Perempuan & Egonya Part 25
Perempuan
& Egonya
Part
25
(SATU EPISODE TERAKHIR)
“Cie
yang ke Jakarta tau-tau dilamar, selamat yahhhh…”
Peluk Anna bahagia
“Jadi
Kapan nih Nikahnya?” Sambung Teddy
“Makasih
yah…Nikahnya masih lama Ted, 2 tahun lagi kalau udah kelar kuliahnya”
Jawab Reinatha
“Yah
masih lama dong….” Sambung Teddi
“Biarin aja
kenapa sih, kamu tuh yang harusnya ditanya kapan mau lamar aku kaya Mas Nathan
lamar Rein gitu…” Sambung Anna
“Ya iya
ayok…kamu siapnya kapan sekarang juga boleh…” Jawab Teddi tegas
“alaaa alesan!!
Btw mas Nathan mana kok gak ikut balik?” Tanya Anna
“Nathan masih
harus menjalani pengobatan dulu di Jakarta” Jawab Reinatha sedikit sedih
“Yah
LDR dong….” Goda Teddi
“Heeemmmmm,
sedih aku tuh Ted, tapi nggak papalah paling gak dia di Jakarta bukan di
Thailand kaya waktu itu”
“
dan pastinya udah jelas! calon suami bukan pacar lagi kan…..”
sambung Anna
“
yah lagian Jakarta Jogja deket ini kok…kalua kangen tinggal balik kan gampang”
sahut Teddi
“Nggak
boleh…”
“nggak boleh
gimana maksudnya?” Tanya Anna penasaran
“Nathan
nggak mau aku tau-tau kabur aja ke Jakarta kalau lagi kangen, katanya dia yang
akan ke Jogja jadi aku nggak boleh kesana, tugas aku disini cuma belajar dan
selesain kuliah tepat waktu terus married deh…”
“Emang, kamu
nggak cemburu gitu cewe-cewe Jakartakan tau sendiri Rein” Goda Teddi lagi
“
nggak dong, itu tuh Nathananael Sean punyanya Gloria Reinatha, Cuma punyanya
Rein seorang, disana juga dia diobatin sama Bapak kok jadi aku nggak perlu
khawatir…” Senyum Reinatha lebar
“ahhhhh
so sweeeettttt……………” Peluk Anna bahagia
“terus terus
gimana, cerita dong…aku pingin tauuuu…………” Paksa Anna sambil merangkul
Reinatha menjauh dari Teddi
“
eh pada mau kemana? Aku jangan ditinggal dong, sayang Anna, Reinatha…”
Teriak Teddi
Hari, Minggu dan Bulan berganti dilalui dengan penuh
romansa indah diantara pasangan Nathan dan Reinatha
“
Kamu kapan datangnya? Lama bangetttt…….” Manja Reinatha yang melepas rindunya bersama calon suaminya lewat
telfon
“
Kan belum selesai pengobatannya sayang, kamu kangen yah?”
“Pakai tanya
lagi, yah kangen lah! Emang kamu nggak kangen sama aku apa?”
“Jelas
kangen lah sayang, kangennya aku tuh melebihi kangennya kamu ke aku”
“nggak,
aku lebih kangen tau! Gimana pengobatannya”
“Lumayan
sih sayang udah mendingan, kamu gimana kuliahnya?”
“
aku sih pinginnya cepet-cepet diwisuda..”
“biar cepat
nikah yah sama aku yah?” goda Nathan
“ihhhhh
GeeR banget sih…..”
“Oh
jadi nggak mau nih, nikah sama aku? Yakin?”
“Apaan
sih, nggak lagi mau becanda tau!!”
“ditanya
calon suami kok calon istri jawabnya gitu…” Goda Nathan lagi
“
Tuh kan digodain lagi…” Manja Reinatha
“ehemm
ehemmmmmm” Anna memotong pembicaraan Reinatha dan Nathan sambil
memberi kode kalau ini sudah larut malam kearah Reinatha, Reinatha meliha jam
di dinding benar saja sudah pukul 02.15 dini hari.
“Udah
diingetin Anna yah?” Tanya Nathan, yang tau dan sudah jadi
kebiasaan Anna mengingatkan Reinatha
“Iya
nih sayang bodyguard ku udah di depan pintu, hehe udah dulu yah sayang bye…”
“Mimpi
indah calon istriku…”
“mimpi
indah juga calon suami ku”
Melihat tingkah sepupunya itu sudah katam Anna
menghadapinya,
“Yang
mau nikah bentar lagi masih aja telfonan sampai lupa jam tidur, kaya baru
pertama pacaran aja…” Goda Anna
“hehehe
kan kangen tau, Ann”
“Iya
tapi nggak tiap hari kan? Kalau gini terus baju nikahan kamu bisa nggak muat,
kebanyakan begadang sebelum nikah susah! Lagian apa yang diomongin sih? Masalah
ketring? Gedung? Undangan?” Tanya Anna lagi
“Nggak
lah, belum ada kepikiran sampai disana, masih kangen-kangen aja”
“Yo
Wes, mulai sekarang itu yang dipikirkan! Sana tidur besok kuliah pagikan?”
“siap
Komandan! Btw Ann…..”
“Opo???”
