Perempuan & Egonya Part 26
Perempuan
& Egonya
Part
26
(Ending
of the story)
“Rein
kamu kenapa sih? Nggak bisa kamu seenaknya putusin buat ditunda bahkan ngomong
kaya gitu sama Nathan!” Marah Ibuk yang datang ke Jogja
untuk menemui putrinya secara khusus.
“Ibuk
jauh-jauh kesini cuma mau ngomong itu sama adek? Buk, Rein tuh capek Bu!!”
Bela Reinatha
“Capek
bukan berarti kamu gampang aja ngomong kaya gitu, kamu pikir Nathan nggak capek
Dek, ngadepin sikap kamu yang keanak-anakan kaya gini?”
“Nathan
lagi Nathan lagi….Buk, kalau semua Nathan ngadu sama Ibuk, Rein harus apa? Ibuk
dengerin aja sana Nathan ngomong apa, Rein udah males buat bahas ini!”
“Nathan
bahkan ngak ngomong apa-apa sama Ibuk, Ibuk taunya dari Anna, dengan sikap kamu
kaya gini kamu nggak bisa terus-terusan kaya gini Dek, Pak..bilangin Pak
anaknya, jangan diam aja dong Pak”
“Bener,
apa kata Ibuk kamu Dek, kalau kamu capek
biar Ibuk sama tante Risma yang ngurus semuanya, kamu sama Nathan fokus dulu
sama kerjaan masing-masing, pas dekat hari H kalian baru ambil cuti kan beres, selesai masalahnya kan Dek,
gimana?” Sambung Bapak, mencoba memberi solusi untuk putrinya
“Pak,
please yang mau nikah adek kan? Yang nanti bakalan hidup sama Nathan adek kan?
Beri adek waktu buat berpikir jernih, Bapak ngertikan maksud adek”
“Ya
udah kalau itu mau kamu Dek, tapi ingat yah jangan sampai keputusan yang kamu
buat kamu nyesal nantinya, kamu jangan terlalu lama berpikirnya. Ini keputusan
besar dalam hidup kamu. ingat ada banyak orang yang bergantung sama keputusan
kamu, Bapak nggak mau anak Bapak terlalu lama terbawa emosi”
“Bapak
gimana sih, anaknya dikasihtau yang benar, ini mala dikasih waktu…pokoknya Ibuk
nggak setuju! Dek, kamu harus……..”
“Ibuk,
Rein capek, besok Rein harus presentasi proyek pertama Rein so please…… Rein
butuh istirahat sekarang”
“Rein…Reinatha,
Ibuk belum selesai bicara…….”
“Udah
udah Buk, biarin aja Reinatha menyelesaikan masalahnya sendiri dulu…”
“Nggak
bisa gitu dong Pak,…..”
Hari yang baru bagi Reinatha, harus mempersiapkan
presentasi pertamanya untuk proyek yang di handlenya di depan senior manager
dan di depan Angga leader devisinya. Berbeda dengan presentasi-presentasi
Reinatha sebelumnya, kali ini tekanan emosional dan perfeksionis dari seorang
Angga dituntut dalam penyampaian perdana Reinatha, banyak tekanan yang dialami
Reinatha membuat dia sedikit gugup dan agak ragu dengan presentasinya nanti.
“Kamu
bisa pasti bisa Rein, ayok semangat…” Semangat Tim memberi
dukungan kepada Reinatha sebelum masuk ke ruang presentasi
45 menit berlalu dengan begitu menegangkan di dalam
ruang presentasi, sampai pada kalimat terakhir Reinatha
“Demikian
presentasi proyek dari saya, terimakasih” Senyuman lega dari
Reinatha menutup presentasinya disambut tepukan tangan dari audiences
“Ok,
Bagus saya sukak…nggak ada masalah, kapan mulai eksekusi?”
Kata senior manager yang tidak disangka-sangka oleh Reinatha sebagai respon
pertama presentasinya
“Tergantung
kapan investornya Pak, Tim kita siap sekarang juga.”
Angga memberi jawaban yang tidak disangka-sangka oleh Reinatha
“
Ok, kalau gitu kalian siap berangkat lusa…Ok, Reinatha well done! Nggak salah
yang dibilang Pak Mifta tentang kamu”
“Terimakasih
Pak”
Jawab Reinatha ramah
“Ok Team! Bersiap kita akan berangkat lusa, untuk
pengerjaan proyek baru kita dibawah pimpinan Reinatha.” Angga memberi pengumuman
kepada Tim sesaat setelah selesai
presentasi dari Reinatha, sepertinya hanya Reinatha yang bingung dengan kata
berangkat, yang dimaksud Angga berangkat, berangkat kemana?
