Perempuan & Egonya Part 26


Perempuan & Egonya
Part 26
(Ending of the story)

“Rein kamu kenapa sih? Nggak bisa kamu seenaknya putusin buat ditunda bahkan ngomong kaya gitu sama Nathan!” Marah Ibuk yang datang ke Jogja untuk menemui putrinya secara khusus.

“Ibuk jauh-jauh kesini cuma mau ngomong itu sama adek? Buk, Rein tuh capek Bu!!” Bela Reinatha

“Capek bukan berarti kamu gampang aja ngomong kaya gitu, kamu pikir Nathan nggak capek Dek, ngadepin sikap kamu yang keanak-anakan kaya gini?”

“Nathan lagi Nathan lagi….Buk, kalau semua Nathan ngadu sama Ibuk, Rein harus apa? Ibuk dengerin aja sana Nathan ngomong apa, Rein udah males buat bahas ini!”

“Nathan bahkan ngak ngomong apa-apa sama Ibuk, Ibuk taunya dari Anna, dengan sikap kamu kaya gini kamu nggak bisa terus-terusan kaya gini Dek, Pak..bilangin Pak anaknya, jangan diam aja dong Pak”

“Bener, apa kata Ibuk kamu Dek, kalau  kamu capek biar Ibuk sama tante Risma yang ngurus semuanya, kamu sama Nathan fokus dulu sama kerjaan masing-masing, pas dekat hari H kalian baru ambil cuti  kan beres, selesai masalahnya kan Dek, gimana?” Sambung Bapak, mencoba memberi solusi untuk putrinya

“Pak, please yang mau nikah adek kan? Yang nanti bakalan hidup sama Nathan adek kan? Beri adek waktu buat berpikir jernih, Bapak ngertikan maksud adek”

“Ya udah kalau itu mau kamu Dek, tapi ingat yah jangan sampai keputusan yang kamu buat kamu nyesal nantinya, kamu jangan terlalu lama berpikirnya. Ini keputusan besar dalam hidup kamu. ingat ada banyak orang yang bergantung sama keputusan kamu, Bapak nggak mau anak Bapak terlalu lama terbawa emosi”

“Bapak gimana sih, anaknya dikasihtau yang benar, ini mala dikasih waktu…pokoknya Ibuk nggak setuju! Dek, kamu harus……..”

“Ibuk, Rein capek, besok Rein harus presentasi proyek pertama Rein so please…… Rein butuh istirahat sekarang”

“Rein…Reinatha, Ibuk belum selesai bicara…….”

“Udah udah Buk, biarin aja Reinatha menyelesaikan masalahnya sendiri dulu…”

“Nggak bisa gitu dong Pak,…..”

Hari yang baru bagi Reinatha, harus mempersiapkan presentasi pertamanya untuk proyek yang di handlenya di depan senior manager dan di depan Angga leader devisinya. Berbeda dengan presentasi-presentasi Reinatha sebelumnya, kali ini tekanan emosional dan perfeksionis dari seorang Angga dituntut dalam penyampaian perdana Reinatha, banyak tekanan yang dialami Reinatha membuat dia sedikit gugup dan agak ragu dengan presentasinya nanti.

“Kamu bisa pasti bisa Rein, ayok semangat…” Semangat Tim memberi dukungan kepada Reinatha sebelum masuk ke ruang presentasi

45 menit berlalu dengan begitu menegangkan di dalam ruang presentasi, sampai pada kalimat terakhir Reinatha

“Demikian presentasi proyek dari saya, terimakasih” Senyuman lega dari Reinatha menutup presentasinya disambut tepukan tangan dari audiences

“Ok, Bagus saya sukak…nggak ada masalah, kapan mulai eksekusi?” Kata senior manager yang tidak disangka-sangka oleh Reinatha sebagai respon pertama presentasinya

“Tergantung kapan investornya Pak, Tim kita siap sekarang juga.” Angga memberi jawaban yang tidak disangka-sangka oleh Reinatha

“ Ok, kalau gitu kalian siap berangkat lusa…Ok, Reinatha well done! Nggak salah yang dibilang Pak Mifta tentang kamu”

“Terimakasih Pak” Jawab Reinatha ramah

“Ok Team! Bersiap kita akan berangkat lusa, untuk pengerjaan proyek baru kita dibawah pimpinan Reinatha.” Angga memberi pengumuman kepada Tim sesaat  setelah selesai presentasi dari Reinatha, sepertinya hanya Reinatha yang bingung dengan kata berangkat, yang dimaksud Angga berangkat, berangkat kemana?

“Maaf Pak, kita berangkat kemana yah lusa?” Tanya Reinatha polos

“ Kamu gimana sih, ini proyek kamu masa kamu nanya berangkat kemana?” Balas Angga jutek

Reinatha semakin bingung, bukannya mendapatkan jawaban dari Angga tapi respon menyebalkan yang didapatinya.

“Aku bilang juga apa. Kita akhirnya ke Bali kan…..Yeahhhhhhhhhhhhhhhhh” Teriak Mita bahagia

“Ke Bali??” Lagi-lagi Reinatha bingung

“Iya Rein, kan proyek yang ini buat hotel Dharmawangsa yang di Bali bukan di Jogja.” Jelas Kiki

Reinatha merasa bodoh, hanya dirinya satu-satu manusia dikantor ini yang mengerjakan proyek yang bahkan dirinya sendiri bahkan nggak tau lokasi sebenarnya adalah untuk cabang di Bali bukan di Jogja seperti dugaannya.

“Yes…Akhirnya, Thank you Yah Rein..akhirnya kita bisa dapat proyek luar pulau juga, ahhhhh udah lama nggak lihat laut, aku mencium aroma aroma pantai Kute…” Sambung Dimas

“Reinatha, ke ruangan saya sekarang!” Perintah Angga

“ Saya mau kamu fokus selama disana, nggak ada pikiran yang terbagi seperti minggu-minggu sebelumnya, paham? Ini proyek serius perdana kamu so saya mau hasil yang maksimal! Paham.”

“Iya Paham Pak…akan saya lakukan dengan baik.” Jawab Reinatha

“Nyebelin banget sih! Kirain mau kasih selamat tau –taunya uhhhhgggfffff .“ Umpat Reinatha dalam hatinya

Bali dan ceritanya menarik Reinatha untuk kembali dan menjalankan tugas disana.
Sebelum terbang ke Bali, Reinatha mendapat telfon berkali-kali dari Nathan tapi selalu di reject semua pesan yang masuk dari Nathan pun diabaikannya begitu saja. Hari demi hari dilalui Reinatha dengan serius mengerjakan proyek pertamanya itu dengan penuh tanggung jawab, Angga pun perlahan mulai mengakui kemampuan Reinatha yang luar biasa berkembang dengan cepatnya. Mereka bahkan mendapat investor baru untuk proyek yang baru di Bali berkat kemampuan Reinatha.