“Makasih
yahhhh, sarangeeee…” sambil memberi kode hati dengan jarinya
kearah Anna
“sarangtawonnnnnnnnn”
Bergantinya waktu membuat
Reinatha lebih focus akan kuliahnya dan target selesainya dengan tepat waktu.
Disetiap malamnya tak luput selalu didoakan Nathan untuk kesembuhannya, selalu
dibayangkannya bagaimana kehidupannya setelah menikah dengan Nathan, konsep
pernikahannya dan foto-foto preweddingnya nanti, konsep yang sempurna telah ada
dipikiran Reinatha.
Tuhan jaga dia
Jaga hati dan cintanya untukku
Karna ku slalu menunggu
Sampai akhir hayat ini
Jaga hati dan cintanya untukku
Karna ku slalu menunggu
Sampai akhir hayat ini
LDR kali ini tak seberat
LDR waktu itu, bahkan tak berasa seperti pasangan yang sedang LDR, semua
dijalani dengan santai dan bahagia. Sekali-kali Nathan datang ke Jogja untuk
menemuinya dan melepas rindu berdua, hubungan mereka berjalan dengan sehat dan
harmonis. 1 setengah tahun berjalan dan
kini waktu yang ditunggu Reinatha
“Hai
sayang……tebak aku dimana?” Reinatha melakukan panggilan video
secara tiba-tiba
“Kamu
di kampus kan Yang…” Jawab Nathan sambal mengamati latar
belakang lokasi Reinatha berdiri
“Iya dikampus tapi dimananya?”
“Dimana
Yang?”
“Taraaaa……….”
“Sekret
Program studi? Kamu ngapain disitu sayang bukannya ada kelas?”
“Aku
udah daftar buat siding minggu depan!! Surpriseeeeee” Teriak
Reinatha
“Serius
kamu Yang? Kok kamu nggak bilang-bilang?”
“Ihhh,
kok ekspresinya gitu? Kaya nggak sukak aku udah daftar sidang…”
“Nggak
gitu Yang maksudnya, aku tuh kaget kamu tiba-tiba kasih kabar kaya gini, I am
happy for you, lebih happy lagi karena setelah wisuda kamu berstatus Istri
Bapak Nathanael Sean” Goda Nathan
“hehehhehehe…..
doain aku yah minggu depan aku sidang”
“
Doa dan cintaku selalu buat kamu, kamu perlu aku disana nggak buat meluk supaya
kamu nggak gugup?” Goda Nathan lagi
“Mauuuuuuuuuuuuuuuuuuuu……
hehehe, tapi nggak usah deh Yang, kan kamu harus kerja juga disana doain aku
aja yah love you”
“love
you too calon istri…”
Hari yang dinantikanpun
tiba, bukan Reinatha jika tidak menyelesaikan sidangnya dengan sempurna, diluar
ada Teddi dan Anna yang sedang menunggu dengan bunga dan balon ucapan selamat
untuk Reinatha, yang ditunggupun keluar dengan wajah semeringah dan lega
“Gimanaaaa
Gimanaaaaaaaaa” Tanya Anna penasaran
“Aku
Lulusssssssssssssssssss” Teriak Reinatha bahagia
“Yeahhhhhhhhhhhhhhhhhhh
Selamattttttttt Rein, aku seneng banget sumpah!”
Peluk Anna
“Elu
udah, gue kapan yah?” Tanya Teddi
“
Makanya jangan males-males, cepetan! Gue bantuin deh ngerjain skripsinya…”
Tawar Reinatha
“Bener
yah…….” Tagih Teddi
“
Iya makanya buru sebelum gue balik ke Jakarta”
“Mas
Nathan udah tau belum, kabarin kabarin….” Ingat Anna
“Oh
iya bener, aku telfon dulu yah…” Reinatha mengeluarkan
Hpnya dan hendak menelfon Nathan tapi di panggil oleh Pak Mifta
“Reinatha,
selamat yah….”
“Pak
Mifta, terimakasih Pak, semua atas bimbingan Bapak, saya berterimakasih sudah
dibantu sama Bapak selama ini…”
“itu
semua juga karena kamu orangnya gigih, ulet dan pintar, oh yah Bapak mau
rekomendasikan kamu untuk kerja di salah satu perusahaan teman Bapak, kebetulan
Bapak juga salah satu pemegang saham disana dan Bapak rasa kamu cukup mampu,
pusatnya sih memang di Jakarta tapi sekarang yang disini sedang berkembang dan
Bapak butuh orang seperti kamu untuk bergabung, gimana?”
“
Kerja yah Pak? Eh gimana yah saya belum kepikiran untuk kerja…”
Jawab Reinatha gugup
“
Loh kok nggak kepikiran? Hehehe lucu kamu Rein, emang habis wisuda mau ngapain kalau
nggak kerja, mau nikah? Sayanglah ilmu kamu kalau dipakai buat nikah dulu… yah
tapi terserah kamu, kalau kamu berminat ini alamat kantornya, kamu bisa
langsung aja kesana. nama kamu sudah ada dalam list perusahaan”
“Terimakasih
yah Pak….”
“Saya
tunggu kepastiannya Rein, kabarin kalau kamu berminat atau nggak, yok Mari
semua…”
“Iya
Pak…..”