“Maaf
Pak, kita berangkat kemana yah lusa?” Tanya Reinatha polos
“
Kamu gimana sih, ini proyek kamu masa kamu nanya berangkat kemana?”
Balas Angga jutek
Reinatha semakin bingung, bukannya mendapatkan jawaban
dari Angga tapi respon menyebalkan yang didapatinya.
“Aku
bilang juga apa. Kita akhirnya ke Bali kan…..Yeahhhhhhhhhhhhhhhhh”
Teriak Mita bahagia
“Ke
Bali??” Lagi-lagi Reinatha bingung
“Iya
Rein, kan proyek yang ini buat hotel Dharmawangsa yang di Bali bukan di Jogja.”
Jelas Kiki
Reinatha merasa bodoh, hanya dirinya satu-satu manusia
dikantor ini yang mengerjakan proyek yang bahkan dirinya sendiri bahkan nggak tau
lokasi sebenarnya adalah untuk cabang di Bali bukan di Jogja seperti dugaannya.
“Yes…Akhirnya,
Thank you Yah Rein..akhirnya kita bisa dapat proyek luar pulau juga, ahhhhh udah
lama nggak lihat laut, aku mencium aroma aroma pantai Kute…”
Sambung Dimas
“Reinatha,
ke ruangan saya sekarang!” Perintah Angga
“
Saya mau kamu fokus selama disana, nggak ada pikiran yang terbagi seperti
minggu-minggu sebelumnya, paham? Ini proyek serius perdana kamu so saya mau
hasil yang maksimal! Paham.”
“Iya
Paham Pak…akan saya lakukan dengan baik.” Jawab Reinatha
“Nyebelin
banget sih! Kirain mau kasih selamat tau –taunya uhhhhgggfffff .“
Umpat Reinatha dalam hatinya
Bali dan ceritanya menarik Reinatha untuk kembali dan
menjalankan tugas disana.
Sebelum terbang ke Bali,
Reinatha mendapat telfon berkali-kali dari Nathan tapi selalu di reject semua
pesan yang masuk dari Nathan pun diabaikannya begitu saja. Hari demi hari
dilalui Reinatha dengan serius mengerjakan proyek pertamanya itu dengan penuh
tanggung jawab, Angga pun perlahan mulai mengakui kemampuan Reinatha yang luar
biasa berkembang dengan cepatnya. Mereka bahkan mendapat investor baru untuk
proyek yang baru di Bali berkat kemampuan Reinatha.
“
Hei, bengong aja! Kenapa? Kok jadi menjauh sama yang lain…”
Tegur Kiki, yang mendekati Reinatha yang menjauhkan diri dari kerumunan orang
“Nggak
papa, aku cuman inget aja sama tempat ini.” Jawab Reinatha
“Iya Indah yah tempatnya, tuh lihat ada yang lagi prewed disana, hmmm
aku juga mau prewed disini jadinya…oh yah, kamu sering kesini yah?” Tanya
Kiki lagi
“
Terakhir aku kesini buat prewed mba” Jujur Reinatha lemes
“
Ha??? Seriusan elu??? Kapan, kok kita belum dapat undangannya?
” Kiki kaget , Reinatha tak menjawab dan terdiam lama dengan pertanyaan Kiki
barusan
“Rein,
hubungan elu baik-baik aja kan?” Tanya Kiki memastikan
“Sepertinya, nggak bisa dikategorikan dalam keadaan baik-baik aja Mba,
aku aja bingung harusnya 2 bulan lagi kita Nikah tapi aku…….” Reinatha
terdiam
“Jangan bilang kalau dia selingkuh!!!” Tebak Kiki
“Nggak Mba, bukan…aku yang butuh waktu untuk hubungan ini”
“Butuh
waktu gimana Rein? Kamu masih nggak yakin mau nikah sama dia?”
“Aku
yakin Mba, yakin banget sama dia…..tapi…”
“
Nggak papa, kalau kamu berat buat ungkapin semua, kamu lihat Mas Angga
sekarang, dia juga terluka karena gagal nikah hanya selalu berusaha kuat dan
cool aja depan kita, tapi luka batinnya masih ada, dia masih belum bisa
menyembunyikan rasa penyesalannya karena keputusannya sendiri”
Jelas Kiki
“Maksud
Mba Kiki?”
