi sama cowo lain”
“Biarin aja, dia pergi 2 tahun
nggak ada kabar aja aku nggak marah….”
“Aduh Rein, kamu cari masalah
banget deh….”
“Aku juga bingung Ann aku nih masih
pacarnya apa enggak, sikapnya aja kaya gitu…”
“Terus mau kamu apa?” Anna
mulai kesal
“Yah tahan kek, marah-marah kek
sama aku,jangan pergi gitu! ini mala tuh, lihat sendirikan, kelamaan di
Thailand jadi bisu dia, udah ah….capek!”
Kepergian
Reinatha dan Kiano membuat semua orang rumah membisu sesaat, bingung harus
berkata apa ditambah Nathan dari tadi hanya terdiam
“Mas Nathan, ini mungkin buat mas
Nathan, aku ketemu pas beres-beres kamar Reinatha tadi” Anna
memberikan buku Diary Reinatha
Nathan
membuka dan membaca halaman perhalaman dari Diary Reinatha, sekali-kali Nathan
tersenyum bahagia, lucu membaca kisah Reinatha ada saat dimana matanya
berkaca-kaca saat membaca rindu dan ragu yang dipertanyakan Reinatha akan
dirinya. Kalau saja Reinatha tau sata itupun berat baginya berjuang dalam
kesembuhannya untuk Reinatha, agar ia bisa segera pulang dan memeluk rindunya
itu.
“Loh mas Nathan mau kemana?”
Tanya Anna melihat Nathan bergegas buru-buru hendak pergi
“Mau menjemput rindu Ann, makasih
yah untuk bukunya”senyum Nathan tulus dan manisnya
“Cie…..so sweeetttt gitu dong,
banyak ngalah yah mas sama saudara aku yang satu itu, ego sama rindunya bercampur
soalnya”
“Nggak papa Ann, asal cintanya
nggak pernah berkurang”
“Kalau itu sih aku jamin nggak
berkurang Mas, yang ada bertambah…Good Luck yah Mas”
Selesai
Nonton, Reinatha terkejut melihat Nathan menunggunya di pintu keluar Bioskop
“Kamu ngapain lagi sih disini?
Ngikutin aku?” Reinatha Nampak kesal
“Kamu kenal Rein?”
Tanya Kiano
“Dia….Dia………..Dia” Reinatha tampak
terbata-bata memberikan jawaban
“Nathan! Pacar Gloria Reinatha!”
Jawab Nathan tegas, sambil memberikan
tangannya untuk bersalaman dengan Kiano untuk pertama kalinya
“Pacar? Rein, bener dia pacar
kamu?” Tanya Kiano lagi
Reinatha
tampak kebingunagan memberikan jawaban
“ Dia nggak akan jawab bro, karena
dia lagi marahan sama gue! But thank you
yah udah ngajakin dia nonton semoga aja udah hilang betenya, aku aja yang
ngantarin dia pulang, Yuk Rein”
Nathan menggenggam
tangan Reinatha untuk pergi, namun di tahan Kiano
“Tunggu dulu! Rein, bener dia pacar kamu?”
Kiano masih ragu akan jawaban Nathan
Reinatha
menarik nafas panjang melepasan tangannya dari genggaman Nathan dan Kiano.
“Aku pulang sendiri aja yah!”
‘Wait…wait Rein, nggak kamu pulang
bareng aku” Paksa Kiano
“Nggak papa Kin, aku bisa pake taxi
dari sini”
Tanpa
basa-basi, Nathan menggendong Reinatha dan membawanya masuk kedalam mobilnya
secara tiba yang membuat Reinatha dan Kiano panik.
“Nathan!! Lepasin Nath!” Teriak Reinatha kaget
“Eh….apa-apan ini!”
Teriak Kiano
“Sorry Bro! Dia cewe gue…!”
Jawab Nathan dingin
Selama
perjalan pulang Reinatha tampak kesal dan tak ingin bicara
“Rein! Sampai kapan sih kamu mau
marah kaya gini? Aku minta maaf….”