“ Hei, bengong aja! Kenapa? Kok jadi menjauh sama yang lain…” Tegur Kiki, yang mendekati Reinatha yang menjauhkan diri dari kerumunan orang

“Nggak papa, aku cuman inget aja sama tempat ini.” Jawab Reinatha

Iya Indah yah tempatnya, tuh lihat ada yang lagi prewed disana, hmmm aku juga mau prewed disini jadinya…oh yah, kamu sering kesini yah?” Tanya Kiki lagi

“ Terakhir aku kesini buat prewed mba” Jujur Reinatha lemes

“ Ha??? Seriusan elu??? Kapan, kok kita belum dapat undangannya? ” Kiki kaget , Reinatha tak menjawab dan terdiam lama dengan pertanyaan Kiki barusan

“Rein, hubungan elu baik-baik aja kan?” Tanya Kiki memastikan

Sepertinya, nggak bisa dikategorikan dalam keadaan baik-baik aja Mba, aku aja bingung harusnya 2 bulan lagi kita Nikah tapi aku…….” Reinatha terdiam

Jangan bilang kalau dia selingkuh!!!” Tebak Kiki

Nggak Mba, bukan…aku yang butuh waktu untuk hubungan ini”

“Butuh waktu gimana Rein? Kamu masih nggak yakin mau nikah sama dia?”

“Aku yakin Mba, yakin banget sama dia…..tapi…”

“ Nggak papa, kalau kamu berat buat ungkapin semua, kamu lihat Mas Angga sekarang, dia juga terluka karena gagal nikah hanya selalu berusaha kuat dan cool aja depan kita, tapi luka batinnya masih ada, dia masih belum bisa menyembunyikan rasa penyesalannya karena keputusannya sendiri” Jelas Kiki

“Maksud Mba Kiki?”

“Yah hampir samalah kaya kisah kamu, dia juga harusnya udah menikah tapi karena kesibukannya akhirnya hubungan mereka jadi renggang dan selalu saja ada masalah, kamu lihat sendirikan Mas Angga seperfect apa soal pekerjaan.  itu kelebihannya sekaligus kelemahannya, calon istrinya akhirnya meninggalkannya karena terlalu sibuk sama pekerjaannya dan mereka akhirnya batal menikah”

“Kamu mau tau, kenapa Mas Angga selalu judes sama kamu? Itu karena mantan tunangannya sama namanya kaya kamu mba Reinatha tapi kita manggilnya Mba Ata” Jelas Kiki lagi

“Ya udah, aku Cuma bisa ngomong itu, ambil waktu kamu sebanyak yang kamu perlukan untuk berpikir  tapi jangan sampai kamu meninggalkan dia, untuk emosi sesaat saja, pikirkan lagi bagaimana kalian sampai ditahap ini.” Kiki pun pergi meninggalkan Reinatha seorang diri.

Lama Reinatha terdiam dan merenung, mungkin benar yang dikatakan Ibuk, Bapak dan sekarang Kiki. Apa yang terlalu keras untuk aku pertahankan bila akhirnya aku tau aku sebenarnya tak menginginkan ada yang hilang nantinya. Reinatha pun kemudian menelfon Ibuknya untuk meminta bantuan.

“Ibuk mau kan bantu adek?”

" Iya Ibuk pasti bantuin, Ya udah Ibuk telfon tante Risma dulu yah”

Kali ini, tolong ambil dari padaku keraguan itu Tuhan
Aku mau Dia! Titik!

Proyek di Bali telah selesai, Reinatha mengambil libur weekend untuk ke Jakarta menemui Nathan tanpa sepengetahuannya. Pertemuan pertama setelah perdebatan terakhir mereka soal keputusan pernikahan,  membuat keduanya terlihat canggung. Nathan jelas terlihat lebih berhati-hati dalam bicara kali ini. sedangkan Reinatha bingung harus memperbaiki kesalahannya dari mana.

“Nath aku….”
“Rein, kita….”

Keduanya sama-sama memulai untuk bicara, mata mereka saling berpandang dengan tatapan yang sedikit kaku dan bingung, terlihat tegang diantara keduanya.


“Ya udah kamu ngomong duluan….” Nathan mengalah, Namun belum selesai Nathan melanjutkan kalimatnya, Reinatha langsung berdiri dari posisi duduknya dan memeluk Nathan secara tiba-tiba, Nathan terlihat kaget

“Kamu berhak marah nanti sepuas mu, kalau aku seperti ini lagi, tapi kamu harus nikahin aku terlebih dahulu! Ini kutukan! kamu harus menghabiskan masa tua bersama orang yang akan gampang berubah-ubah moodnya dan emosian.” Bisik Reinatha, Nathan tersenyum bahagia mendengarnya dan membalas pelukan Reinatha lebih erat lagi.


Yang dinantikanpun tiba, seminggu sebelum acara bahagianya Reinatha membagikan undangan kepada rekan kerjanya sekaligus mengajukan surat resign kepada senior manager.

Yah aku bingung harus bahagia atau sedih terima undangan nikahan kamu sama surat resign kamu sekaligus, Rein” Kata Mita

“Aku minta maaf yah.  teman-teman semua udah baik banget sama aku selama ini. kalau ada kata dan perbuatan ku yang salah mohon dimaafkan, dan jangan lupa datang yah, aku tunggu di Jakarta” Pamit Reinatha

“Ah….aku sedih….” Peluk Kiki

Sukses yo Rein acara kamu nanti kita doakan yang terbaik buat kamu.” Sambung Dimas

"Terimakasih Mas…”

“Oh yah, Pak Angganya ada? Aku mau sekalian pamit sama beliau.” Sambung Reinatha lagi

“Ada tuh didalam dari tadi kayaknya sedih deh tau kamu bakalan resign.” Sambung Coki

“Iya ntar nggak ada lagi proyek kita diluar daerah.” Timpa Mita lagi

“Permisi Pak…saya mau ngasih undangan ke Bapak, sekaligus surat resign saya, mohon maaf sebelumnya Pak kalau saya……”

“ Saya terima ini ” Sambil mengambil Undangan dari tangan Reinatha

“Kalau yang itu, kamu simpan aja. ” Sambil melirik ke amplop putih berisi surat resign Reinatha

‘Tapi Pak, ini….”