“Yah
hampir samalah kaya kisah kamu, dia juga harusnya udah menikah tapi karena
kesibukannya akhirnya hubungan mereka jadi renggang dan selalu saja ada
masalah, kamu lihat sendirikan Mas Angga seperfect apa soal pekerjaan. itu kelebihannya sekaligus kelemahannya,
calon istrinya akhirnya meninggalkannya karena terlalu sibuk sama pekerjaannya
dan mereka akhirnya batal menikah”
“Kamu
mau tau, kenapa Mas Angga selalu judes sama kamu? Itu karena mantan tunangannya
sama namanya kaya kamu mba Reinatha tapi kita manggilnya Mba Ata” Jelas
Kiki lagi
“Ya
udah, aku Cuma bisa ngomong itu, ambil waktu kamu sebanyak yang kamu perlukan
untuk berpikir tapi jangan sampai kamu
meninggalkan dia, untuk emosi sesaat saja, pikirkan lagi bagaimana kalian
sampai ditahap ini.” Kiki pun pergi meninggalkan Reinatha
seorang diri.
Lama Reinatha terdiam dan
merenung, mungkin benar yang dikatakan Ibuk, Bapak dan sekarang Kiki. Apa yang
terlalu keras untuk aku pertahankan bila akhirnya aku tau aku sebenarnya tak
menginginkan ada yang hilang nantinya. Reinatha pun kemudian menelfon Ibuknya
untuk meminta bantuan.
“Ibuk
mau kan bantu adek?”
" Iya
Ibuk pasti bantuin, Ya udah Ibuk telfon tante Risma dulu yah”
Kali ini, tolong
ambil dari padaku keraguan itu Tuhan
Aku mau Dia!
Titik!
Proyek
di Bali telah selesai, Reinatha mengambil libur weekend untuk ke Jakarta
menemui Nathan tanpa sepengetahuannya. Pertemuan pertama setelah perdebatan
terakhir mereka soal keputusan pernikahan,
membuat keduanya terlihat canggung. Nathan jelas terlihat lebih berhati-hati
dalam bicara kali ini. sedangkan Reinatha bingung harus memperbaiki
kesalahannya dari mana.
“Nath aku….”
“Rein, kita….”
Keduanya
sama-sama memulai untuk bicara, mata mereka saling berpandang dengan tatapan
yang sedikit kaku dan bingung, terlihat tegang diantara keduanya.
“Ya udah kamu
ngomong duluan….”
Nathan mengalah, Namun belum selesai Nathan melanjutkan kalimatnya, Reinatha
langsung berdiri dari posisi duduknya dan memeluk Nathan secara tiba-tiba,
Nathan terlihat kaget
“Kamu berhak marah
nanti sepuas mu, kalau aku seperti ini lagi, tapi kamu harus nikahin aku
terlebih dahulu! Ini kutukan! kamu harus menghabiskan masa tua bersama orang
yang akan gampang berubah-ubah moodnya dan emosian.” Bisik Reinatha,
Nathan tersenyum bahagia mendengarnya dan membalas pelukan Reinatha lebih erat
lagi.
Yang
dinantikanpun tiba, seminggu sebelum acara bahagianya Reinatha membagikan
undangan kepada rekan kerjanya sekaligus mengajukan surat resign kepada senior
manager.
“Yah aku bingung harus bahagia atau sedih
terima undangan nikahan kamu sama surat resign kamu sekaligus, Rein” Kata Mita
“Aku minta maaf
yah. teman-teman semua udah baik banget
sama aku selama ini. kalau ada kata dan perbuatan ku yang salah mohon
dimaafkan, dan jangan lupa datang yah, aku tunggu di Jakarta” Pamit Reinatha
“Ah….aku sedih….” Peluk Kiki
“Sukses yo Rein acara kamu nanti kita doakan
yang terbaik buat kamu.” Sambung Dimas
"Terimakasih Mas…”
“Oh yah, Pak
Angganya ada? Aku mau sekalian pamit sama beliau.” Sambung Reinatha
lagi
“Ada tuh didalam
dari tadi kayaknya sedih deh tau kamu bakalan resign.” Sambung Coki
“Iya ntar nggak
ada lagi proyek kita diluar daerah.” Timpa Mita lagi
“Permisi Pak…saya
mau ngasih undangan ke Bapak, sekaligus surat resign saya, mohon maaf
sebelumnya Pak kalau saya……”
“ Saya terima ini
” Sambil
mengambil Undangan dari tangan Reinatha
“Kalau yang itu,
kamu simpan aja. ”
Sambil melirik ke amplop putih berisi surat resign Reinatha
‘Tapi Pak, ini….”
“ Kata siapa kamu
boleh Resign?”