“Coba
lihat kartu namanya, ini sih perusahaan besar tau Rein, bokap gue juga salah
satu investor disini” Sambung Teddi
“
Kalau menurut gue sih ada baiknya elu coba dulu kerja disini”
Sambung Teddi lagi langsung diberi kode tatapan tajam oleh Anna
“Apa
sih Yang?” Tanya Teddi bingung melihat ekspresi Anna
“Kamu
tuh kalau ngasih saran yang bener dong Yang….” Sambung
Anna
“Emang
nggak bener Yang?” Teddi bingung sendiri dengan ucapannnya
“Kan
kamu tau habis ini, Rein mau nikah sama mas Nathan! Kamu malah nyaranin buat ambil
kerjaan itu”
“Lah
emang kalau nikah kenapa? Reinatha nggak boleh kerja gitu? Reinatha itu pintar
loh masa habis nikah bakal duduk diam dirumah doang nggak kerja? Gue yakin
Nathan juga bakal setuju kok kalau dia kerja”
“Tapi
nggak gitu juga Yang…..” Anna masih tak terima
“Udah-udah,
kenapa jadi kalian yang ribut sih? Udah ayokkk aku lapar nih…..” Potong
Reinatha
“Surpriseeeeeeeeeeeeeeeeee……..”
Teriak
Anna dan Teddi bersamaan ketika mereka sampai di restoran, ternyata restoran
tersebut telah disulap menjadi tempat perayaan selamat atas sidang Reinatha
siang ini dengan dihadiri beberapa teman dekatnya.
“Ini
kalian, yang bikinnnnn….” Reinatha gagap mengungkapkan rasa
bahagianya melihat semua ini
“Ini
itu surprise dari mas Nathan, kita Cuma bantuin eksekusinya aja….”
Jawab Anna
“Jadi
Nathan yang buat ini? haaaaaaaaaaaaa?” Reinatha tak habis pikir
dibuat sebahagia ini oleh Nathan lagi dan lagi
Anna memberikan sebuah hp
yang telah disambung video call bersama Nathan sebelumnya kepada Reinatha
“Hai
Sayang selamat yah…..maaf aku nggak bisa ada didekat kamu saat ini, kamu sukak
nggak surprisenya?” Tanya Nathan
“Kamu
yah, selalu aja kasih aku kejutan tiba-tiba kaya gini…..”
Reinatha mulai menangis bahagia
“Ih
kok nangis? Jangan nangis dong Yang…..” Pinta Nathan
“Aku
nggak tau harus ngomong apa, aku terlalu bahagiaaaaaaaaaa……Makasih yah Nath”
“Kamu
butuh pelukan nggak biar nggak dilihatin orang-orang kalau kamu lagi nangis?”
“Mauuuuu
tapi kamu kan jauh….masa aku meluk Teddi?” Canda Reinatha
“Coba
kamu berbalik….” Pinta Nathan
Ketika Reinatha
membalikan badannya ternyata ada Nathan disana, betapa terkejutnya Reinatha
ternyata kekasihnya itu telah ada disana sebelum kedatangannya, ini bukan lagi
surprise tapi double surprise untuk dirinya. Reinatha berlari secepat mungkin
untuk memeluk kekasihnya itu diantara kerumunan orang-orang.
“Yang,
kamu kok nggak bilang kalau bakal datang! Pake acara bikin surprise lagi,
untung jantung ku kuat terima semua kebahagiaan ini”
“
Yah harus kuat dong Sayang, masa calon istri seorang Kapten jantungnya lemah….”
“Kapten?
Maksudnya Yang?…..aaaaaa, jangan bilang kamu???”
Reinatha mulai menebak dengan bahasa isyarat kepada Nathan sambil menutup
mulutnya dengan tangannya, Nathan mengangguk, tanda benar apa yang ada
dipikiran Reinatha
“Yang,
seriusan???????????ahhhhhhhhhhhhhhhhhh”
Reinatha melompat kegirangan
“Susssssssssttttt,
dilihatin orang Yang….”
“Ahhhh
aku seneng banget sumpah! kok kamu nggak cerita duluan ke aku Yang? “
Reinatha terlihat begitu bahagia
“Karena
suratnya baru datang pagi tadi Yang, tepat setelah kamu selesai sidang…”
Senyum kas Nathan melengkapi kebahagiaan Reinatha
‘Oh iya Yang, masih ada
satu lagi surprise buat kamu…” Sambung Nathan lagi
“
Apa lagi ini sayang, kasih tau deh sebelum aku semakin jantungan
”
“soal
pernikahan kita, aku mau kamu bertemu sama Wedding Organizer acara kita nanti,
gimana?”
“Kamu
pakai WO?” Tanya Reinatha memastikan
“ Iya biar lebih gampang Yang, kok wajah kamu gitu, kenapa? Kamu punya WO
sendiri yah?”
“Nggak
gitu sih Yang, aku sih maunya kita merencanakan semuanya sendiri dari awal,
nggak usah pakai WO”
“
Tapi itu bakalan capek banget loh Yang….aku nggak mau kamu kecapean ngurusin
ini”
Bujuk Nathan
“Yah
aku sih pinginnya biar kita belajar aja dari semua proses itu, yah…boleh yah
Yang serain semuanya sama aku” Manja Reinatha
“Kamu yakin? Aku nggak mau kamu kecapean loh Yang ngurus ini”
“Kamu
nggak percaya sama aku Yang? Let me do this, ok?”