“ Kata siapa kamu boleh Resign?”

“Maksud Bapak?”

“Kamu cuma di pindah tugaskan ke kantor cabang Pusat di Jakarta, ini surat SK terbarunya, jadi kamu nggak bisa resign, so kamu boleh ambil cuti selama pernikahan”

“ Ha?? Jadi surat resign saya nggak diterima Pak? Saya di pindahin gitu? Ahhhhhhhhhhhhh." 
Reinatha melompat kegirangan membaca SKnya dan reflek memeluk Angga saking senangnya. Suasana kaku seketika terjadi diantara mereka berdua

Maaf Pak, saya terlalu bahagia soalnya….saya reflex” Kata Reinatha

“Tapi Terimakasih loh Pak, Bapak sudah baik sama saya, saya doakan Bapak selalu sehat dan bahagia.” Reinatha hendak meninggalkan ruangan Angga namun kemudian, Dia teringat akan sesuatu dan kembali lagi seakan menitipkan nasehat kepada Angga

“ Bapak, nggak perlu sekuat itu untuk terlihat kuat hanya karena pernah ada luka, luka akan sembuh dengan sendirinya Pak kalau kita ikhlas memaafkan dan merelakan yang mungkin dari awal bukan milik dan jalan kita, Tidak semua Reinatha akan melukai Bapak lagi, mungkin dengan Bapak membuka hati, ada Reinatha lain yang bisa Bapak jumpai…” Lalu Reinatha berlalu pergi meninggalkan Angga yang akhirnya tersenyum mendengar perkataannya.

Hari itu tiba,
Hari baru yang membuat ku tak bisa tertidur
Walau segala cara telah ku coba, agar mataku tak terlihat sembab diesok paginya
Sayang, rasa gugup dan panik begitu meracuni ku hingga ku rasa aku tak butuh tidur malam ini.

Gaun Putih penuh mutiara teruntai panjang tepat dihadapan ku, sepatu kaca bak Cinderela manis menemani disampingnya. Beginikah perasaan yang dirasakan semua insan yang akan menikah??
Masih bisakah aku hafalkan janji suci ku di hadapan Tuhan dan jemaatnya esok Pagi?
Bagaimana jika aku lupa? Salah melafalkannya? Aku gugup? Aku menangis dan make up ku berantakan? Bagaimana aku harus tersenyum besok? Shitttttt!!! What happen to me?????

“Ayo Tidur…ayo tidur Rein!!!” Suara lain dalam ragaku menjerit meminta ku untuk tenang
Handphone ku berbunyi, Good Nathan is calling

“Nath, I can’t sleep!” Suara Panik Reinatha terdengar jelas dibalik telfon

Take a deep breath Dear, Tenang kamu perlu istirahat sekarang sayang….” Nathan mencoba menenangkan meski disebelah sana diapun tak bisa tertidur dengan tenang.

“Kok curang? Kamu nggak panic attack gitu. ?" Sambung Reinatha lagi

“ Kan besok kita bertemu sayang di gereja… di hadapan Tuhan dan jemaat saya Nathanael Sean menerima Gloria Reintaha menjadi istri saya dalam susah maupun senang…..”

“ahhh stop it! Kamu mala bikin aku tambah gugup tau nggak Yang….bagaimana kalau besok aku lupa? Kalau aku nggak bisa bangun gimana Yang? ”

Terus, mau aku ke rumah kamu malam ini? iya? biar kamu tenang?” Tawar Nathan

“Ah itu mah maunya kamu!”

“Ya udah, sekarang berdoa biar dikasih ketenangan dan besok semua berjalan dengan lancar ok istri ku…..”

“ belommmm jadi istri, masih besok!!!”

“oh iya lupa….hehehehe by sayang love you”

Setelah Reinatha mematikan telfon dari Nathan, tiba-tiba Ibuk dan Bapak masuk ke kamarnya

“Eh kok calon pengantinnya belum tidur jam segini?”  Kata Ibuk

“Ibuk sama Bapak juga kok belum tidur? Rein nggak bisa tidur Buk, gimana dong”

“Tuh kan nggak Bapak nggak anak sama aja, Bapak kamu nih yang kesini mau lihat putrinya yang besok udah jadi istri orang, tadinya Bapak ngajak Ibuk buat lihat kamu udah tidur apa belum eh taunya Bapaknya nggak bisa tidur karena panik,  anaknya juga lebih panik lagi….” Jelas Ibuk

“Ah Bapak…….” Reinatha memeluk Bapak manja, seperti selalu menjadi putri kecil Bapaknya.

“Yoo wes Pak, yang ikhlas toh…” Goda Ibuk saat melihat sang suami mulai menitihkan airmata dalam pelukan Putrinya.

“Ah Bapak jangan nangis, nanti Rein ikutan nangis.” Suara Reinatha terdengar mulai syahdu

“ Ya Tuhan, ini putri Bapak, yang kemarin baru Bapak gendong buat tidur, Bapak rayu-rayu buat disuapin makan, Bapak suntik kalau lagi sakit, kok sekarang udah mau jadi istri orang… Cepat banget waktu ini yah Tuhan, Maafin Bapak yah kalau waktu Bapak sama adek selama ini kurang.” Suara Bapak terdengar melemah menahan isak tangisnya, menciumi kening putrinya

“Adek yang mau terimakasih sama Bapak sama Ibuk, sudah sayang banget sama Adek sama Mas Bima, Maafin adek yah Pak kalau punya banyak salah sama Bapak sama Ibuk.”
Pelukan hangat orangtua selalu menangkan jiwa, dalam keadaan apapun, entah bagaimana cara kerja alam semesta berada dalam pelukan mereka membuat segundah dan seberat apapun beban seorang anak terangkat dengan sendirinya.

“Waduh waduh, iki piye toh mala sedih-sedian lagi, gimana pengantinya mau istirahat? Udah-udah yo wes bubar, besok wae lanjut sedihnya malam ini wes turu Ndo, besok hari bahagia mu harus istirahat sekarang. ” Oma datang dengan suara khasnya memecahkan adegan haru biru ini.