“Maaf??? 2 tahun Nath, dan hanya
maaf yang kamu bisa bilang ke aku???”
“Dengerin dulu Rein, 2 tahun itupun
berat buat aku Rein, nggak hanya kamu”
“Dengar apa lagi Nath, kamu udah
buat aku malu tau nggak! Kenapa kamu nggak pergi aja selamanya! Nggak usah
pakai acara datang lagi didepan aku!” Marah Reinatha
Nathan
terdiam mencerna tiap kalimat yang diungkapkan Reinatha terasa menyakitkan
hatinya
“Kamu mau aku pergi selamanya? Bener itu mau
kamu Rein? Reinatha lihat aku, bilang sekali lagi kalau benar itu mau kamu!!!”
Paksa Nathan
Reinatha
terdiam, dia sadar kali ini kata-katanya telah melampaui batas. Nathan pulang
dengan rasa sakit hatinya, dan Reinatha terbayang amarah bodoh nya yang meminta
Nathan untuk pergi.
Malam
itu, egonya terpatahkan, airmata penyesalannya tertumpahkan
“Bukan itu maksud aku Ann, gimana
kalau Nathan beneran pergi lagi?” Tangis Reinatha pecah
“Iya aku tau kok, udah yah
nangisnya, nanti kamu sakit!”
“Dan bodohnya aku, kenapa nggak
bisa mulut ini bilang aku kangen, aku rindu, aku sayang banget sama Dia tapi
mala amarah ku yang meledak-ledak”
“Iya…iya Rein, aku ngerti, susah
terima semua ini, kamu berhak marah tapi kamu juga harus jujur sama perasaan
kamu sendiri, Mas Nathan perlu tau sesabar apa kamu selama ini”
“Aku harus gimana Ann, aku nggak
mau Nathan pergi lagi”
“Ya udah besok kita ke tempat Mas
Nathan yah…”
Betapa
terkejutnya Anna dan Reintah ketika mendengar, Nathan telah mengambil cuti
untuk check up atas cedera kakinya selama di Thailand dari salah seorang teman
Nathan
“Maksud Mas, Nathan cedera waktu di
Thailand?”
Reinatha berusaha memastikan informasi yang didapatkannya tak
salah didengarnya tadi
“Mba Reinatha nggak tau? Nathan
dirawat di Bangkok hampir setengah tahun, itu kenapa masa pelatihannya jadi
lebih lama dan kepulangannya juga jadi lebih lama”
“Cedera kaki? serius berarti mas?
Karena latihan penerbangan itu yah?” Tanya Anna lagi
“Oh bukan mbak, Nathan nggak pernah
cedera kalau latihan penerbangan dia masternya”
“Terus, kok bisa cedera mas?” Reinatha
mulai panik
“Kan gara-gara cari sinyal telfon mba
Reinatha pas ulang tahun, pohonnya tinggi banget mba sumpah, terus jatuh
Nathannnya”
“Telfon aku???”
“Iya mba…mba Reinatha seriusan
nggak tau?”
“Disana bener-bener nggak ada
sinyal Mas?” Anna memastikan lagi
“Boro-boro mba, Kantor pos buat
kirim surat aja nggak ada apalagi sinyal”
“Terus, Nathan sekarang dimana Mas,
maksudnya berobatnya, check upnya dimana? Masih di Indonesiakan? Masih balik
lagi kan?” Reinatha bertubi-tubi memberikan
pertanyaan
“Kalau itu yang tau pimpinan mbak,
kita nggak tau”
“Yah udah bis aketemu nggak sama
pimpinannya, buat Tanya Nathan dimana?”
