Perempuan & Egonya Part 24


Perempuan & Egonya
Part 24

Benar kata orang,
Yang indah dari menunggu adalah perjumpaan
yang indah dari rindu adalah pelukan 😢
dan semua itu hanya bisa dilalui dan dinikmati oleh hati yang kuat
tapi menunggupun tak perlu sesakit inikan?
Rindupun tak perlu sampai seluka inikan?
Harus diuji seperti apa bila hati telah terlanjur yakin akan pilihannya?
Kalau saja bisa ku berlari ke kota mu hanya untuk mendapatkn pelukan mu sedetik saja?
Kalau itu bisa…..
Sayang rindu mu hanya diam
Tak menjawab saat aku memanggil,
Atau hanya aku yang terlalu egois dalam mencintai kamu?


Banyak suara yang berteriak-teriak dalam isi kepalanya, sepanjang perjalanan pulang ini hanya bisu yang tercipta. Anna dan Teddipun tak banyak bicara, memperhatikan Reinatha dan Nathan dari kaca spion mobil. Teddi memberi kode kepada Anna untuk memulai percakapan diantara mereka, Reinatha memalingkan wajahnya dari pandangan Nathan keluar jendela dengan segala kesal bercampur rindunya. Sedangkan Nathan, seperti sedang menebus rasa rindunya tak sedetikpun memalingkan wajahnya dari Reinatha.

“Mas Nathan apa kabar?”
Pertanyaan retorika yang ditanyakan Anna untuk memecahkan keheningan diantara mereka

“Aku Baik Ann, kalian apa kabar?”

“Aku sama Teddi baik juga kok mas, lihatkan kita makin sehat sekarang, aku gendutan. Teddi apalagi Mas, makan mulu kerjaaannya hehe…”

“Kamu apa kabar?” Nathan melembutkan nada suaranya kearah Reinatha

Reinatha sekali menoleh ke arahnya lalu membuang pandangannya lagi ke luar jendela seperti tidak sedang ingin berbicara dengan Nathan, wajahnya masih tampak kesal.

Reinatha, baik kok mas…lihat sendirikan tambah cantik dia sekarang, makin bersinar loh di kampus,  Rein udah jadi Asdos
Puji Anna, sekali Reinatha memberikan tatapan sinis kepada Anna untuk berhenti mengoceh dan menceritakan dirinya kepada Nathan.

Oh yah, selamat yah” Kata Nathan bangga

“Nggak perlu…” Jawab Reinatha ketus dengan wajah marahnya

Anna dan Teddi kehabisan ide untuk mencairkan suasana penuh kecanggungan diantara sepasang kekasih ini. Sesampainya di tempat Nathan

Makasih yah Ted, udah dijemput dan diantar kesini…”

“Sama-sama Nath, ya udah kita balik yah sampai ketemu besok…”

“Bye mas Nathan selamat beristirahat…” Sambung Anna

Reinatha masih tak bersuara walau sempat mengantar Nathan sampai di depan pintu.

“Rein, biar aku yang antar pulang aja nggak papa kan Ted, aku  mau ngomong sebentar sama dia” Pinta Nathan

“oh…boleh boleh mas ambil aja hehehe” cengir Anna

“Apaan sih! Nggak ! aku mau pulang bareng mereka, besok aku ada kuliah pagi”

Teddi dan Anna tampak kesal dengan jawaban culas Reinatha yang masih saja bersih keras dengan amarahnya.

“Yah nggak papa dong Rein, kan diantar Nathan entar…bentar doang kok” Bujuk Teddi

“ Iya, bentar doang, nanti di antar kan mas yah!” Sambung Anna

“Oh jadi kalian nggak mau pulang bareng aku? Ok, aku bisa naik ojek sendiri kok…ojekkkkkkk!” Teriak Reinatha spontan

“eeeeeeee apaan sih, bukan gitu Rein” Teddi tampak bingung berusaha menahan kepergian Reinatha

“Ya udah nggak papa kalau kamu nggak mau ngomong sekarang, kalian hati-hati yah di jalan” Nathan mengalah

Reinatha hanya menatap Nathan dengan tatapan dinginya. Didalam perjalanan pulang, Reinatha melampiaskan kekesalannnya.

“Hati-hati di jalan? Haaaa? Masih berani dia ngomong kaya gitu, hati-hati di jalan….kaya nggak ada rasa bersalahnya sama sekali!!!!”

Tadi ada orangnya nggak mau ngomong langsung!” Sambung Teddi

“Ih ngapain ngomong sama dia! Nggak penting!!”