“Maksud Bapak?”
“Kamu cuma di pindah
tugaskan ke kantor cabang Pusat di Jakarta, ini surat SK terbarunya, jadi kamu
nggak bisa resign, so kamu boleh ambil cuti selama pernikahan”
“ Ha?? Jadi surat
resign saya nggak diterima Pak? Saya di pindahin gitu? Ahhhhhhhhhhhhh."
Reinatha melompat
kegirangan membaca SKnya dan reflek memeluk Angga saking senangnya. Suasana
kaku seketika terjadi diantara mereka berdua
“Maaf Pak, saya terlalu bahagia soalnya….saya
reflex” Kata Reinatha
“Tapi Terimakasih
loh Pak, Bapak sudah baik sama saya, saya doakan Bapak selalu sehat dan bahagia.” Reinatha hendak
meninggalkan ruangan Angga namun kemudian, Dia teringat akan sesuatu dan
kembali lagi seakan menitipkan nasehat kepada Angga
“ Bapak, nggak
perlu sekuat itu untuk terlihat kuat hanya karena pernah ada luka, luka akan
sembuh dengan sendirinya Pak kalau kita ikhlas memaafkan dan merelakan yang
mungkin dari awal bukan milik dan jalan kita, Tidak semua Reinatha akan melukai
Bapak lagi, mungkin dengan Bapak membuka hati, ada Reinatha lain yang bisa
Bapak jumpai…”
Lalu Reinatha berlalu pergi meninggalkan Angga yang akhirnya tersenyum
mendengar perkataannya.
Hari
itu tiba,
Hari
baru yang membuat ku tak bisa tertidur
Walau
segala cara telah ku coba, agar mataku tak terlihat sembab diesok paginya
Sayang,
rasa gugup dan panik begitu meracuni ku hingga ku rasa aku tak butuh tidur malam
ini.
Gaun
Putih penuh mutiara teruntai panjang tepat dihadapan ku, sepatu kaca bak
Cinderela manis menemani disampingnya. Beginikah perasaan yang dirasakan semua
insan yang akan menikah??
Masih
bisakah aku hafalkan janji suci ku di hadapan Tuhan dan jemaatnya esok Pagi?
Bagaimana
jika aku lupa? Salah melafalkannya? Aku gugup? Aku menangis dan make up ku
berantakan? Bagaimana aku harus tersenyum besok? Shitttttt!!! What happen to
me?????
“Ayo Tidur…ayo
tidur Rein!!!”
Suara lain dalam ragaku menjerit meminta ku untuk tenang
Handphone
ku berbunyi, Good Nathan is calling
“Nath, I can’t
sleep!”
Suara Panik Reinatha terdengar jelas dibalik telfon
“Take a deep breath Dear, Tenang kamu perlu
istirahat sekarang sayang….” Nathan mencoba menenangkan meski disebelah sana
diapun tak bisa tertidur dengan tenang.
“Kok curang? Kamu
nggak panic attack gitu. ?" Sambung Reinatha lagi
“ Kan besok kita
bertemu sayang di gereja… di hadapan Tuhan dan jemaat saya Nathanael Sean
menerima Gloria Reintaha menjadi istri saya dalam susah maupun senang…..”
“ahhh stop it!
Kamu mala bikin aku tambah gugup tau nggak Yang….bagaimana kalau besok aku
lupa? Kalau aku nggak bisa bangun gimana Yang? ”
“Terus, mau aku ke rumah kamu malam ini? iya?
biar kamu tenang?” Tawar Nathan
“Ah itu mah maunya
kamu!”
“Ya udah, sekarang
berdoa biar dikasih ketenangan dan besok semua berjalan dengan lancar ok istri
ku…..”
“ belommmm jadi
istri, masih besok!!!”
“oh iya
lupa….hehehehe by sayang love you”
Setelah
Reinatha mematikan telfon dari Nathan, tiba-tiba Ibuk dan Bapak masuk ke
kamarnya
“Eh kok calon
pengantinnya belum tidur jam segini?”
Kata Ibuk
“Ibuk sama Bapak
juga kok belum tidur? Rein nggak bisa tidur Buk, gimana dong”
“Tuh kan nggak
Bapak nggak anak sama aja, Bapak kamu nih yang kesini mau lihat putrinya yang
besok udah jadi istri orang, tadinya Bapak ngajak Ibuk buat lihat kamu udah
tidur apa belum eh taunya Bapaknya nggak bisa tidur karena panik, anaknya juga lebih panik lagi….” Jelas Ibuk
“Ah Bapak…….” Reinatha memeluk
Bapak manja, seperti selalu menjadi putri kecil Bapaknya.