“Yah Pimpinannya lagi di Bangkok mba”
“oh Shittttttt!!!!”Reinatha
mulai semakin kesal
“Mba Reinatha udah nonto video dari
kita belum? Sukak nggak mba?” Tanya teman Nathan
penasaran dengan senyum semeringahnya
“Video apa lagi mas??” Reinatha
benar-benar bingung dibuatnya
“Video yang dibuat Nathan, hadiah ulang tahun
mba Reinatha dari kita semua, 2 tahun loh mba kita buatnya”
“Ya Tuhan!!! Segoblok itu ternyata
gue, amarah dan ego menghancurkan semua yang harusnya gue tau dari awal” Reinatha
mulai mengutuk dirinya dalam hati
“Makasih yah Mas untuk hadiah
kalian dan udah baik banget sama Nathan selama disana”
“Ann, dengar sendirikan, gue udah
nggak tau lagi harus mempersalahkan diri seperti apa!”
“Udah udah ayoo sekarang kita focus
cari Nathan!”
“Mau cari kemana? Dia tuh lagi
sakit! Dan gue nggak tau, pacar macam apa coba gue?gimana kalau dia bener-bener
pergi dari gue?ahggggffffffff Anna gimana dong, gue bisa gilaaaaaa”
Hari
berlalu dengan begitu cepatnya, Reinatha masih dengan usahanya mencari
informasi dimana Nathan dirawat, hamper semua Rumah Sakit di Jogja dicarinya
tapi tak juga ditemukan Nathan ada disana, nomornya nggak aktif semenjak
malamitu, malam dimana Reinatha memintanya pergi.
“Hai murung amat….”
Sapa Kiano
“Hai Ki…..tiket apaan tuh?”
“Oh ini, aku mau balik liburan dulu
ke Jakarta, biasa bisnis orangtua pertemuan gitu jadi sebagai anak tertua
disuruh pulang dulu weekend ini”
“Hmmmm ngomongin Jakarta, aku jadi
rindu sama Jakarta”
“Balik lah…..Jangan terlalu lama
disini, kata orang bakal susah pisah nanti sama Jogja”
“Nanti deh, salam yah buat warga
Jakarta nanti hehehe”
Sesampainya
dirumah
“Gimana Ann ada perkembangan
nggak?”
“Kayaknya mas Nathan nggak di Rumah
sakit Jogja deh Rein”
“Aku sih juga mikirnya gitu, masa
udah berhari-hari ini kita nggak saling ketemu”
“Dimana yah kira-kira Rein?”
“Nggak ngerti Ann, mungkin dia
bener-bener marah sama aku”
Tiba-tiba
saja Hp Reinatha berdering
“Halo Pak, kangen yah?”
“Dek, kamu sama Anna sehat?”
“Sehat kok Pak, Ibuk sama Mas Bima
gimana, apa kabar?”
“Baik, kita semua lagi kangen nih
sama kamu, Dek, weekend ini kamu ke Jakarta dong”
“Kok tiba-tiba banget Pak, ada
apa?”
“Ini Mas Bima mau fitting baju
pengantin kita sekeluarga”
“Ahhhh kok nggak bilang-bilang adek
sih Pak! Marah nih….”
“Mas kamu kan sibuk tau sendiri,
lupa kali ngabarin kamu dek, weekend ini yah oh iya satu lagi papa mau kenalin
kamu sama seseorang”
“Aduh siapa lagi sih Pak! Jangan
kaya Ibuk deh”
“Hemmmmm Ibuk denger loh dek, hehe
inituh anak temennya papa, mau papa kenalin sama kamu, kamu pasti sukak papa
jamin”
“Cowok apa cewek nih?”
“Cowok dong”
“Ah udah ah Pak, nggak sukak nih diginiin”
“Adek pasti sukak ko sama orangnya
Papa jamin, papa aja sukak”
“Ya udah sama Bapak aja, adek udah
punya pacar!”
“Yakin nggak mau?”
“Ah Bapak adek nggak sukak”
“Kenalan aja dulu yah…”
“Ah tau ah….”
“Jangan ngambek dong, ingat weekend
besok pulang”
Jakarta,
memanggil Reinatha untuk pulang
Hiruk-pikuk
kesibukan Ibuk bersama designer jas pengantin Mas Bima dan gaun pengantin mba
Dian datang ke rumah.