“Ya
udah tapi kalu kamu stress atau kecapean ngurusnya kita pakai WO, ok?”
“Ok
deh…..” Senyum Reinatha puas
“Hmmmmm
Yang, satu lagi tadi aku dapat tawaran dari Pak Mifta, dosen aku diKampus untuk
kerja disalah satu anak cabang perusahaannya….”
“Terus………”
“Tapi
di Jogja bukan di Jakarta”
“Kamu
maunya di Jakarta?”
“Bukan…bukan
gitu, kan kita mau nikah,kamu…..” Reinatha enggan
melanjutkan kalimatnya
“Kamu
takut aku nggak setuju kalau kamu kerja? sayang suka nggak sama pekerjaannya?”
Nathan
balik bertanya
“Yah
belum tau, aku masih Tanya pendapat kamu…menurut kamu?”
Reinatha Nampak bingung dengan pilihannya sendiri
Nathan tersenyum ramah
sambil mengelus kepala calon istrinya itu,
“Aku
dukung kamu 100% untuk ambil pekerjaan itu kalau kamu suka, kamu bisa belajar
pengalaman baru, kalau soal pernikahan kita, aku percaya kamu bisa menghandle
semua itu, kan kamu bisa minta pindah ke Jakarta, kalau nggak aku yang akan
mengajukan pindah lagi ke Jogja”
“Seriusan Yang, kamu ijinin aku?”” Reinatha tampak girang, Nathan
menggangguk sambil tersenyum
Kurang sempurna
apa jalan kisah cinta ku ini,
Benar bahwa proses
tidak pernah menghianati hasil
Entah mengapa,
Tuhan begitu baik padaku
Memberikan semua
yang lebih dari yang aku minta
Nathan, ciptaan Mu
yang satu ini, aku bingung bagaimana aku mengucap syukur untuk setiap cinta
yang ku dapat darinya sebagai bentuk cinta Mu untuk ku,
Tuhan…untuk cinta
ini, ijinkan dia untuk tetap tumbuh, berkembang dengan sehatnya
Sampai nanti hari
yang kami nantikan tiba.
Bila Pernikahan
adalah awal kesempurnaan cinta ini maka jaga Dia Tuhan sebaik-baiknya engkau
menjaga ku
Nathan telah kembali
untuk mempersiapkan acara pelantikannya di Jakarta, dan Reinatha memulai hari
yang baru sebelum acara wisudanya dengan status karyawati di salah satu
perusahaan yang direkomendasikan Pak Mifta
“Selamat Pagi semua, perkenalkan ini rekan baru kalian yang akan mulai
bergabung bersama kita mulai hari ini, namanya Gloria Reinatha” Senior
Manager memperkenalkan Reinatha kepada rekan kerja barunya.
“Halo semua, salam kenal panggil saja saya Reinatha, saya minta
bantuannya dari teman-teman semua untuk mengajari saya untuk belajar disini”
Sapa Reinatha ramah memperkenalkan diri
“Belajar
mah di kampus, disini buat kerja!” Celetuk salah satu
senior yang super-duper cool dengan wajah tampan dan dinginnya. Wajah Reinatha
langsung pucat mendengarnya, tak pernah dibayangkan akan di jawab dengan
celetukan seperti itu di hari pertamanya.
“
Hai Reinatha, aku Mita, jangan di dengerkan ucapan Mas Annga, dia emang gitu
oarangnya” Sambil menggandeng Reinatha dengan
ramahnya
“
Ok kalau begitu saya tinggalkan Reinatha sama kalian yah, Angga….!my eyes on
you”
Warning senior Manager sambil mengisyaratkan pada cowok cool di ujung meja
untuk bersikap lebih manis lagi kepada anak baru.
“
Hai Reinatha, aku Kiki, ini mas Coki, mas Dimas, itu Mita dan itu mas Angga
leader devisi kita” Kiki salah satu wanita berhijab
memperkenalkan semua orang dalam ruangan tersebut dengan ramah.
“Hai
Reinatha, kamu anak UGM yah?” Tanya Dimas
“Iya
Pak”
Jawab Reinatha kaku
Seketika seisi ruangan
tertawa pecah, dan Reinatha semakin bingung
“Jangan
panggil Pak! Tua banget dengarnya, panggil mas aja Mas Di”
“Hahahaha ala sok Cool lu Dim, oh yah itu meja kerja kamu, kalau kamu
butuh sesuatu, itu meja aku, panggil aja aku kalau nggak Mita” Sambung Kiki
lagi sambil tersenyum ramah
“Makasaih
yah Mba…..”
“Kamu
cantik banget sih, pake skincare apa?” Reinatha kaget mendengar
pertanyaan random dari Mita
“Aku
nggak pake apa-apa, ini cuma kiriman obat dari mama”
Reinatha gugup menjawabnya
“Mama
kamu dokter kecantikan yah?” Tanya Mita lagi
“eh,
nggak juga sih tapi emang dokter..”
“Kapan-kapan
aku boleh nggak konsultasi sama mama kamu?”
“Boleh-boleh
banget ”
“
ah makasih yah Reinatha…” Peluk Mita tiba-tiba
Reinatha benar-benar
bingung dengan keadaan sekitarnya dan rekan kerja barunya. Sungguh sesuatu warm
coming yang tidak diduganya sama sekali.