Not sure if you know this
But when we first met
I got so nervous I couldn't speak
In that very moment
I found the one and
My life had found its missing piece
So as long as I live I love you
Will have and hold you
You look so beautiful in white
And from now 'til my very last breath
This day I'll cherish
You look so beautiful in white
Tonight
What we have is timeless
My love is endless
And with this ring I
Say to the world
You're my every reason
You're all that I believe in
With all my heart I mean every word
So as long as I live I love you
Will haven and hold you
You look so beautiful in white
And from now 'til my very last breath
This day I'll cherish
You look so beautiful in white
Tonight
Beautiful In White

Dengan Tuksedo rapinya, Nathan berdiri di depan Altar menanti kedatangan Reinatha, rasa gugup bercampur bahagia bergejolak didalam dadanya, sebelum kedatangan Reinatha. Seketika semua tamu undangan didalam gereja yang dihiasi dengan nuansa putih dan biru itu berdiri menyambut kedatangan Reinatha didampingi Ibuk dan Bapaknya, dengan gaun putih terurai panjang dan layer menutupi wajah cantiknya, senyuman Reinatha menembus jantung Nathan yang berdiri jauh dari arah datangnya, mengundang airmata bahagia perlahan turun membasahi mata seorang Nathanael Sean. Senyuman Reintaha begitu indah, cantiknya sempurna mengundang dengan tegasnya airmata seorang Nathan untuk tidak berhenti berderai. Diberikan sebuah kecupan hangat dikening oleh Sang Bapak kepada putrinya sebelum benar-benar melepas genggaman tangan putri kecilnya  kepada Nathan. 

“Jaga Reinatha” Kalimat sederhana dari gerak bibir Bapak memberikan tangan Reinatha untuk Nathan. Nathan membalas dengan anggukan kepala dan senyuman ringan penuh hormat.


Proses demi proses sakral sakramen pernikahan dilewati Nathan dan Reinatha dengan penuh khusuk, terkadang mereka saling menatap dan tertawa tipis saling memberikan pujian dalam hati.

“Baiklah sekarang, silahkan ucapkan janji pernikahan kalian berdua dihadapan Tuhan dan jemaat”

“Saya Nathanael Sean….
“Saya Gloria Reinatha…”

“ Memilih engkau  Gloria Reinatha menjadi istri, teman hidup, dan sahabat….
“Menerima engkau  Nathanael Sean menjadi suami, teman hidup, dan  sahabat…

“ Saya berjanji untuk setia kepadamu, dalam untung dan malang, diwaktu sehat dan sakit, saya mau mencintai dan menghormati engkau seumur hidup sampai maut memisahkan kita, saya berjanji untuk membantumu mencintai hidup, menggenggam tangan mu dengan lembut untuk kesabaran karena itulah yang dibutuhkan cinta, untuk mengatakan kata-kata jika dibutuhkan dan berdiam jika ternyata kata-kata tak dibutuhkan lagi, dan untuk hidup di kehangatan hatimu yang saya sebut rumah.”

“Dihadapan Tuhan dan Jemat saya nyatakan kalian resmi menjadi sepasang suami istri, Tuhan memberkati keluarga kecil kalian”

Nathan menggenggam tangan Reinatha dengan begitu lembutnya, matanya tak bisa teralihkan sedikitpun manatap kagum pada istri yang kini duduk tepat disampingnya, sekali-kali Nathan menggoda Reinatha dengan berbisik “I love you” dan dibalas senyum manis Reinatha yang telah hilang kata-katanya untuk mengungkapkan rasa bahagianya hari ini.

Selesai sudah sakramen pernikahan kudus untuk Reinatha dan Nathan, kini keduanya telah resmi bukan lagi menjadi dua manusia yang dipertemukan Tuhan tetapi satu. Pesta pernikahanpun di rayakan dengan begitu meriahnya. Semua teman dan kerabat datang dan ikut merasakan kebahagiaan yang dirasakan Nathan dan Reinatha. Pesta pernikahan yang diidam-idamkan Reinatha kini terlaksana sudah, ini adalah awal kebahagiaan itu datang pada kelurga barunya.

3 bulan berlalu setelah resmi menjadi Istri seorang Kapten Nathanael Sean, Reinatha dan Nathan akhirnya menempati rumah dinas TNI AU, resmi menjadi seorang istri TNI, Reinatha juga ikut bergabung dalam Persatuan  Istri Tentara yang terkadang harus ikut ambil bagian dalam kegiatan sosial masyarakat.

“Gimana Yang…?”
Tanya Nathan penasaran akan cerita istrinya yang baru pulang dalam kegiatan pertamanya sebagai seorang istri tentara, bersama ibu-ibu TNI lainnya. Nathan dengan sabarnya dan mau berbagi tugas menyiapkan makanan ketika Reinatha tidak bisa menyiapkannya selalu menanti-nantikan cerita dari Reinatha yang baru mengenal dunia kerjanya dengan penuh antusias.

“ Tau nggak Yang, aku kan nggak bisa ngayam tembikar-tembikar gitu kan. Aku bingung harus ngapain yah? Masa aku diam aja, ya udah aku jelasin aja sama ibu-ibu itu, produk pasar yang lebih modern kaya apa, gimana promosiannya sistem online….” Reinatha bersemangat berkisah

“ Bagus dong sayang kamu inovatif itu namanya…ini diminum dulu, kasihan istri ku capek yah” Nathan mengelus dan memberi kecupan hangat di kening Reinatha

“Iya bagus, tapi aku nambah kerjaan buat diri aku sendri tau nggak Yang, nah sekarang aku yang ditugasin Bu Rahma untuk membuat website penjualan dan pemasarannya sampai ke pengelolahan modalnya kan nambah kerjaan aku Yang…” Reinatha lemes

“ Hehehe… Istri aku hebat”

“Itu bukan hebat tau Yang, itu namanya nambahin kerjaan diri sendiri…” Dumel Reinatha yang Nampak lelah

“ namanya juga istri tentara Yang, yah mengabdi ……”

“Mengabdi untuk Negara dan rakyatnya…..” Sambung Reinatha melengkapi kalimat Nathan yang selalu diulang-ulangnya agar Reinatha terbiasa.

“ Aku capek banget sumpah Yang…” Manja Reinatha

“ Ya udah mau dimasakin apa?”

“Hmmmmmmm bagaimana kalau kita makan diluar aja?” Rayu Reinatha

“Yakin? Nggak mau dimasakin suaminya?”

“Mau sih, tapi kan udah lama nggak dinner romantis berdua sama suami juga kan…”

"Ok kalau gitu, kita siap-siap buat berangkat…”

Tiba-tiba pintu Rumah di ketok

“Halo Bu Rein, saya bawakan lauk nih dimasakin Bibi di rumah tadi, Pak Nathannya ada?” Sapa Bu Rahma ramah, istri salah satu senior di lingkungan perumahan Dinas tersebut.