“Yoo wes Pak, yang
ikhlas toh…”
Goda Ibuk saat melihat sang suami mulai menitihkan airmata dalam pelukan
Putrinya.
“Ah Bapak jangan
nangis, nanti Rein ikutan nangis.” Suara Reinatha terdengar mulai syahdu
“ Ya Tuhan, ini
putri Bapak, yang kemarin baru Bapak gendong buat tidur, Bapak rayu-rayu buat
disuapin makan, Bapak suntik kalau lagi sakit, kok sekarang udah mau jadi istri
orang… Cepat banget waktu ini yah Tuhan, Maafin Bapak yah kalau waktu Bapak
sama adek selama ini kurang.” Suara Bapak terdengar melemah menahan
isak tangisnya, menciumi kening putrinya
“Adek yang mau
terimakasih sama Bapak sama Ibuk, sudah sayang banget sama Adek sama Mas Bima,
Maafin adek yah Pak kalau punya banyak salah sama Bapak sama Ibuk.”
Pelukan
hangat orangtua selalu menangkan jiwa, dalam keadaan apapun, entah bagaimana
cara kerja alam semesta berada dalam pelukan mereka membuat segundah dan
seberat apapun beban seorang anak terangkat dengan sendirinya.
“Waduh waduh, iki
piye toh mala sedih-sedian lagi, gimana pengantinya mau istirahat? Udah-udah yo
wes bubar, besok wae lanjut sedihnya malam ini wes turu Ndo, besok hari bahagia
mu harus istirahat sekarang. ” Oma datang dengan suara khasnya memecahkan
adegan haru biru ini.
Not sure if you know this
But when we first met
I got so nervous I couldn't speak
In that very moment
I found the one and
My life had found its missing piece
But when we first met
I got so nervous I couldn't speak
In that very moment
I found the one and
My life had found its missing piece
So as long as I live I love you
Will have and hold you
You look so beautiful in white
And from now 'til my very last breath
This day I'll cherish
You look so beautiful in white
Tonight
Will have and hold you
You look so beautiful in white
And from now 'til my very last breath
This day I'll cherish
You look so beautiful in white
Tonight
What we have is timeless
My love is endless
And with this ring I
Say to the world
You're my every reason
You're all that I believe in
With all my heart I mean every word
My love is endless
And with this ring I
Say to the world
You're my every reason
You're all that I believe in
With all my heart I mean every word
So as long as I live I love you
Will haven and hold you
You look so beautiful in white
And from now 'til my very last breath
This day I'll cherish
You look so beautiful in white
Tonight
Will haven and hold you
You look so beautiful in white
And from now 'til my very last breath
This day I'll cherish
You look so beautiful in white
Tonight
Beautiful In White
Dengan
Tuksedo rapinya, Nathan berdiri di depan Altar menanti kedatangan Reinatha,
rasa gugup bercampur bahagia bergejolak didalam dadanya, sebelum kedatangan
Reinatha. Seketika semua tamu undangan didalam gereja yang dihiasi dengan
nuansa putih dan biru itu berdiri menyambut kedatangan Reinatha didampingi Ibuk
dan Bapaknya, dengan gaun putih terurai panjang dan layer menutupi wajah
cantiknya, senyuman Reinatha menembus jantung Nathan yang berdiri jauh dari
arah datangnya, mengundang airmata bahagia perlahan turun membasahi mata
seorang Nathanael Sean. Senyuman Reintaha begitu indah, cantiknya sempurna
mengundang dengan tegasnya airmata seorang Nathan untuk tidak berhenti
berderai. Diberikan sebuah kecupan hangat dikening oleh Sang Bapak kepada putrinya
sebelum benar-benar melepas genggaman tangan putri kecilnya kepada Nathan.
“Jaga Reinatha” Kalimat
sederhana dari gerak bibir Bapak memberikan tangan Reinatha untuk Nathan. Nathan membalas
dengan anggukan kepala dan senyuman ringan penuh hormat.
Proses
demi proses sakral sakramen pernikahan dilewati Nathan dan Reinatha dengan
penuh khusuk, terkadang mereka saling menatap dan tertawa tipis saling
memberikan pujian dalam hati.
“Baiklah sekarang,
silahkan ucapkan janji pernikahan kalian berdua dihadapan Tuhan dan jemaat”
“Saya Nathanael
Sean….
“Saya Gloria
Reinatha…”
“ Memilih engkau Gloria Reinatha menjadi istri, teman hidup, dan sahabat….