“Nggak penting tapi kangen kan?” sambung Anna lagi

“Apa itu kangen? Kangen hanya untuk orang lemah!!!!” Jawab Reinatha tegas

unchhhh Yang, dengar tuh kata Rein barusan, kangen hanya untuk orang lemah, berarti aku lemah dong soalnya aku kangen kamu terus gimana dong, hehehehehe” Manja Anna ke Teddi

“Aku juga dong sayang…aku lebih lemah lagi dong soalnya sayang aku ke kamu tuh menggunung, aku orang terlemah karena kangen sama kamu walau kita sering bertemu….” Balas Teddi

“ihhh apaan sih nih berdua! Gue lagi bete nih mala sayang-sayangan lagi”

“Salah sendiri, Pacaranya udah pulang dicuekin, kamu tuh sebenarnya lemah juga tau nggak Rein, Cuma pura-pura kuat aja apa emang ego perempuan kali yah jadi harus ngambekan dulu biar disayang” Tanya Anna

“Iya bener tuh Yang, kamu juga kan sering gitu kan…bad mood, emosian, marah-marah sendiri, kesal sendiri tapi kalau udah di sayang udah deh baik lagi…” Sambung Teddi

Tuh Rein, marahnya jangan lama-lama. Kasihan tuh Rindu 2 tahun disimpan udah kaya apatuh! Beri sedikit ruang untuk hati biar dia jadi lemah untuk rindu juga” Sindir Anna lagi

Hari Baru telah tiba, seperti biasa Reinatha kembali ke Kampus dan Nathan harus wajib lapor akan selesai masa tugasnya.

Hai Rein….serius amat” Sapa Kiano

“Hai Kino, eee soal semalam….”

“oh iya, gimana filenya udah di kirim ke Pak Mifta?”

“ udah kok…kamu entar ikut nggak survey lokasinya?”

“Kamu ikut nggak? Kalau kamu ikut, aku ikut nih” Rayu Kiano

Hehehe…aku ikut kok, tapi mau makan siang dulu”

“Mau bareng nggak? Aku traktir yah hitung-hitung ganti semalam, gimana?”

“hmmmmmmm nggak usah deh, aku mau makan bareng anak-anak”

“ Ok deh…..padahal aku berharap banget loh kamu bilang iya”

“hehehehe maaf yah…”

Tiba-tiba saja

“Rein” Nathan berdiri tepat dihadapan mereka berdua

“Kamu ngapain disini?”
Reinatha kaget bukan main melihat kehadiran Nathan yang serba tiba-tiba

“hmmm Rein, aku ke Kantin dulu yah!”
Pamit Kiano yang tiba-tiba merasa canggung berdiri diantara mereka berdua

“Aku mau ngajak kamu makan siang bareng, udah selesaikan kuliahnya?” Tanya Nathan

“aku sibuk!” Jawab Reinatha ketus

“Rein, please…!”

“ Kamu datang kesini sesuka hati kamu, terus ngajak aku makan berharap aku jawab iya! Sesimple itu Nath? Gila kamu yah!!!” Marah Reinatha

“Rein, aku tau kamu belum makan jam segini, jadi aku Cuma mau jemput kamu buat makan, kamu boleh diemin aku selama perjalanan atau selama yang kamu mau tapi kita makan yukk”

“Wajah kamu tuh ngeselin tau nggak sih, Nath! Aku sibuk! Nggak ada waktu, kamu kalau mau makan, makan aja sendiri”

Reinatha berjalan menuju Kiano yang belum jauh dan meninggalkan Nathan yang terus melihat kepergiannya

Kino, ajakkan makan siang kamu masih berlaku nggak?” Tanya Reinatha di hadapan Nathan

“Masih dong, kamu mau? Serius? Ayooo kamu mau makan apa? Di tempat yang semalam kamu mau nggak? Aku reservasi dulu yah bentar” 
Kiano tampak girang menyambut ajakan Reinatha yang tiba-tiba, sedangkan Nathan dengan tatapan patah hatinya menarik nafas panjang menahan amarahnya dan berlalu meninggalkan Reinatha. Reinatha kini tampak bersalah setelah melihat Nathan pergi begitu saja meninggalkannnya.

Nyebeliiin!”
Gerutu Reinatha melihat kepergian Nathan, tanpa menahan kepergiannya bersama Kiano

Siapa yang nyebeliiin?” Tanya Kiano

“Oooh itu, enggak….ada orang…” Jawab Reinatha ngasal, takut  ketauan oleh Kiano siapa yang lagi membuatnya kesal

Itu tadi siapa?” Tanya Kiano lagi

Cowo tadi?” Tanya Reinatha memastikan

“Iya, yang tadi ngobrol sama kamu”

“Tau….kesasar kali!” Jawab Reinatha bete

“ Berarti bukan pacar kamu kan?”Tanya Kiano lagi memastikan

“Pacar???”