“Ada Buk, lagi mandi…makasih yah Bu, jadi nggak enak dibikin repot”

Ih nggak papa, kita udah biasa begini, oh Yah Bu Rein malam ini ikut yah kita ada rapat di rumahnya Bu Titik, taukan yang di Blok E itu, kalau nggak tau nanti biar dianterin sama Pak Nathan kesana.”

“Rapat? Rapat apa yah Bu Rahma?”

“Itu evaluasi kegiatan kita tadi, sepertinya Bu Titik sukak loh sama idenya Bu Rein, jadi mau dibahas lagi sama ibuk-ibuk lainnya. “ Rumpi Bu Rahma

“ Oh gitu? Malam ini yah? Harus banget malam ini yah Bu?” Reinatha mulai gelisah, batal sudah rencana dinner romantisnya kali ini.

“Ember, jam 7 yah Bu Rein…. ditunggu, eh Pak ganteng Pak Nathan, baru kelar mandi yah? Seger banget dilihatnya hehehe, ini loh Pak, mau ngajakin Ibuk buat rapat evaluasi di rumah Bu Titik, dianterin yah Pak kesana takutnya Bu Rein belum tau rumahnya.”

“Ok siap Bu, nanti saya anterin kesana.” Jawaban yang tidak di harapkan Reinatha dari Nathan membuatnya melotot kearah Nathan

“Ya udah kalau gitu, Saya pamit yah mari Bu…Pak”

“Iya Bu Rahma, makasih yah rantangannya”

“Yang, kok jawabanya gitu sih…..” Reinatha mulai protes, berharap Nathan akan menolak undangan rapat tadi dan pergi dinner berdua

Nathan tersenyum padanya dan berkata “ Yang, istri TNI mengabdi……”

“Pada negara dan rakyatnya! Iya nikah aja sama negara sana!!” Dumel Reinatha sambil berlalu pergi untuk bersiap diri

Aduh Romantisnya pengantin baru ini, ke sini dianterin seneng deh dilihatnya.” Sambut Bu Titik melihat kedatangan Nathan dan Reinatha

“Serasi banget dilihatnya, seger ini mata…..” Sambung Ibuk-ibuk rempong lainnya

“ Bu, Ibu saya titip istri saya yah…” kata Nathan ramah dengan senyuman khasnya

“Aduh so sweetnya, coba suami saya juga kaya gini yah…” Sambung Ibuk yang lainnya dilanjuti tawa semua orang yang ada disana

Nathan meninggalkan Reinatha untuk berbaur dengan ibuk-ibuk lainnya, dan menjemputnya kembali saat rapat telah selesai, sungguh pemandangan yang sweet diciptakan keduanya dilingkungan ini, menjadi salah satu couple favorite ibu-ibu kompleks.

“Pokoknya pulang dari sini, mau saya bilangin Pak Suami biar di jemput juga, seneng rasanya dijemput kaya gini yah dilihatnya.” Bu Rahma yang menyukai cara Nathan memperlakukan Reinatha ikut bahagia melihatnya, Reinatha tertawa mendengarnya.

“Emang Pak Rahma nggak pernah jemput Ibuk?  Nggak mungkinlah Buk.” Goda Bu Titik

“Boro-boro Bu, dulu jaman pacaran doang. Mau tuh jadi ojek pribadi saya kemana-mana, eh pas udah nikah mau saya jatoh juga si Bapak mah lirik aja enggak…” Cerita Bu Rahma

 “Iya nih Pak Kapten, Pak Nathan bantuin dong bilangin ke suami-suami kita, romatis dikitlah kan kita juga kangen dulu di kasih hal sederhana kaya gini….” Pinta Ibuk-ibuk lainnya

“Iya Buk, besok saya bilangin yah di kantor hehe” Jawab Nathan santai

Mari yah Ibuk-ibuk, saya pamit” Sapa Reinatha ramah

“Seneng yah lihat pasangan ini, kaya kata orang-orang couple gol”

“Goal kali Buk, kalau gol mah tendangan bola itu…. hehehe”

“Ada yang senyum-senyum sendiri nih..” Goda Nathan sepanjang perjalanan pulang

“Mereka tuh seru tau Yang, ibuk-ibuk itu…. aku jadi dapat banyak ilmu dari mereka, bervariasi lah mulai sukak aku, hehe”

"Ayok, lebih sukak mereka atau aku?” Goda Nathan

“Yah kamu lah, hehe” Manja Reinatha

Reinatha mulai menikmati pekerjaan sampingannya sebagai istri seorang TNI. selain pagi berangkat ke kantor menjadi seorang asisten manager. Memasuki 5 bulan usia pernikahan Reinatha dan Nathan, mereka terlihat semakin bahagia, saling berbagi tawa, cerita dan masalah.

Tiba-tiba malam itu, sebuah alaram berbunyi tanda apel dinas dadakan pukul 08.00 malam, Reinatha yang masih belum mengerti akan tanda bunyi alaram itupun bertanya

“Ada kebakaran yah Yang? Tapi kok nggak ada api?”

“Bukan Yang, itu alaram urgent harus apel dilapangan sekarang juga” Nathan buru-buru menyiapkan pakaian seragamnya untuk menuju ke lapangan

Sekarang? Tapi ini jam 08 malam loh Yang…”

“Itu tanda, adanya bencana alam Yang, coba nyalain TV” Pinta Nathan sambal bersiap-siap, benar saja dari siaran TV diketahui baru saja terjadi gempa Bumi dengan kekuatan 12,05 skala Richter menggoncang Kepulauan Sula di Sulawesi dan  berpotensi terjadinya Tsumani.

“Ya Tuhan……”

“Aku ke lapangan dulu yah Yang, ingat kunci semua pintu dan jendela…” Sambil mencium kening Reinatha yang masih terkejut mendengar berita tersebut


Reinatha menanti kepulangan Nathan dengan gelisa, Dia tetap saja berdiri di depan rumah sambil melihat dari kejauhan nampak para anggota TNI berseragam lengkap tengah sibuknya memindahkan kardus-kardus ke dalam tronton.

“Yang, gimana?” Tanya Reinatha saat Nathan telah kembali

“Nggak papa Yang, kita Cuma dapat tugas buat menyalurkan bantuan kesana dan mengevakuasi korban”

“ berangkat kesana? Jam segini? Jam 12 malam Yang?” Nathan mencium Reinatha agar istrinya tetap tenang.