“Oh
yah Rein, Taman kota Jogja itu proyek kamu yang handle yah?”
Tanya Coki lagi
“Iya
mas, sama tim waktu itu”
“Ha
seriusan itu proyek elu???” Teriak Kiki dan semua yang ada dalam
ruangan tersebut kaget mendengarnya
“
jadi yang menang tender itu kalian wah gila sih…hebat banget”
Sambung Mita
Reinatha bingung harus
berekspresi senang atau kaku dengan situasi saat ini.
“
Padahal waktu itu kita juga nawarin punya kita tapi yang tembus ternyata
kalian, hebat loh…”
“iya
tuh waktu itu inget banget gimana kita gila-gila lemburnya sampai Mas Angga
nggak pulang-pulang lagi…”Mita keceplosan dan semua memberi
kode agar Mita tak bicara terlalu kencang hingga di dengar Angga.
Tiba-tiba Angga datang
menaruh setumpukan map tebal dimeja Reinatha
“
Apa ini Pak?” Tanya Reinatha bingung
“
Bisa baca kan? Apa perlu saya bacaain?
“
oh iya, maaf Pak…” Reinatha tampak gugup
“
saya kasih waktu 2 hari buat selesaiin baca semua ini dan buat kesimpulan dari
ini, ngerti?”
Reinatha tampak menahan
nafasnya dalam-dalam, 2 hari? dengan segepok map tebal yang ada di mejanya? Ini
kerjaan apa hukuman?
“Nggak
bisa dalam 2 hari?” Sambung Angga lagi karena taka da respon
dari Reinatha
“
Iya bisa Pak…” Jawab Reinatha
Angga berlalu
meninggalkan Reinatha. Dimas, Coki dan Kiki datang mendekat untuk menghiburnya.
“Nih
Ngopi dulu, jangan di buat beban, Angga emang gitu kok orangnya. Santai
aja..kalau ada yang mau ditanyain tanyain aja sama kita nanti kita bantu”
“Makasih
yah….” Reinatha tampak sedikit lega
Hari pertama kerja,
Reinatha melewatkan jam makan siangnya hanya untuk mnyelesaikan tugas pertamanya
dari Angga.
“Rein,
balik yuk udah jam 05.00 ayok…” Ajak Kiki
“Iya
Mba duluan aja, aku dikit lagi” Senyum Reinatha
“Ya
udah duluan yah Rein, bye….”
“
Yukk Rein, wes mule…. Besok lagi lanjutnya “ Ingat Dimas dan
Coki
“Iya
Mas”
Jam menunjukan pukul
07.30 malam, ketika Angga meninggalkan meja kerjanya dia melihat Reinatha masih sibuk
sedangkan meja disekelilingnya telah gelap.
“Ehem
ehemmmm Jam berapa ini? nggak ada uang lembur buat pegawai baru, jadi mending
pulang dah” Tegur Angga, Reinatha yang kaget
mendengar suara Angga langsung beberes
“Iya
Pak, maaf….”
Seperginya Angga,
Reinatha langsung mengumpat
“Sumpah……..ngeselin
bangetttttttttttt! Ada yah leader kaya gini! Yah gimana proyeknya mau tembus,
jahat banget sama pegawainya! Tau nggak sih gue tuh baru disini, dibaik-baikin
kek! Uhhhhffffffffff kalau bisa gue timpuk gue timpuk dah!!!!”
Sambil mengangkat
tinggi-tinggi tumpukan map yang dipegangnya kearah perginya Angga, tiba-tiba
Angga kembali lagi untuk mengambil jaket di ruangannya.
“
Ngapain ? Ada cctv loh disini, semuanya terekam”
Kata Angga sesaat mendapati ekspresi Reinatha yang nampak kesal.
“oooo aaaaaaaa, nggak Pak, ini mau pulang misi Pak……..” Reinatha bergegas kabur
Sesampainya di rumah,
Reinatha menceritakan pengalaman hari pertamanya dan rasa kesalnya terhadap
leadernya kepada Nathan by phone, Nathan yang begitu setia mendengar celotehan
calon istrinya itu tetap memberi semangat dan pujian kepadanya.
“
Oh iya Yang, tadi aku ke rumah kamu ngobrol sama Ibuk dan Bapak, kita
tadinya nentuin tanggal 24 Agustus ini untuk nikahan kita, tapi aku bilang sama
mereka, aku harus tanya kamu dulu, gimana menurut kamu?”
Kata Nathan
“Yangg,,,
Agustus? 3 bulan lagi dong? Aku belum…………” Reinatha
menghentikan kalimatnya, dia teringat akan perkataan Nathan yang mempercayakan
semua padanya. Bagimana bisa dia jujur kalau belum mempersipkan konsep
pernikahan bahkan gaun pengantin juga design undangannya sendiri, Reinathapun
menahan kejujurannya takut Nathan akan kecewa, berusaha menyakinkan dirinya
untuk mempersipakan semuanya dengan baik.
“Yang,
Sayang…..kok diam, gimana menurut kamu?” Tanya Nathan lagi
“ehhh
aku sih nggak ada masalah Yang, berarti 2 minggu lagi aku kirim design undangan
yang aku mau yah Yang”
“hehehe…kamu
Yang, udah ngomongin undangan kita aja belum foto prewed Yang, kamu lupa yah?