“Kamu tuh sebenarnya udah punya pacar belum sih Rein?”

“hemmmm tau ah, aku aja nggak tau aku tuh punya pacar atau nggak”

“Hahahaha lucu banget sih kamu Rein, gemesin tau nggak sih”

“Emang kalau kamu punya pacar, kamu maunya yang kaya gimana?” Lanjut Kiano lagi

“Yang setia, yang nggak ngilang lama, yang nggak bikin aku tersiksa karena rindu yang selalu ada saat aku rindu, yang nggak buat aku khawatir dan bertanya-tanya setiap waktu dalam rindu” Jawab Reinatha meluapkan isi hatinya

Emang ada cowo yang berani ngilang dari kamu? Nggak mungkinlah Rein….”

“Nggak tau Kin, kan manusia gampang berubah-ubah hari ini cinta besok bisa enggak…” Jawab Reinatha lemah dan pasrah

Kalau aku, aku masuk nggak keriteria kamu? Aku nggak mungkin ngilang sih dari kamu karena aku emang nggak bisa ngilang dari kamu”

“hahahhaha apaan sih Kin, becanda mulu ayooo ah makan lapar nih”

Di tempat makan, Reinatha tak sengaja bertemu Nathan yang sedang memesan makanan

“Itukan cowo yang tadi yah kok bisa disini juga?” Tanya Kiano

Reinatha mulai bingung dengan tingkah Nathan, apa jangan-jangan Nathan mengikutinya sampai ketempat ini

“Kamu yakin Rein nggak kenal sama dia?” Tanya Kiano lagi

“Udah biarin aja, inikan tempat makan, mungkin dia juga mau makan disini”

“Tapi dia ngeliatin kamu terus dari tadi, apa perlu aku samperin dia aja buat Tanya”

“Nggak usah Kin, biarin aja….”Tahan Reinatha

‘oh yah bentar yah Rein, aku angkat telfon dulu” Kiano meninggalkan Reinatha, Reinatha bergegas menuju ke meja Nathan

“Kamu ngapain disini?”

“Makan…” Jawab Nathan santai

Iya tapi kenapa harus disini?”

“emang nggak boleh, inikan tempat makan, kamu nggak makan? Atau mau gabung sama aku sini duduk…” Nathan menarik bangku disampingnya mempersilahkan Reinatha untuk duduk

“Apa-apan sih Nath, nggak lucu yah!”

“Aku mau makan Rein bukan ngelawak, yah nggak lucu lah! Itu siapa?” Tanya Nathan serius

Bukan urusan kamu tau itu siapa!”

Reinatha kembali ke mejanya menunggu Kiano, sedangkan Nathan menatapnya dengan senyum tipis sambil memberi kode untuk makan, Reinatha memalingkan wajahnya kesal melihat Nathan.

“Kalau udah selesai kita langsung survey lokasi yah” Ajak Kiano

Ayooooo”

Tiba-tiba saja Reinatha mendapat ide cemerlang, digandengnya tangan Kiano keluar dari restoran, Nathan hanya menatapnya dari kejauhan dengan tatapan dinginnya.
Selama survey lokasi, Reinatha tampak tak tenang selalu saja memeriksa layar ponselnya, berharap ada panggilan dari seseorang tapi handphonenya dari tadi tak juga ada panggilan atau pesan yang masuk.

“Nih orang kok nggak telfon atau sms kek, marah kek tanyain dimana kek, ngeselin deh!!” Guman Reinatha dalam hatinya sambil menanti deringan handphonenya.

“Rein, ada apa?” Tanya Kiano

Nggak papa kok, cuma lagi nunggu panggilan aja, tapi sepertinya nggak bakal ada yang telfon hari ini” Wajah Reinatha memelas

Kamu ada janji buat telfon?”

Nggak kok, cuma berharap aja ada yang nelfon hehe…”

“Ya udah aku telfon yah….bunyikan ponselnya, diangkat dong”

“hehehe….kamu aneh-aneh aja deh Kin”

“Malam ini nonton yuk, ada filim bagus, ayolah jangan sampai aku ditolak nih, mau yah aku jemput dirumah jam 7 ok!!” Rayu Kiano

Ya udah sekali ini aja yah nonton yah”

“ih jangan dong hehehe ya udah aku jemput yah entar “

Sesampainya dirumah dengan lelahnya Reinatha berbaring hingga ketiduran, ia terbangun saat mendengar suara teriakan gaduh di ruang tamu

Suara apa sih, berisik banget, Anna….Anna” Panggil Reinatha keluar dari kamar dengan wajah kantuknya

“Iya bentar Rein, aku lagi di dapur” Teriak Anna

Dilihatnya ke ruang tamu ternyata ada Teddi yang sedang bermain game dan disebelah Teddi ternyata ada Nathan.