“Menerima
engkau Nathanael Sean menjadi suami,
teman hidup, dan sahabat…
“ Saya berjanji untuk setia kepadamu, dalam untung dan
malang, diwaktu sehat dan sakit, saya mau mencintai dan menghormati engkau
seumur hidup sampai maut memisahkan kita, saya berjanji untuk
membantumu mencintai hidup, menggenggam tangan mu dengan lembut untuk kesabaran
karena itulah yang dibutuhkan cinta, untuk mengatakan kata-kata jika dibutuhkan
dan berdiam jika ternyata kata-kata tak dibutuhkan lagi, dan untuk hidup di
kehangatan hatimu yang saya sebut rumah.”
“Dihadapan Tuhan dan
Jemat saya nyatakan kalian resmi menjadi sepasang suami istri, Tuhan memberkati
keluarga kecil kalian”
Nathan
menggenggam tangan Reinatha dengan begitu lembutnya, matanya tak bisa
teralihkan sedikitpun manatap kagum pada istri yang kini duduk tepat
disampingnya, sekali-kali Nathan menggoda Reinatha dengan berbisik “I love you” dan dibalas senyum manis
Reinatha yang telah hilang kata-katanya untuk mengungkapkan rasa bahagianya
hari ini.
Selesai
sudah sakramen pernikahan kudus untuk Reinatha dan Nathan, kini keduanya telah
resmi bukan lagi menjadi dua manusia yang dipertemukan Tuhan tetapi satu. Pesta
pernikahanpun di rayakan dengan begitu meriahnya. Semua teman dan kerabat
datang dan ikut merasakan kebahagiaan yang dirasakan Nathan dan Reinatha. Pesta
pernikahan yang diidam-idamkan Reinatha kini terlaksana sudah, ini adalah awal
kebahagiaan itu datang pada kelurga barunya.
3 bulan
berlalu setelah resmi menjadi Istri seorang Kapten Nathanael Sean, Reinatha dan
Nathan akhirnya menempati rumah dinas TNI AU, resmi menjadi seorang istri TNI,
Reinatha juga ikut bergabung dalam Persatuan
Istri Tentara yang terkadang harus ikut ambil bagian dalam kegiatan sosial
masyarakat.
“Gimana Yang…?”
Tanya Nathan
penasaran akan cerita istrinya yang baru pulang dalam kegiatan pertamanya
sebagai seorang istri tentara, bersama ibu-ibu TNI lainnya. Nathan dengan
sabarnya dan mau berbagi tugas menyiapkan makanan ketika Reinatha tidak bisa
menyiapkannya selalu menanti-nantikan cerita dari Reinatha yang baru mengenal
dunia kerjanya dengan penuh antusias.
“ Tau nggak Yang,
aku kan nggak bisa ngayam tembikar-tembikar gitu kan. Aku bingung harus ngapain
yah? Masa aku diam aja, ya udah aku jelasin aja sama ibu-ibu itu, produk pasar
yang lebih modern kaya apa, gimana promosiannya sistem online….” Reinatha
bersemangat berkisah
“ Bagus dong sayang
kamu inovatif itu namanya…ini diminum dulu, kasihan istri ku capek yah” Nathan mengelus dan
memberi kecupan hangat di kening Reinatha
“Iya bagus, tapi aku
nambah kerjaan buat diri aku sendri tau nggak Yang, nah sekarang aku yang
ditugasin Bu Rahma untuk membuat website penjualan dan pemasarannya sampai ke
pengelolahan modalnya kan nambah kerjaan aku Yang…” Reinatha lemes
“ Hehehe… Istri aku
hebat”
“Itu bukan hebat tau
Yang, itu namanya nambahin kerjaan diri sendiri…” Dumel Reinatha yang
Nampak lelah
“ namanya juga istri
tentara Yang, yah mengabdi ……”
“Mengabdi untuk
Negara dan rakyatnya…..” Sambung Reinatha melengkapi kalimat Nathan yang selalu
diulang-ulangnya agar Reinatha terbiasa.
“ Aku capek banget sumpah Yang…” Manja Reinatha
“ Ya udah mau dimasakin apa?”
“Hmmmmmmm bagaimana kalau kita makan diluar aja?” Rayu Reinatha
“Yakin? Nggak mau dimasakin suaminya?”
“Mau sih, tapi kan udah lama nggak dinner romantis berdua
sama suami juga kan…”
"Ok kalau gitu, kita siap-siap buat berangkat…”
Tiba-tiba pintu Rumah di ketok
“Halo Bu Rein, saya bawakan lauk nih dimasakin Bibi di
rumah tadi, Pak Nathannya ada?” Sapa
Bu Rahma ramah, istri salah satu senior di lingkungan perumahan Dinas tersebut.