Foto apa yang mau di taruh di undangan? “ Goda Nathan lagi
“oh
iya yah bener..hehehe sorry yang aku lupa…”
“Yah
udah mau fotonya dimana? Jakarta? Jogja? Atau kamu punya pilihan lain?” Tanya
Nathan dengan sabarnya
“Aku
sih maunya Bali Yang….tapi….”
“Ya
udah kita ke Bali. Kamu kapan bisa liburnya?”
“Haaaa?
Seriusan Yang kita ke Bali???” Reinatha masih tak percaya segampang itu
Nathan menyetujui keinginannya
“Iya kita ke Bali, Sayang…”
“aku
Sabtu Minggu libur Yang, Tapi kamunya gimana?”
“Aku gampang kok Yang, ya
udah fix yah kita ke Bali minggu ini!”
‘Minggu ini??? Yang….”
Reintha hendak protes tapi Nathan buru-buru memotong pembicaraannya
“Sayang
maaf aku harus kembali ke Barak, ini ada panggilan tugas…”
“Ya
udah Yang hati-hati……. love you”
Malam itu Reintha, Teddi
dan Anna berbagi tugas. Teddi membantunya menyelesaikan bacaan dari kantor dan
Anna membantunya memilih spot foto, baju serta make up untuk dipakai foto sesi
Prewed.
Jam menunjukan pukul 05.00 pagi, Anna dan
Teddi telah tertidur sedangkan Reinatha masih stay on dengan tugas dan
datelinenya.
“Aduh
harus buru-buru ke kantor nih” Reinatha buru-buru mandi
dan berangkat sebelum terlambat
Sesampainya di kantor,
Reinatha tampak begitu ngantuk karena belum tidur dari semalam, matanya sudah
tak dapat menahan rasa kantuknya lagi hingga tertidur dimejanya sebelum
teman-teman lainnya datang.
“Eh
Reinatha, lembur yah?” Tanya Kiki panik
“Wah
si Angga bener-bener kelewatan! Jadi ini anak gak pulang-pulang dari semalam?”
Tanya Dimas memastikan
“Jangan
di bangunin kasihan…” Sambung Coki
“Selamat
Pagi semuaaaaaaaaaaaa” Teriak Mita yang baru datang
langsung diberi kode untuk diam oleh rekan kerjanya agar tidak membangunkan
Reinatha
Pukul 09.00 Angga tiba di
kantor dan melewati meja Reinatha begitu saja, tiba-tiba Angga teringat akan
sesuatu dan kembali lagi ke meja Reinatha dan mendapatinya sedang tertidur
pulas, di ketuknya meja Reinatha
“Tok
tok…..”
“Apaan
sih Ann, aku masih ngantuk” Jawab Reinatha yang lupa bahwa
dirinya sekarang berada di kantor bukan dirumah
“Angga, biarin dulu sepertinya dia kecapen belum tidur dari semalam”
Bela Kiki
“Ki,
ini tuh kantor bukan kos-kosan! Kalau mau tidur di rumah bukan di kantor!
Reinatha bangunnnnnnnnnnnnn!” bentak Angga yang langsung membangunkan
Reinatha
“Iya
siap Pak Angga…” Reinatha terkejut reflek berdiri sambil
memberikan map kepada Angga dengan wajah bantalnya
“Apa
ini?” Tanya Annga
“Tugas
dari Bapak sudah saya selesaikan”
Angga mengambil map
tersebut dan membacanya lalu berlalu pergi meninggalkan Reinatha,
Semua mata tercengang
kagum kepada Reinatha, Mita mengangkat jempolnya begitu juga Dimas dan Coki.
Angga kembali kepadanya dan berkata
“Walau
tugas kamu selesai sebelum waktunya bukan berarti kamu bisa tidur di kantor
paham!”
“Paham
Pak!”
“Hebat
kamu Rein. Cepat banget nyelesaiinnya! Kalau aku bisa berminggu-minggu itu
bacanya” Sambung Coki
“Good Jooob” kedipan mata Kiki memberi semangat
“Emang
nggak salah Pak Mifta rekomendasikan kamu, hebat…”
Sambung Dimas
“Makasih
yah semua, maaf aku ketiduran…”
Setelah selesai membaca
rangkuman Reinatha, Annga memanggilnya keruang kerja
“
Silahkan duduk.”
Sambil memberikan sebuah
kerjaan baru
“Apa ini Pak?” Tanya Reinatha bingung
“itu
tugas kamu yang pertama, saya percayakan sama kamu”
“Maksud
Bapak, saya handle gitu? “
“Kenapa?
Kamu Nggak bisa??”
“
eeeh bukan gitu Pak maksud saya…”
“sebulan. saya kasih kamu waktu sebulan untuk pimpin
proyek ini, gimana?”
“sebulan????”
Reinatha semakin panik
“Ok
saya anggap kamu setuju, silahkan keluar….”
Ahhhhhh…
Ingin
nangis rasanya
‘Kenapa Rein?” Tanya Mita
tiba-tiba melihat ekspresi Reinatha lemes keluar dari ruangan Angga
“Mit, kayaknya aku
bakalan gila deh kerja disini….”