“Elu!!! Ngapain disini!!!!’ Teriak Reinatha kagetnya, hilang kantuknya seketika

“Main game” Nathan menjawab santai sambil mengangkat stik PS

“Yah kenapa disini!! Kenapa harus disini, kenapa kenapa????”

“Lanjutin Nath, ayooo nggak terima gue kalah nih” Sahut Teddi

“Teddi, ini gue lagi ngomong! Diam dulu bentar!!!”

“Kamu ada waktu sekarang buat ngomong? Ayoooo “Nathan bergegas menarik tangan Reinatha ke ruang makan untuk bicara

“Ihhhhh apaan sih, lepasin…Nath lepasin!!!”Reinatha berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Nathan yang begitu kuat.

Tadi katanya mau ngomong, mau ngomong apa?” Tatapan mata Nathan kini benar-benar serius

Siapa juga yang mau ngomong sama kamu! Ge’er banget sih!!! Orang gue ngomong sama Teddi kok” Masih dengan wajah galaknya

Yakin nggak mau ngomong sama aku?” Goda Nathan mendekatkan wajahnya

“Iya emang kenapa!” 
Tantang Reinatha tak mau kalah mendekatkan pula wajahnya

Kini jarak wajah mereka hanya 5 cm, nafas keduanya terdengar jelas, mata mereka saling beradu jelas bercampur kesal dan rindu namun lebih banyak cinta didalam mata keduanya.

“Aku rindu Reinatha…” 
Bisik Nathan lembut saat didapati tatapan Reinatha adalah tatapan Rindu tanpa ada suara yang meneriaki rindunya terlebih dahulu karena ego dan amarahnya.

“Aku enggak!!!” 
Reinatha membalikan badan dan wajahnya menjauhi Nathan pergi begitu saja

Reinatha menyembunyikan wajah merona dan malunya di dalam kamar, sambil melihat buku Diarynya yang hampir penuh ditulisan ceritanya selama 2 tahun, diantara tumpukan rindu, egonya masih lebih berkuasa, hingga dibuangnya begitu saja kedalam bak sampah  buku Diarynya.

Kiano datang menjemputnya, kepergian Reinatha disaksikan Nathan dalam diamnya. Nathan bahkan tak ingin melihat Kiano yang berdiri di luar, awalnya Reinatha ragu-ragu saat hendak keluar dari kamarnya saat tau Kiano telah berada didepan sampai di panggil Anna, di ruang makan dilihatnya Nathan duduk sendiri dalam diamnya tak bicara sepatah katapun melihatnya di jemput pria lain.

Kamu yakin mau pergi?” Bisik Anna pelan

Kiano udah diluar, gimana dong

“Kalau mereka berantem gimana Rein, ah kamu mah nggak mikirin perasaan mas Nathan!”

Dianya aja diam kaya patung gitu, nggak ada sedikitpun niatnya nahan aku buat nggak pergi yah gimana Ann….”

Yah siapa tau mas Nathan diam gitu karena lagi marah kamu pergi sama cowo lain”

“Biarin aja, dia pergi 2 tahun nggak ada kabar aja aku nggak marah….”

“Aduh Rein, kamu cari masalah banget deh….”

“Aku juga bingung Ann aku nih masih pacarnya apa enggak, sikapnya aja kaya gitu…”

“Terus mau kamu apa?” Anna mulai kesal

“Yah tahan kek, marah-marah kek sama aku,jangan pergi gitu! ini mala tuh, lihat sendirikan, kelamaan di Thailand jadi bisu dia, udah ah….capek!”

Kepergian Reinatha dan Kiano membuat semua orang rumah membisu sesaat, bingung harus berkata apa ditambah Nathan dari tadi hanya terdiam

“Mas Nathan, ini mungkin buat mas Nathan, aku ketemu pas beres-beres kamar Reinatha tadi” Anna memberikan buku Diary Reinatha

Nathan membuka dan membaca halaman perhalaman dari Diary Reinatha, sekali-kali Nathan tersenyum bahagia, lucu membaca kisah Reinatha ada saat dimana matanya berkaca-kaca saat membaca rindu dan ragu yang dipertanyakan Reinatha akan dirinya. Kalau saja Reinatha tau sata itupun berat baginya berjuang dalam kesembuhannya untuk Reinatha, agar ia bisa segera pulang dan memeluk rindunya itu.