“Yang……” Reinatha tampak Panik

“Nggak usah khawatir sayang, ini nggak lama kok kita berangkat dan setelah selesai aku langsung pulang yah, kamu nggak perlu sepanik ini”

“Gimana nggak panik Yang, suami aku mau ke tempat bencana terus aku harus senyum?”

“ Istriku tersayang, ada banyak keluarga yang kita nggak tau mereka masih hidup atau nggak disana, aku harus kesana buat bantuin mereka…”

“Iya ngerti tapi Yang……”

“Sayang, percaya sama aku! Aku akan baik-baik aja…yah, aku siap-siap dulu”

“Tapi kamu megang Hpkan disana Yang?”

“ Nanti aku yang hubungin kamu yah sayang yah…aku pamit” Nathan buru-buru pergi

Reinatha menahan kepergiannya didepan pintu dan memeluknya erat. Perasaan yang berbeda yang dialaminya untuk pertama kali sebagai istri seorang TNI, melihat kepergian suaminya untuk tugas mulia, Reinatha harus kuat menahan rasa khawatir, panik, takut dan rindunya demi misi kemanusiaan. Para Ibu-ibuk tentara lainnyapun ikut keluar mengantar kepergian suaminya.

Malam itu dilewati Reinatha dengan tak bisa tidur, khawatir akan keadaan suaminya, Jam menunjukan pukul 05.00 pagi, Reinatha masih belum juga bisa tertidur dipantaunya berita agar tau perkembangan yang terjadi sana, dikabarkan susahnya akses jalan menjadi masalah besar jalur evakuasi korban dan berpotensi tsunami pagi hari ini, hingga semua penduduk sedang dibantu TNI AU yang pagi dini hari tadi telah sampai dilokasi kejadian membantu evakuasi masyarakat berpindah ke tempat yang lebih aman.


15 menit setelah berita tersebut disiarkan, Reinatha tenga bersiap untuk sarapan dan berangkat ke kantor sampai mata, telinga dan tenaganya perlahan hilang saat mendengar siaran berita terbaru  “Baru saja dikabarkan telah terjadi Tsunami dilokasi kejadian dengan ketinggian air mencapai 23 meter diatas batas dasar lempengan laut”

Gelas yang dipegang Reinatha reflex pecah jatuh dari tangannya. Terdengar teriakan histeris dari arah rumah sebelahnya. Reinatha terduduk jatuh ke lantai, Hpnya berbunyi dilihatnya layar Hp bertuliskan panggilan masuk dari Ibuk, Reinatha mencoba menguatkan suaranya untuk menjawab telfon dari Ibuk

“Adek, kamu dimana sekarang? Di kantor apa masih dirumah?  Udah nonton berita? Nathan sama kamu kan Dek?” suara Ibuk khawatir

“Nathan di Kepulauan Sula Buk, semalam perginya” suara Reinatha terdengar terbata-bata menahan sedihnya

“Itu suara yang lagi teriak nangis, suara siapa? Dek, kamu nggak papa kan?”

“Itu suara tetangga Buk, Rein nggak papa….” Reinatha menguatkan suaranya agar tak pecah tangis dan khawatirnya

“Kamu nggak usah ke kantor hari ini, Ibuk, Bapak, Mas Bima sama Mba Dian kita bentar lagi kerumah kamu” Ibuk dan Bapak nampak begitu khawatir dengan keadaan Reinatha.

Semua keluarga panik menanti berita dari Nathan. Tante Rismapun tiap jam selalu menelfon Reinatha menanyakan kabarnya dan meminta suaminya untuk mengecek bagaimana keadaan Nathan disana. Belum ada jawaban pasti akan keberadaan Nathan dan tim lainnya saat ini, karena akses jaringan alat komunikasi terputus di daerah tersebut.  

“Belum ada kabar dari posko disana” Suara Ayah Nathan terdengar memberi kabar lewat tlfn ke Bapak Reinatha. Semua menatap Bapak menanti kabar

“Belum ada kabar, kita berdoa aja yah….” Kata Bapak, sambil mematikan telfon

‘Hufffh, Rein percaya Nathan pasti baik-baik aja, Mas, Pak, Buk, Mba Dian mau makan apa biar Rein masakin yah.” Rein mencoba terlihat kuat dihadapan mereka, menahan semua emosinya untuk keluar dihadapan keluarganya, mencoba terlihat baik-baik saja dengan senyum yang dipaksakannya.

Rein, nggak usah sayang…” Ibuk khawatir

“Buk, Udah biarin, masak apa aja Dek, yah…” Kata Bapak menyakinkan Ibuk agar membiarkan Reinatha

“Aku bantuin yah Dek,” Sambung Dian yang langsung bergegas ke dapur bersama Reinatha

“Pak, anaknya lagi sedih di suruh masak, bapak gimana sih, masih aja dipikirin urusan perut coba” Ngomel Ibuk

“Ibuk, Bu masih nggak ngerti juga sifat anak perempuan Ibuk satu itu kaya apa, Ibuk nggak lihat gimana dia coba kuat dihadapan kita? Biarin Buk, biarin Reinatha seperti itu, kita nggak boleh buat dia lemah, Nathan itu suaminya sekarang kalau Rein percaya Nathan baik-baik saja maka kita juga harus percaya.” Jelas Bapak

3 hari sudah Reinatha tak bisa tidur menanti kabar dari Nathan, dicobanya setiap menit setiap jam menghubungi no telfon Nathan namun tak bisa tersambung juga.

Sampai Pagi itu didapati kabar dari ayah mertuanya

“ Rein, kamu harus kuat yah….Bapak baru diberi kabar, kemungkinan besar Nathan dan 10 orang anggota TNI lainnya, hanyut dalam Tsunami dan sampai saat ini masih belum di temukan”

“Nggak Pak, nggak mungkin! Bapak bohong kan? Nathan….Nathan nggak, nggak mungkin Pak! Nathan pasti baik-baik saja, Nathan hanya susah di hubungi Pak, Nathan nggak mungkin kenapa-napa.” Reinatha terdengar histeris

“Rein, Bapak minta maaf yah nggak bisa temani kamu saat ini, Bapak besok akan berangkat langsung ke tempat kejadian untuk mengevakuasi jasad  nggota TNI lainnya yang telah di temukan, kamu harus iklhas yah Nak, harus kuat…” Pesan Ayah mertua dari balik telfon.

“Ngggggggggggggggggaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaakkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk……………
itu Bukan Nathannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn Bukannnnnnnnnnnnnn!! Nathan ku masih baik-baik saja………. Nathaaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnn”

Reinatha terlihat menggila dalam tangisnya, tangannya gemetar hingga ke bibirnya, matanya kosong, kakinya mengarahnya berlari keluar rumah untuk menghirup udara segar yang hampir saja menghentikan nafasnya mendengar apa yang baru saja disampaikan ayah mertuanya.

Reinatha menangis sejadi jadinya di halaman depan rumah, tangisnya pecah sambil terduduk ditanah menatap langit malam itu.

“Salah Ku apa Tuhan?? Apa salah ku??? Bilang Sekarangggggggg!!!” Teriak Reinatha

Belum selesai tangisnya, terdengar Toa pengumuman dari sumber suara pusat Kantor TNI AU memberikan pengumuman resmi bahwa 11 orang anggota TNI AU yang berangkat dalam misi kemanusiaan di Kepulauan Sula hilang ditelan arus saat Tsunami 2 hari yang lalu, 2 orang anggota TNI telah di temukan dan meninggal dunia sedangkan 9 lainnya masih dalam proses pencarian, dibacakan satu persatu korban hilang hingga terdengar nama suaminya Nathanael Sean. Hatinya hancur berkeping-keping, airmatanya seakan berhenti berderai karena tubuhnya kaku. Jiwanya hilang dari raganya menerima kenyataan yang terjadi. terdengar suara pecah tangisan secara bersahutan dari kiri dan kanan rumahnya yang adalah istri dan anak para anggota TNI lainnya.

Siapa yang harus kuat saat ini Tuhan?
Bagaimana aku harus berdiri jika kedua kaki ku telah kau patahkan
Kau berikan semua kebahagiaan yang lebih dari yang aku minta
Dan kini, Kau ambil semua itu sampai ke dasar hati terdalam ku,
Bagaimana aku akan melihat, bila mataku telah kau butakan?
Bagaimana aku akan bersuara, bila suaraku saja sudah kau tenggelamkan…
Hati? Iya sudah hancur Tuhan…..
kenapa tidak sekalian saja Kau ambil aku sata ini, kenapa harus Nathan?
Dan kenapa harus saat ini??


Seminggu sudah berlalu, Reinatha masih dalam masa berkabungnya ditemani keluarga disampingnya

Rein, ayo makan dulu sayang nanti kamu sakit kalau kaya gini terus, makan dulu yah sayang ya  Bujuk Ibuk

“Rein nggak lapar Buk….”

“Ya udah Bapak pasang infus aja yah sayang, biar kamu tetap ada tenaga yang masuk yah Dek ” Bujuk Bapak. Reinatha mengangguk tanda setuju.

“Mau sampai kapan sih Dek, kamu kaya gini….” Ibuk mulai pecah tangisnya

Udah Buk, Sabar……” Peluk Mas Bima menenangkan Ibuk

“Buk, Rein nggak papa.” Reinatha mencoba menyakinkan lagi dengan kondisi lemahnya

“Nggak papa gimana sayang, kamu lihat diri kamu sendiri sekarang dari kejadian itu sampai saat ini belum ada secuil nasipun yang kamu makan Dek, hanya infus, infus dan infus… Ibuk khawatir kamu kalau kaya gini terus”

“Buk udah…” Bapak memberi kode kepada Ibuk untuk diam

Sebulan sudah, Reinatha masih dengan kenyakinannya bahwa Nathan masih baik-baik saja, walau Bu Titik dan Bu Rahma telah datang menyampaikan undangan untuk mengadakan penguburan secara militer besok pagi di lahan penguburan Angkatan Udara untuk mengenang jasa para anggota TNI yang telah gugur meskipun jasad mereka belum juga ditemukan sampai sekarang.

“Buk, suami saya tuh belum meninggal, untuk apa saya harus hadir disana?” Protes Reinatha


“ Buk Rein, jangan seperti itu, harus yang ikhlas…Pak Nathan itu kapten yang pimpin penerbangan kesana, kalau Bu Rein nggak ikut acara ini, bagaimana ibu-ibu lainnya?  ini surat langsung dari Atasan untuk upacara penghormatan besok.” Pesan Bu Titik sambil meletakan surat diatas meja. 

“Bu Titik sama Bu Rahma juga nggak percaya sama saya? Nathan itu masih hidup? Kenapa jadi seperti ini sih…”

“Buk Rein, ini sudah sebulan. Ibuk-ibuk yang lainnya juga sudah mengikhlaskan walau memang berat, tolong yah Bu….kita sama-sama lalui ini, Bu Rein nggak sendirian kok. Masih ada kita disini, yang Kuat yah…” Peluk Bu Rahma dan Bu Titik

Dentungan senjata merobek langit siang ini, bendera lambang negara terbentang menutupi peti kosong tanpa jasad yang kata mereka itu kamu didalamnya…
Aku tak mau percaya semua ini, aku tak mau…
Tapi isak tangis mereka disekeliling ku dan semua pakaian berwarna gelap disekitarku membuat hati ku kembali kosong

Pikiranku melayang…
Apa benar kau ada didalam sana? Bagaimana bisa? Tanpa pamit padaku,
Ku ingat kalimat terakhir sebelum kepergianmu hanya agar aku tak khawatir
dan kau berjanji akan kembali

Apa saat itupun kau sedang berbohong padaku?
Hanya untuk aku siap menghadapi hari ini??
Hari dimana aku harus berdiri dibawah teriknya mentari, berpakaian serba gelap sebagai lambang duka ku, dan harus berderai airmata mengantar mu pergi?

Suara tangis perempuan disekeliling ku meneriaki nama suami mereka
Terdengar duka dan sedih dalam tiap teriakan isak tangis mereka
Aku lupa bagaimana cara menangis sambil memanggil nama mu, Nathan
Hati ku terlalu kosong, hingga pikiranku sesaat gelap dan menghilang dalam raga ini
Bagaimana bisa aku percaya itu kamu?
Peti kosong yang bertuliskan nama mu Kapten terbaik Nathael Sean
Bangun kan aku jika ini mimpi, bangunkan aku sekarang juga

Wahai Alam, Kembalikan Nathan ku!

Malam itu aku tertidur, dan terbangun pukul 03.00 subuh, ku dengar suara angin membuka pintu yang ku mau percaya itu kamu yang datang. Ku pejamkan mata ini mencoba tertidur lagi namun kecupan hangat ini ku tau pasti dari mu sama seperti malam-malam sebelum aku tertidur lelap selalu kau selipkan kecupan sayang untuk ku.