“Perhatian semua
kumpul……”
Suara Angga mengejutkan Reinatha
“Ok mulai besok, saya mau semua Tim bekerja
sama untuk proyek Hotel Dharmawangsa dibawah pimpinan Reinatha, paham semua? Ada
yang mau bertanya? Kalau nggak ada saya anggap jelas…” Pengumuman dari
Angga yang singkat padat dan jelas dihadapan rekan kerjanya membuat Reintah
mati kutu
“Uhhhhhhhhhhh…. Baru
hari kedua udah dipercaya pimpin proyek, hebat kamu Rein. Ok aku bisa bantu
apa?”
Tanya Kiki dan yang lainnya memberi semangat
Reinatha
merasa canggung sekaligus malu,
Karena
dia hanya seorang anak baru namun telah dipercaya sedemikian besarnya. Dia takut
akan gagal dan takut salah dihadapan para seniornya.
‘Kenapa mesti
malu? Santai aja kali Rein, kita udah tau kok kemampuan kamu bukan sembarang
orang yang bakal di rekomen sama Pak Mifta kesini, tunjukin sama Angga kalau kamu
bisa kita dukung kok”
Suport Kiki dan yang lainnya setelah mendengar curhatan kekacauan dan ketakutan
Reinatha
“Angga
itu baik kok, hanya emang gitu orangnya perfecsionis dan teliti” Sambung Coki
“Iya awal aku
masuk juga gitu, stress aku tuh Rein, sempat masuk UGD dikasih kerjaan sama Mas
Angga”
Curhat Mita
“Tapi kamu hebat,
bisa handle dengan baik tugas-tugas dari Angga” Sambung Dimas
“Jadi kapan kita
mulai sibuknya nih….aku siap all day all night” Sambung Mita
“Sabtu ini gimana
Rein?”
Tawar Kiki
“Maaf Mba, tapi Sabtu
ini sepertinya aku nggak bisa…” Sambung Reinatha
“Ya udah Minggu
gimana?”
Tawar Dimas lagi
“Sejujurnya aku Mau
tapi aku harus ke Bali Sabtu Minggu ini”
“Wah Ke Bali……….
gimana kalau kita ngerjainnya sambil jalan-jalan ke Bali juga” Sambung Mita
lagi
“Lu kalau ngasih
ide yang logis kenapa Mit? Mau di makan sama Angga?”
‘Atau gini aja,
elu di Bali tapi videocallan sama kita, kita disini tetap negrjainkan bisa yah?
Jadi kita tetap in touch gimana?” Sambung Kiki
“Aku setuju tuh boleh Mba…..”
Bali
di bulan Mey begitu indahnya, namun sayang Reinatha dari landing hingga sesi
prewed Nampak gelisa mencari jaringan 4G dilokasi fotoshoot mereka.
“Yang…..kita mau
foto loh”
Ingat Nathan yang sedari tadi melihat Reinatha sibuk dengan Hpnya
“Iya Yang bentar
yah……”
“Ini ngurusin
apaan sih Yang?”
“Cari sinyal Yang……” Reinatha yang
menyadari bahawa caranya salah kemudian segera mematikan Hpnya dan kembali
serius untuk sesi foto mereka berdua
“Kamu masih bawa
urusan kerjaan kesini?” Tanya Nathan datar
“Maaf Yang…..ayuk kita lanjut fotonya”
Sesi
foto hari pertama mereka telah selesai, Nathan sibuk berdiskusi dengan foto
grafer untuk sesi foto keesokan harinya sedangkan Reinatha yang tadinya penuh
antusias duluan masuk ke kamar hotel untuk videocall sama rekan kerjanya untuk proyek
barunya.
“Yang, kamu nggak
mau lihat hasilnya?”
Tanya Nathan
“Yang, kamu aja
yang lihat bisa kan? Kalau menurut kamu udah Ok aku ikut aja….” Sambil sibuk
dengan laptopnya
“Yakin kamu nggak
mau lihat dulu?”
Tanya Nathan
Reinatha
mulai peka akan keinginan Nathan, lalu mematikan laptopnya bergabung bersama
Nathan untuk melihat hasil foto shoot mereka
Foto
Prewed mereka telah selesai, dan telah kembali ke Jogja
“Yang…kerjaan kamu
nggak buat kamu streskan?” Tanya Nathan
“Ini yang dari kemarin aku pingin ngobrol
sama kamu Yang, aku dikasih tanggung jawab baru untuk handle proyek”
‘Bagus dong, akhirnya pimpinan kamu tau kamu
emang berbakat, yah walau terlalu cepat sih buat anak baru…”
“benerkan, menurut
aku juga ini terlalu cepat, kenapa nggak ke yang lain tapi ke aku”
“ Bersyukur Yang,
kamu dipercaya secepat itu, kamu gimana nyaman nggak ngerjainnya?”
“Yah teman-teman
aku sih support, jadi aku masih enjoy…”
“Terus kamu bisa ambil cuti nggak buat acara
nikahan nanti? Udah di omongin belum?”
Seketika
Reinatha ingat, benar banyak hal yang belum dipikirkannya, cuti? Dengan status
karyawan baru, dikasih nggak yah? Reinatha mulai kebingungan sendiri namun berusah
tenang di depan Nathan.