“Loh mas Nathan mau kemana?” Tanya Anna melihat Nathan bergegas buru-buru hendak pergi

“Mau menjemput rindu Ann, makasih yah untuk bukunya”senyum Nathan tulus dan manisnya

“Cie…..so sweeetttt gitu dong, banyak ngalah yah mas sama saudara aku yang satu itu, ego sama rindunya bercampur soalnya”

“Nggak papa Ann, asal cintanya nggak pernah berkurang”

“Kalau itu sih aku jamin nggak berkurang Mas, yang ada bertambah…Good Luck yah Mas”

Selesai Nonton, Reinatha terkejut melihat Nathan menunggunya di pintu keluar Bioskop

“Kamu ngapain lagi sih disini? Ngikutin aku?” Reinatha Nampak kesal

“Kamu kenal Rein?” Tanya Kiano

Dia….Dia………..Dia” Reinatha tampak terbata-bata memberikan jawaban

Nathan! Pacar Gloria Reinatha!”
 Jawab Nathan tegas, sambil memberikan tangannya untuk bersalaman dengan Kiano untuk pertama kalinya

“Pacar? Rein, bener dia pacar kamu?” Tanya Kiano lagi

Reinatha tampak kebingunagan memberikan jawaban

“ Dia nggak akan jawab bro, karena dia lagi marahan sama  gue! But thank you yah udah ngajakin dia nonton semoga aja udah hilang betenya, aku aja yang ngantarin dia pulang, Yuk Rein” 
Nathan menggenggam tangan Reinatha untuk pergi, namun di tahan Kiano

Tunggu dulu! Rein, bener dia pacar kamu?” Kiano masih ragu akan jawaban Nathan

Reinatha menarik nafas panjang melepasan tangannya dari genggaman Nathan dan Kiano.

Aku pulang sendiri aja yah!”

‘Wait…wait Rein, nggak kamu pulang bareng aku” Paksa Kiano

“Nggak papa Kin, aku bisa pake taxi dari sini”

Tanpa basa-basi, Nathan menggendong Reinatha dan membawanya masuk kedalam mobilnya secara tiba yang membuat Reinatha dan Kiano panik.

Nathan!! Lepasin Nath!” Teriak Reinatha kaget

“Eh….apa-apan ini!” Teriak Kiano

“Sorry Bro! Dia cewe gue…!” Jawab Nathan dingin

Selama perjalan pulang Reinatha tampak kesal dan tak ingin bicara

“Rein! Sampai kapan sih kamu mau marah kaya gini? Aku minta maaf….”

“Maaf??? 2 tahun Nath, dan hanya maaf yang kamu bisa bilang ke aku???”

“Dengerin dulu Rein, 2 tahun itupun berat buat aku Rein, nggak hanya kamu”

“Dengar apa lagi Nath, kamu udah buat aku malu tau nggak! Kenapa kamu nggak pergi aja selamanya! Nggak usah pakai acara datang lagi didepan aku!” Marah Reinatha

Nathan terdiam mencerna tiap kalimat yang diungkapkan Reinatha terasa menyakitkan hatinya

Kamu mau aku pergi selamanya? Bener itu mau kamu Rein? Reinatha lihat aku, bilang sekali lagi kalau benar itu mau kamu!!!” Paksa Nathan

Reinatha terdiam, dia sadar kali ini kata-katanya telah melampaui batas. Nathan pulang dengan rasa sakit hatinya, dan Reinatha terbayang amarah bodoh nya yang meminta Nathan untuk pergi.
Malam itu, egonya terpatahkan, airmata penyesalannya tertumpahkan

“Bukan itu maksud aku Ann, gimana kalau Nathan beneran pergi lagi?” Tangis Reinatha pecah

“Iya aku tau kok, udah yah nangisnya, nanti kamu sakit!”