“Ada Buk, lagi mandi…makasih yah Bu, jadi nggak enak
dibikin repot”
“Ih
nggak papa, kita udah biasa begini, oh Yah Bu Rein malam ini ikut yah kita ada
rapat di rumahnya Bu Titik, taukan yang di Blok E itu, kalau nggak tau nanti
biar dianterin sama Pak Nathan kesana.”
“Rapat? Rapat apa yah Bu Rahma?”
“Itu evaluasi kegiatan kita tadi, sepertinya Bu Titik
sukak loh sama idenya Bu Rein, jadi mau dibahas lagi sama ibuk-ibuk lainnya. “ Rumpi Bu Rahma
“ Oh gitu? Malam ini yah? Harus banget malam ini yah Bu?” Reinatha mulai gelisah, batal sudah rencana dinner
romantisnya kali ini.
“Ember, jam 7 yah Bu Rein…. ditunggu, eh Pak ganteng Pak
Nathan, baru kelar mandi yah? Seger banget dilihatnya hehehe, ini loh Pak, mau
ngajakin Ibuk buat rapat evaluasi di rumah Bu Titik, dianterin yah Pak kesana
takutnya Bu Rein belum tau rumahnya.”
“Ok siap Bu, nanti saya anterin kesana.” Jawaban yang tidak di harapkan Reinatha dari Nathan
membuatnya melotot kearah Nathan
“Ya udah kalau gitu, Saya pamit yah mari Bu…Pak”
“Iya Bu Rahma, makasih yah rantangannya”
“Yang, kok jawabanya gitu sih…..” Reinatha mulai protes, berharap Nathan akan menolak
undangan rapat tadi dan pergi dinner berdua
Nathan tersenyum padanya dan berkata “ Yang, istri TNI mengabdi……”
“Pada negara dan rakyatnya! Iya nikah aja sama negara
sana!!” Dumel Reinatha sambil berlalu pergi untuk
bersiap diri
“Aduh
Romantisnya pengantin baru ini, ke sini dianterin seneng deh dilihatnya.” Sambut
Bu Titik melihat kedatangan Nathan dan Reinatha
“Serasi banget dilihatnya, seger ini mata…..” Sambung Ibuk-ibuk rempong lainnya
“ Bu, Ibu saya titip istri saya yah…” kata Nathan ramah dengan senyuman khasnya
“Aduh so sweetnya, coba suami saya juga kaya gini yah…” Sambung Ibuk yang lainnya dilanjuti tawa semua orang
yang ada disana
Nathan meninggalkan Reinatha untuk berbaur
dengan ibuk-ibuk lainnya, dan menjemputnya kembali saat rapat telah selesai,
sungguh pemandangan yang sweet diciptakan keduanya dilingkungan ini, menjadi
salah satu couple favorite ibu-ibu kompleks.
“Pokoknya pulang dari sini, mau saya bilangin Pak Suami
biar di jemput juga, seneng rasanya dijemput kaya gini yah dilihatnya.” Bu Rahma yang menyukai cara Nathan memperlakukan
Reinatha ikut bahagia melihatnya, Reinatha tertawa mendengarnya.
“Emang Pak Rahma nggak pernah jemput Ibuk? Nggak mungkinlah Buk.” Goda Bu Titik
“Boro-boro Bu, dulu jaman pacaran doang. Mau tuh jadi
ojek pribadi saya kemana-mana, eh pas udah nikah mau saya jatoh juga si Bapak
mah lirik aja enggak…” Cerita Bu Rahma
“Iya nih Pak
Kapten, Pak Nathan bantuin dong bilangin ke suami-suami kita, romatis dikitlah
kan kita juga kangen dulu di kasih hal sederhana kaya gini….” Pinta Ibuk-ibuk lainnya
“Iya Buk, besok saya bilangin yah di kantor hehe” Jawab Nathan santai
“Mari yah Ibuk-ibuk, saya pamit” Sapa
Reinatha ramah
“Seneng yah lihat pasangan ini, kaya kata orang-orang couple gol”
“Goal kali Buk, kalau gol mah tendangan bola itu….
hehehe”
“Ada yang senyum-senyum sendiri nih..” Goda Nathan sepanjang perjalanan pulang
“Mereka tuh seru tau Yang, ibuk-ibuk itu…. aku jadi dapat
banyak ilmu dari mereka, bervariasi lah mulai sukak aku, hehe”
"Ayok, lebih sukak mereka atau aku?” Goda Nathan
“Yah kamu lah, hehe” Manja
Reinatha
Reinatha mulai menikmati pekerjaan sampingannya
sebagai istri seorang TNI. selain pagi berangkat ke kantor menjadi seorang
asisten manager. Memasuki 5 bulan usia pernikahan Reinatha dan Nathan, mereka
terlihat semakin bahagia, saling berbagi tawa, cerita dan masalah.