Aku mau raga mu! Bukan roh mu yang datang
Tolong, mengertilah ini terlalu sulit untuk ku
Berteriak pada langit dan malaikatnya untuk mengijinkan mu datang menemuiku

Pagi ini 3 bulan sudah kepergian mu, entah angin apa yang membawa ku ke gereja ini, tempat dimana kita berjanji akan sehidup semati dan menua bersama. Itu baru 8 bulan yang lalu jelas saja semua masih segar dalam pikiran ku. Saat ini aku hanya ingin meminta pada Tuhan mu, Tuhan yang sudah memberikan arti hadir mu lalu kemudian mengambil mu secepat itu dari pada ku.

“ Kembalikan Nathan ku…”

Kalimat yang sama yang ku ucap berkali-kali dalam airmata dan dalam diam ku menatap Altar Kudus Mu. Benar isi doaku Egois. Benar isi doa ku tak ikhlas menerima yang sudah terjadi, apa boleh buat itu yang aku yakini. Dan itupula yang membuat ku kuat.

Tiba-tiba saja Ayah mertua menelfon

“ Rein, nak dimana kamu?”

“Rein lagi mggak dirumah Pak, lagi keluar cari udara segar”

“Bapak, nggak tau ini kabar baik atau buruk tapi……”

“Ada apa Pak?”

“ 4 orang anggota TNI yang hanyut hilang waktu itu telah di temukan, mereka masih hidup selama ini di rawat oleh warga di daerah pedalaman. Mereka di temukan oleh nelayan terhanyut selama 3 hari di laut lepas sekarang mereka dalam proses kepulangan ke Jakarta, tapi…..Bapak nggak tau siapa aja 4 orang tersebut”

Reinatha tak bisa berkata-kata, jantungnya tiba-tiba tergoncang kencang seakan kembali berdetak tanda ia telah hidup kembali. Air matanya berderai, perasaannya bergejolak menerima kabar tersebut. Siapapun itu, Rein masih mau percaya ada Nathan disana

“Rein, sekarang Bapak lagi on the way ke tempat penjemputan. Kamu pulang sekarang yah Bapak jemput kita sama-sama ke Halim., apapun yang terjadi bila nanti salah satu diantara mereka bukan Nathan, Bapak mau kamu iklhlas yah Nak yah….”

“Iya Pak, iya Rein pulang sekarang…”


Semua istri anggota TNI yang telah menerima kenyataan bahwa suami mereka telah meninggal waktu itu, menunggu dengan wajah was-was Helikopter yang baru saja mendarat di Halim, semua membaca doa dengan ketakutan serta kecemasan terpancar jelas dari getaran bibir mereka dan sorot mata mereka, 9 orang yang hilang dan 4 telah di temukan. Artinya 5 diantara kami perempuan yang kurang beruntung bila tak menjumpai suami kami yang keluar dari Helikopter itu.


Helikopter telah mendarat dengan sempurna, para medis dikerahkan untuk membantu evakuasi pasukan yang sedang dirawat. Debu berterbangan dimana-mana pandangan mata tampak buram untuk melihat siapa yang telah keluar dari Helikopter tersebut. Semua pasukan di kerahkan dengan seragam yang sama hampir tak bisa dibedakan siapa saja yang telah selamat. Reinatha menutup matanya dan pasrah sambil berdoa dalam hatinya.
Ketakutannya mulai menguasahi hatinya yang awalnya telah begitu yakin.

“Tuhan…aku mencintainya dengan ijin Mu, aku menikahinya dengan ijin Mu, kali ini biarkan aku menjadi egois, dengan meminta Nathan yang kau kembalikan untuk ku….” 
Matanya tertutup rapat, nafasnya diaturnya sedemikian rupa agar hatinya siap, teringat akan janjinya pada keluarga apapun hasilnya ini perjuangan terakhirnya untuk benar-benar mengikhaskan Nathan

Suara bisingan Helikoper, telah hilang di balik kesunyian, suara langkah kaki dan isak tangis bahagia serta kesedihan bercampur menjadi satu, ada suara bahagia anak yang memanggil ayahnya yang telah kembali, ada suara tangis sedih istri yang mendengar kabar suaminya benar-benar telah meninggal, ada yang bahkan terjatuh pingsan menerima kenyataan bahwa tak ada suaminya disana. Terdengar suara teriakan, butuh oksigen dan hiruk pikuk lainnya bercampur dalam kegelapan pandangan Reinatha, matanya masih tertutup rapat, masih mengumpulkan tenaga untuk membuka matanya dan melihat kenyataan dihadapannya.

“Aku pulang….” Suara berat terdengar jelas berada dihadapannya

Tubuhnya berat menerima pelukan tiba-tiba, Reinatha membuka matanya secara perlahan dan mendapati dirinya berada dalam pelukan Nathan. Air matanya berlinang deras, nafasnya berat menerima kenyataan ini, kakinya melemah hingga hilang tumpuan untuk berdiri, Nathan menopangnya untuk tetap kuat berdiri kembali

“Aggggggghhhhhhhhhhhhhh………” Reinatha kesulitan untuk bernafas, dipukulnya tubuh lemah Nathan untuk melepaskan emosinya yang bercampur aduk walau sudah tak ada tenaga lagi yang tersisah.

“I miss you…. each and every day” Peluk Nathan erat seakan menyakinkan Reinatha bahwa ini benar dirinya, Nathan suaminya. Ini bukan mimpinya lagi

Tangis histeris Reinatha pecah seketika.

“Bagaimana bisa kamu bilang kamu Rindu, saat pergi mu membuat ku mati
Suara teriakan tangis Reinatha terdengar jelas memecahkan tegarnya seorang Nathan. Airmatanya pecah memeluk dan mencium istri tercintanya itu

“Terimakasih sayang, untuk selalu menjadi rumah tempat aku pulang, walau harapan untuk hidup itu hampir tidak ada, terimakasih karena kekuatan cinta mu, I am home.”  Nathan tak henti-hentinya berterimakasih kepada istrinya, menciuminya dan memeluknya erat-erat.

Aku, seorang Reinatha
Penuh keegoisan dalam cinta ku
Aku mencintainya dengan egonya bahwa dia hanya milik ku
dan akan tetap menjadi milik ku!
Karena ego ku, aku kuat dan percaya bahwa dia akan kembali
Dan dia benar kembali,
Aku mencintainya dengan segala egoku
Dan akan selalu mencintainya
He is mine and always be mine
Panggil aku egois, karena memang seegois itu cinta ku untuknya💗


_SELESAI_



Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

AS " Arkana & Sabrina" (Part 4)

Perempuan & Egonya Part 20