“Dan bodohnya aku, kenapa nggak bisa mulut ini bilang aku kangen, aku rindu, aku sayang banget sama Dia tapi mala amarah ku yang meledak-ledak”

“Iya…iya Rein, aku ngerti, susah terima semua ini, kamu berhak marah tapi kamu juga harus jujur sama perasaan kamu sendiri, Mas Nathan perlu tau sesabar apa kamu selama ini”

“Aku harus gimana Ann, aku nggak mau Nathan pergi lagi”

“Ya udah besok kita ke tempat Mas Nathan yah…”

Betapa terkejutnya Anna dan Reintah ketika mendengar, Nathan telah mengambil cuti untuk check up atas cedera kakinya selama di Thailand dari salah seorang teman Nathan

Maksud Mas, Nathan cedera waktu di Thailand?” 
Reinatha berusaha memastikan informasi yang didapatkannya tak salah didengarnya tadi

“Mba Reinatha nggak tau? Nathan dirawat di Bangkok hampir setengah tahun, itu kenapa masa pelatihannya jadi lebih lama dan kepulangannya juga jadi lebih lama”

“Cedera kaki? serius berarti mas? Karena latihan penerbangan itu yah?” Tanya Anna lagi

“Oh bukan mbak, Nathan nggak pernah cedera kalau latihan penerbangan dia masternya”

“Terus, kok bisa cedera mas?” Reinatha mulai panik

Kan gara-gara cari sinyal telfon mba Reinatha pas ulang tahun, pohonnya tinggi banget mba sumpah, terus jatuh Nathannnya”

“Telfon aku???”

“Iya mba…mba Reinatha seriusan nggak tau?”

“Disana bener-bener nggak ada sinyal Mas?” Anna memastikan lagi

“Boro-boro mba, Kantor pos buat kirim surat aja nggak ada apalagi sinyal”

“Terus, Nathan sekarang dimana Mas, maksudnya berobatnya, check upnya dimana? Masih di Indonesiakan? Masih balik lagi kan?” Reinatha bertubi-tubi memberikan pertanyaan

“Kalau itu yang tau pimpinan mbak, kita nggak tau”

“Yah udah bis aketemu nggak sama pimpinannya, buat Tanya Nathan dimana?”

“Yah Pimpinannya lagi di Bangkok mba”

“oh Shittttttt!!!!”Reinatha mulai semakin kesal

“Mba Reinatha udah nonto video dari kita belum? Sukak nggak mba?” Tanya teman Nathan penasaran dengan senyum semeringahnya

Video apa lagi mas??” Reinatha benar-benar bingung dibuatnya

Video yang dibuat Nathan, hadiah ulang tahun mba Reinatha dari kita semua, 2 tahun loh mba kita buatnya”

“Ya Tuhan!!! Segoblok itu ternyata gue, amarah dan ego menghancurkan semua yang harusnya gue tau dari awal” Reinatha mulai mengutuk dirinya dalam hati

“Makasih yah Mas untuk hadiah kalian dan udah baik banget sama Nathan selama disana”

“Ann, dengar sendirikan, gue udah nggak tau lagi harus mempersalahkan diri seperti apa!”

“Udah udah ayoo sekarang kita focus cari Nathan!”

“Mau cari kemana? Dia tuh lagi sakit! Dan gue nggak tau, pacar macam apa coba gue?gimana kalau dia bener-bener pergi dari gue?ahggggffffffff Anna gimana dong, gue bisa gilaaaaaa”

Hari berlalu dengan begitu cepatnya, Reinatha masih dengan usahanya mencari informasi dimana Nathan dirawat, hamper semua Rumah Sakit di Jogja dicarinya tapi tak juga ditemukan Nathan ada disana, nomornya nggak aktif semenjak malamitu, malam dimana Reinatha memintanya pergi.

“Hai murung amat….” Sapa Kiano

“Hai Ki…..tiket apaan tuh?”

“Oh ini, aku mau balik liburan dulu ke Jakarta, biasa bisnis orangtua pertemuan gitu jadi sebagai anak tertua disuruh pulang dulu weekend ini”

“Hmmmm ngomongin Jakarta, aku jadi rindu sama Jakarta”

“Balik lah…..Jangan terlalu lama disini, kata orang bakal susah pisah nanti sama Jogja”

“Nanti deh, salam yah buat warga Jakarta nanti hehehe”

Sesampainya dirumah

“Gimana Ann ada perkembangan nggak?”

“Kayaknya mas Nathan nggak di Rumah sakit Jogja deh Rein”

“Aku sih juga mikirnya gitu, masa udah berhari-hari ini kita nggak saling ketemu”

“Dimana yah kira-kira Rein?”

“Nggak ngerti Ann, mungkin dia bener-bener marah sama aku”

Tiba-tiba saja Hp Reinatha berdering

“Halo Pak, kangen yah?”

“Dek, kamu sama Anna sehat?”

“Sehat kok Pak, Ibuk sama Mas Bima gimana, apa kabar?”

“Baik, kita semua lagi kangen nih sama kamu, Dek, weekend ini kamu ke Jakarta dong”

“Kok tiba-tiba banget Pak, ada apa?”