" Nanti aku
bicaraain Sayang sama pimpinan aku…”
“Kamu ingat
istirahat yang cukup, jaga kesehatan yah… pesawat aku bentar lagi take off aku
berangkat dulu yah, love you” Ciuman hangat di kening dari Nathan
membuat Reinatha memiliki energi lebih untuk mengurus semuanya dengan baik.
Minggu-minggu
penuh stress di hadapi Reinatha, dengan tumpukan pekerjaan deadline, omelan
Angga, dan persiapan pernikahan.
Bertemu
dengan wedding designer dan menentukan konsep pernikahan membuat Hubungan
Reinatha dan Nathan mulai sedikit renggang. Reinatha yang berusaha menghubungi
Nathan pada waktu yang tidak tepat karena kesibukan Nathan, begitupun
sebaliknya.
“Yang, kamu jangan
iya iya aja dong…kasih ide kek, aku capek nih ngurus semua sendirian” Amarah Reinatha
meluap ketika membicarakan konsep pernikahan yang tak ujung titiknya dengan
Nathan
“Kalau kamu capek
kan bisa istirahat Yang, jangan dibawa beban….” Jawab Nathan
santai
“Tuh kan…kamu
ngegampangin aku nggak sukak!!!”
“Ngengampangin gimana Yang?”
“Yah kamu ngertiin
aku lah, aku tuh capek ngurus ini semua sendirian…. kerjaan aku banyak! kamu ditanya
ini ngegampangin mulu.”
“Aku harus gimana
Yang? Kamu mau konsep putih iya nggak
papa, mau biru juga nggak papa….”
“Nath, kamu
kelewatan yah! Kamu tuh mau nikah, apa aku doang yang harus capek? Mentang-mentang
kamu udah jadi Kapten! Nikah aja sama jabatan kapten kamu sana!”
“Yang, kok gini
arahnya? Kamu kalau capek istirahat dulu….kita handle ini nanti yah..” Tenang Nathan
“Kamu emang
ngegampangin yah…padahal tinggal 2 bulan lagi loh! Aku capek ngomong sama
kamu!!!terserah kamuuuuuuuuuuuuuuu”
“Yang…Rein…sayang….kita
bicara nanti yah kalau kamu udah tenang”
Reinatha
mematikan Hpnya dan menghela nafas panjang
“Reinatha,
apa-apaan ini?”
Bentak Angga dengan hasil yang tidak diharapkannya sama sekali
“Segini doang usaha
kamu? Kalau segini doang mahasiswa semester satu juga bisa ngerjainnya! Apa bedanya
kamu sama mereka! Saya nggak mau tau minggu depan saya udah terima hasil yang
lebih baik dari ini!!! Paham!!!!
“Iya maaf Pak”
Beban
persiapan pernikahan yang mulai membuatnya stress ditambah kerjaan kantor yang
menumpuk isi kepala Reinatha seakan akan mau pecah! Emosinya jadi tidak stabil,
staminanya menurun, konsentrasinyapun perlahan terbagi-bagi, pelampiasan
kemarahannya adalah Nathan.
Tanpa
sepengetahuan Reinatha, Nathan terbang ke Jogja untuk menyelesaikan masalah
mereka yang telah larut berminggu-minggu
“ Kamu ngapain
disini?”
Tanya Reinatha
“ Kita perlu
bicara Yang…”
‘ Aku capek, aku mau
istirahat…” Reinatha berlalu begitu saja dari Nathan dihadapannya
“ Rein, Yang…sayang…
kalau kamu capek karena pekerjaan baru
kamu ini, kamu bisa resign kan dan focus sama pernikahan kita?”
“What??? Resign?? Kamu
datang jauh-jauh kesini untuk saranin aku resign dari kerjaan aku??” Tanya Reinatha dengan
emosi yang tertahan
“Bukan gitu maksdunya Yang, aku perhatiin
karena beban kerja kamu jadi kamu seperti ini sekarang…or let we use WO, ok? Biar
kamu nggak stress kaya sekarang….”
“Aku
stress??? Nath, ahhhh kamu inget nggak kamu yang saranin aku buat ambil
kerjaain ini, kamu yang bilang I should do it untuk buktiin kemampuan aku, then
now kamu mau aku keluar dari pekerjaan ini? kamu sadar nggak kamu itu egois…
kamu boleh berkarir dengan jabatan kamu sekarang seorang kapten lalu segampang
itu kamu minta aku resign?”
“Rein,
you need to calm down….”
“
Kamu yang perlu tenang Nath, semua cara kamu gampangin, pake WO lah gampangin
banget nggak hargain usaha aku buat ngurus semua ini. aku berharap kamu lebih
ngerti tapi ternyata enggak……semuanya terlihat mudah dimata kamu”
“Rein…..”
“Sudah
Nath, aku capek…. Aku perlu istirahat! Sepertinya pernikahan kita harus di
undur atau mungkin nggak perlu ada pernikahan sama sekali…”
Kalimat yang tidak disangka-sangka keluar
dari mulut Reinatha dan membuat NATHAN TERKEJUT MENDENGARNYA.
Beginikah akhir dari persiapan pernikahan idaman itu?
apa semua yang ingin menikah mengalaminya?
perdebatan-perdebatan kecil hingga akhir yang harus digantung dan diakhiri tanpa ujung yang dinginkan?
Reinatha...benar inikah yang kau inginkan?😢

Comments
Post a Comment