“Rein, gimana menurut kamu sayang?”
Tanya Ibuk
“Bagus…ini yang mau nikah mas Bima
apa Ibuk sih?”
“Ih nih anak, Ibuk juga harus
selektif memilihnya, Dek lihat nih baguskan? Ibuk udah pesan buat acara lamaran
kamu”
“Lamarannnnnnn? Lamarannnnn siapa
Buk???”
“Lamaran Adek lah mau siapa lagi,
masa mas Bima lamaran dua kali” Ketus Ibuk
“Ibuk sakit yah? Apa Ibuk ketularan
sakit dari pasien-pasien Ibuk di Rumah sakit?”
“Emang kamu nggak mau ada acara
lamaran kamu nanti?”
“Lamaran sama siapa Buk, Ibuk
jangan halu deh!!”
“Lah itu siapa pacar kamu dek?”
‘Nathan!”
“Nah itu, dia, nggak ada niat tuh buat lamar kamu?”
“Nggak tau Buk! Orangnya aja udah
ngilang!”
“Lah percuma dong setia 2 tahun
kemaren”
“Ah Ibuk ah!!! Tau ah…Bapak mana
lagi nih?”
“Lagi latihan menembak”
“ Latihan menembak? Sejak kapan
Bapak suka latihan menembak Buk?” Reinatha benar-benar di
buat heran dengan hobi baru Bapaknya
“Sejak ada calon anak mantunya”
“Mba Dian? Mba Dian bukannya lagi
pergi sama mas Bima?”
“Bukan Dian, itu yang mau Bapak
kenalin ke kamu, Rein”
“Wah Fix nggak bapak nggak Ibuk
kayaknya lagi pada sakit deh”
“Ih kenapa? Ibuk sukak kok anaknya!”
“Ya Ibuk sukak aku yang nggak
sukak!”
“Ih kenal aja dulu Rein, ibuk
lihat-lihat sih cocok”
“Ibuk sama Bapak nih ahhhh ngeselin
deh!”
“Memi kenapa lagi senyam-senyum
gitu?”
“Yah Memi juga setuju sih Non kalau
sama yang ini, anaknya baik, sopan, pintar, ganteng lagi”
“Ya Tuhan kemarin Bagas semua juga
pada bilangnya gitukan?”
“Ih yang ini Beda! Pokoknya Ibuk
sukak titik!”
Makan
malam keluarga yang dinantikanpun telah tiba, Dian datang bersama keluarganya
lengkap. Penuh seisi rumah dan ramai, kedua calon pengantin terlihat bahagia.
Tiba-tiba pintu ketuk dan dibukakan oleh Memi
“Pak, Ibuk orangnya udah datang”
Kata Memi
“Orang siapa sih? Perasaan semua orang sudah
didalam rumah, siapalagi yang ditunggu Ibuk sama Bapak?” Pikir Reinatha
“Tanteeeeeeeeeee Risma?????”
Teriak
Reinatha kaget langsung buru-buru menutup mulutnya melihat kedatangan tante
Risma bersama suaminya
“Udah di tungguin loh Jeng, ayoo
ayooo langsung aja” Ajak Ibuk Ramah
“Ayo Nath…”
Panggil Tnate Risma
“Nath? Nathan maksudnya?????Beneran
Nathan?? Ini maksudnya Nathan yang datang ke rumah gue?? Beneran Nathan nggak
sih???”
Reinatha penasaran tingkat tinggi, melihat siapa
yang di ajak Tante Risma masuk
Dan
benar saja, sosok gagah, tinggi dan tampan itu Nathan, Nathanael Sean yang
tampak sempurna dengan tuksedo hitamnya.
“Reinatha sini, mala bengong…” Panggil
Bapak
“Kenalin ini calon mantu Bapak”
Kata Bapak tanpa disaring terlebih dahulu
kalau jantung putri kesayangannya ini lemah seketika di hadapan Nathan,
Reinatha masih merasa ini hanya mimpi ini nggak nyata, nggak mungkin Nathan dan
Bapak, semua ini nggak nggak mungkin!