“Ini Mas Bima mau fitting baju pengantin kita sekeluarga”

“Ahhhh kok nggak bilang-bilang adek sih Pak! Marah nih….”

“Mas kamu kan sibuk tau sendiri, lupa kali ngabarin kamu dek, weekend ini yah oh iya satu lagi papa mau kenalin kamu sama seseorang”

“Aduh siapa lagi sih Pak! Jangan kaya Ibuk deh”

“Hemmmmm Ibuk denger loh dek, hehe inituh anak temennya papa, mau papa kenalin sama kamu, kamu pasti sukak papa jamin”

“Cowok apa cewek nih?”

“Cowok dong”

“Ah udah ah Pak, nggak sukak nih diginiin”

“Adek pasti sukak ko sama orangnya Papa jamin, papa aja sukak”

“Ya udah sama Bapak aja, adek udah punya pacar!”

“Yakin nggak mau?”

“Ah Bapak adek nggak sukak”

“Kenalan aja dulu yah…”

“Ah tau ah….”

“Jangan ngambek dong, ingat weekend besok pulang”

Jakarta, memanggil Reinatha untuk pulang
Hiruk-pikuk kesibukan Ibuk bersama designer jas pengantin Mas Bima dan gaun pengantin mba Dian datang ke rumah.

“Rein, gimana menurut kamu sayang?” Tanya Ibuk

“Bagus…ini yang mau nikah mas Bima apa Ibuk sih?”

“Ih nih anak, Ibuk juga harus selektif memilihnya, Dek lihat nih baguskan? Ibuk udah pesan buat acara lamaran kamu”

“Lamarannnnnnn? Lamarannnnn siapa Buk???”

“Lamaran Adek lah mau siapa lagi, masa mas Bima lamaran dua kali” Ketus Ibuk

“Ibuk sakit yah? Apa Ibuk ketularan sakit dari pasien-pasien Ibuk di Rumah sakit?”

“Emang kamu nggak mau ada acara lamaran kamu nanti?”

“Lamaran sama siapa Buk, Ibuk jangan halu deh!!”

“Lah itu siapa pacar kamu dek?”

‘Nathan!”

“Nah itu,  dia, nggak ada niat tuh buat lamar kamu?”

“Nggak tau Buk! Orangnya aja udah ngilang!”

“Lah percuma dong setia 2 tahun kemaren”

“Ah Ibuk ah!!! Tau ah…Bapak mana lagi nih?”

“Lagi latihan menembak”

“ Latihan menembak? Sejak kapan Bapak suka latihan menembak Buk?” Reinatha benar-benar di buat heran dengan hobi baru Bapaknya

“Sejak ada calon anak mantunya”

“Mba Dian? Mba Dian bukannya lagi pergi sama mas Bima?”

“Bukan Dian, itu yang mau Bapak kenalin ke kamu, Rein”

“Wah Fix nggak bapak nggak Ibuk kayaknya lagi pada sakit deh”

“Ih kenapa? Ibuk sukak kok anaknya!”

“Ya Ibuk sukak aku yang nggak sukak!”

“Ih kenal aja dulu Rein, ibuk lihat-lihat sih cocok”

“Ibuk sama Bapak nih ahhhh ngeselin deh!”

“Memi kenapa lagi senyam-senyum gitu?”

“Yah Memi juga setuju sih Non kalau sama yang ini, anaknya baik, sopan, pintar, ganteng lagi”

“Ya Tuhan kemarin Bagas semua juga pada bilangnya gitukan?”

“Ih yang ini Beda! Pokoknya Ibuk sukak titik!”

Makan malam keluarga yang dinantikanpun telah tiba, Dian datang bersama keluarganya lengkap. Penuh seisi rumah dan ramai, kedua calon pengantin terlihat bahagia. Tiba-tiba pintu ketuk dan dibukakan oleh Memi

“Pak, Ibuk orangnya udah datang” Kata Memi

Orang siapa sih? Perasaan semua orang sudah didalam rumah, siapalagi yang ditunggu Ibuk sama Bapak?” Pikir Reinatha

“Tanteeeeeeeeeee Risma?????” 
Teriak Reinatha kaget langsung buru-buru menutup mulutnya melihat kedatangan tante Risma bersama suaminya

“Udah di tungguin loh Jeng, ayoo ayooo langsung aja” Ajak Ibuk Ramah

“Ayo Nath…” Panggil Tnate Risma

“Nath? Nathan maksudnya?????Beneran Nathan?? Ini maksudnya Nathan yang datang ke rumah gue?? Beneran Nathan nggak sih???” 
Reinatha penasaran tingkat tinggi, melihat siapa yang di ajak Tante Risma masuk

Dan benar saja, sosok gagah, tinggi dan tampan itu Nathan, Nathanael Sean yang tampak sempurna dengan tuksedo hitamnya.