“Rein, Reinatha…..Hei….” Panggil Bapak
menyadarkan
“Kaget pasti Reinathanya “Sambung Tante Risma
“Iyalah pasti Jeng, Nathan nggak bilang dulu
sama dia soalnya” Sambung Ibuk
“Jadi sekarang kita besanan nih yah
hahaha” Sambung Ayah Nathan melengkapi kebingungan
Reinatha
“Jadi ini ceritanya semua orang
didalam rumah ini tau, kalau Nathan di Jakarta, kecuali gue dong! Ini maksudnya
gimana sih kok gue masih nggak ngerti”
Reinatha mulai menggila
dengan pikirannnya sendiri
“Sebentar…sebentar, Pak ini maksudnya gimana?
Aku benar-benar nggak ngerti”
Reinatha mulai bersuara
“Jadi papanya Nathan tuh telfon Bapak kalau
Nathan butuh dokter untuk check up, disitu Nathan ketemu sama Bapak pertama
kali dan dia memberanikan diri memperkenalkan dirinya sebagai pacar kamu dan yang
buat Bapak kaget dia ngelamar kamu tanpa pengetahuan kamu di depan Bapak sama
Ibuk, iyakan Buk?”
“Iya…”
Jawab Ibuk dengan entengnya
“Terus Ibuk menyarankan kita perlu makan malam
keluarga untuk saling mengenal, Bapak sih nggak punya alasan buat nolak dengar
cerita Ibuk soal pacar kamu yang ternyata adalah Nathan, kenapa enggak?”
Jelas Bapak lagi
“Wah…wah…wah…kalian merencanakan
semua ini tanpa bilang dulu sama Aku?”
“Hmmmmmm kalau itu idenya Nathan,
salahin Nathan! Kita tinggal yah biar kalian berdua bisa ngobrol’ Canda
Bapak
“Kamu….affhhhhhh kamu sadar nggak
sih gimana khawatirnya aku nyari kamu di Jogja pas tau kamu cedera gara-gara
aku? Bisa-bisanya kamu disini dan merencanakan semua ini!!!!!!waoooooooooo
Bravoooo Nathan” Reinatha tampak kesal
“Kamu kan yang minta aku pergi?”
“Iya tapi waktu itu aku nggak
serius! Bodoh!!!!”Reinatha terlihat menahan airmatanya
“Aku emang mau pergi selamanya,
tapi aku nggak mau pergi sendiri, aku maunya sama kamu…”
“Dasar nyebelin!! Kamu tuh manusia
terbuat dari apa sih??”
“Kamu juga, Ciptaan Tuhan yang
begitu indah untuk aku miliki” Rayu Nathan
“Aku masih sebel samakamu!!”
“Tapi cinta sama kamu!” Jawab
Nathan lagi
“Tuh kan mulai lagi ngeselin!!”
“Gloria Reinatha, simpan amarah mu
dan terima aku jadi pendamping hidup mu!”
“Nath, ini kamu lagi lamar aku? Hahahaha
nggak gitu ngomongnya,ahhhh kesellllll, nggak ada romantis-romantisnya sama
sekali”
Nathan
memeluk Reinatha erat kali ini secara tiba-tiba, mendekatkan hidungnya dan menatap matanya dalam
“Gloria Reinatha, maukah kau melampiaskan
setiap amarah mu sepanjang hidupmu bersama ku, berbagi tawa, senyum, rindu dan
cinta sebagaimana mestinya dan seharusnya! Kamu tidak punya kuasa untuk
menolaknya!
“Aku harus jawab apa ?” Reinatha
tampak gugup dan merona
“Susssttttttttttt! You don’t need
to say something! You’re totally mine”
Untuk
pertama kalinya ciuman hangat di bibir ini membuat ku sadar aku mencintainya
lebih dari ini lebih dari semua ego dan amarah ku….
Dia
calon suamiku!
Dan
aku mencintainya Titik!

Comments
Post a Comment