Reinatha sini, mala bengong…” Panggil Bapak

“Kenalin ini calon mantu Bapak”

 Kata Bapak tanpa disaring terlebih dahulu kalau jantung putri kesayangannya ini lemah seketika di hadapan Nathan, Reinatha masih merasa ini hanya mimpi ini nggak nyata, nggak mungkin Nathan dan Bapak, semua ini nggak nggak mungkin!

Rein, Reinatha…..Hei….” Panggil Bapak menyadarkan

Kaget pasti Reinathanya “Sambung Tante Risma

Iyalah pasti Jeng, Nathan nggak bilang dulu sama dia soalnya” Sambung Ibuk

“Jadi sekarang kita besanan nih yah hahaha” Sambung Ayah Nathan melengkapi kebingungan Reinatha

“Jadi ini ceritanya semua orang didalam rumah ini tau, kalau Nathan di Jakarta, kecuali gue dong! Ini maksudnya gimana sih kok gue masih nggak ngerti” 
Reinatha mulai menggila dengan pikirannnya sendiri

Sebentar…sebentar, Pak ini maksudnya gimana? Aku benar-benar nggak ngerti” 
Reinatha mulai bersuara

Jadi papanya Nathan tuh telfon Bapak kalau Nathan butuh dokter untuk check up, disitu Nathan ketemu sama Bapak pertama kali dan dia memberanikan diri memperkenalkan dirinya sebagai pacar kamu dan yang buat Bapak kaget dia ngelamar kamu tanpa pengetahuan kamu di depan Bapak sama Ibuk, iyakan Buk?”

“Iya…” Jawab Ibuk dengan entengnya

Terus Ibuk menyarankan kita perlu makan malam keluarga untuk saling mengenal, Bapak sih nggak punya alasan buat nolak dengar cerita Ibuk soal pacar kamu yang ternyata adalah Nathan, kenapa enggak?” Jelas Bapak lagi

“Wah…wah…wah…kalian merencanakan semua ini tanpa bilang dulu sama Aku?”
“Hmmmmmm kalau itu idenya Nathan, salahin Nathan! Kita tinggal yah biar kalian berdua bisa ngobrol’ Canda Bapak

“Kamu….affhhhhhh kamu sadar nggak sih gimana khawatirnya aku nyari kamu di Jogja pas tau kamu cedera gara-gara aku? Bisa-bisanya kamu disini dan merencanakan semua ini!!!!!!waoooooooooo Bravoooo Nathan” Reinatha tampak kesal

Kamu kan yang minta aku pergi?”

“Iya tapi waktu itu aku nggak serius! Bodoh!!!!”Reinatha terlihat menahan airmatanya

“Aku emang mau pergi selamanya, tapi aku nggak mau pergi sendiri, aku maunya sama kamu…”

“Dasar nyebelin!! Kamu tuh manusia terbuat dari apa sih??”

“Kamu juga, Ciptaan Tuhan yang begitu indah untuk aku miliki” Rayu Nathan

“Aku masih sebel samakamu!!”

“Tapi cinta sama kamu!” Jawab Nathan lagi

Tuh kan mulai lagi ngeselin!!”

“Gloria Reinatha, simpan amarah mu dan terima aku jadi pendamping hidup mu!”

“Nath, ini kamu lagi lamar aku? Hahahaha nggak gitu ngomongnya,ahhhh kesellllll, nggak ada romantis-romantisnya sama sekali”

Nathan memeluk Reinatha erat kali ini secara tiba-tiba, mendekatkan hidungnya  dan menatap matanya dalam

Gloria Reinatha, maukah kau melampiaskan setiap amarah mu sepanjang hidupmu bersama ku, berbagi tawa, senyum, rindu dan cinta sebagaimana mestinya dan seharusnya! Kamu tidak punya kuasa untuk menolaknya!

Aku harus jawab apa ?” Reinatha tampak gugup dan merona

“Susssttttttttttt! You don’t need to say something! You’re totally mine”

Untuk pertama kalinya ciuman hangat di bibir ini membuat ku sadar aku mencintainya lebih dari ini lebih dari semua ego dan amarah ku….
Dia calon suamiku!
Dan aku mencintainya Titik!

Comments

Popular posts from this blog

AS " Arkana & Sabrina" (Part 4)

Perempuan & Egonya Part 20