Tiba-tiba malam itu, sebuah alaram berbunyi
tanda apel dinas dadakan pukul 08.00 malam, Reinatha yang masih belum mengerti
akan tanda bunyi alaram itupun bertanya
“Ada kebakaran yah Yang? Tapi kok nggak ada api?”
“Bukan Yang, itu alaram urgent harus apel dilapangan
sekarang juga” Nathan buru-buru menyiapkan pakaian
seragamnya untuk menuju ke lapangan
“Sekarang?
Tapi ini jam 08 malam loh Yang…”
“Itu tanda, adanya bencana alam Yang, coba nyalain TV” Pinta Nathan sambal bersiap-siap, benar saja dari siaran
TV diketahui baru saja terjadi gempa Bumi dengan kekuatan 12,05 skala Richter
menggoncang Kepulauan Sula di Sulawesi dan berpotensi terjadinya Tsumani.
“Ya Tuhan……”
“Aku ke lapangan dulu yah Yang, ingat kunci semua pintu
dan jendela…” Sambil mencium kening Reinatha yang masih
terkejut mendengar berita tersebut
Reinatha menanti kepulangan Nathan dengan
gelisa, Dia tetap saja berdiri di depan rumah sambil melihat dari kejauhan
nampak para anggota TNI berseragam lengkap tengah sibuknya memindahkan
kardus-kardus ke dalam tronton.
“Yang, gimana?” Tanya
Reinatha saat Nathan telah kembali
“Nggak papa Yang, kita Cuma dapat tugas buat menyalurkan
bantuan kesana dan mengevakuasi korban”
“ berangkat kesana? Jam segini? Jam 12 malam Yang?” Nathan mencium Reinatha agar istrinya tetap tenang.
“Yang……” Reinatha
tampak Panik
“Nggak usah khawatir sayang, ini nggak lama kok kita
berangkat dan setelah selesai aku langsung pulang yah, kamu nggak perlu sepanik
ini”
“Gimana nggak panik Yang, suami aku mau ke tempat bencana
terus aku harus senyum?”
“ Istriku tersayang, ada banyak keluarga yang kita nggak
tau mereka masih hidup atau nggak disana, aku harus kesana buat bantuin
mereka…”
“Iya ngerti tapi Yang……”
“Sayang, percaya sama aku! Aku akan baik-baik aja…yah,
aku siap-siap dulu”
“Tapi kamu megang Hpkan disana Yang?”
“ Nanti aku yang hubungin kamu yah sayang yah…aku pamit” Nathan buru-buru pergi
Reinatha menahan kepergiannya didepan pintu
dan memeluknya erat. Perasaan yang berbeda yang dialaminya untuk pertama kali sebagai
istri seorang TNI, melihat kepergian suaminya untuk tugas mulia, Reinatha harus kuat
menahan rasa khawatir, panik, takut dan rindunya demi misi kemanusiaan. Para
Ibu-ibuk tentara lainnyapun ikut keluar mengantar kepergian suaminya.
Malam itu dilewati Reinatha dengan tak bisa
tidur, khawatir akan keadaan suaminya, Jam menunjukan pukul 05.00 pagi,
Reinatha masih belum juga bisa tertidur dipantaunya berita agar tau
perkembangan yang terjadi sana, dikabarkan susahnya akses jalan menjadi masalah
besar jalur evakuasi korban dan berpotensi tsunami pagi hari ini, hingga semua
penduduk sedang dibantu TNI AU yang pagi dini hari tadi telah sampai dilokasi
kejadian membantu evakuasi masyarakat berpindah ke tempat yang lebih aman.
15 menit setelah berita tersebut disiarkan,
Reinatha tenga bersiap untuk sarapan dan berangkat ke kantor sampai mata,
telinga dan tenaganya perlahan hilang saat mendengar siaran berita terbaru “Baru saja dikabarkan
telah terjadi Tsunami dilokasi kejadian dengan ketinggian air mencapai 23 meter
diatas batas dasar lempengan laut”
Gelas yang dipegang Reinatha reflex pecah
jatuh dari tangannya. Terdengar teriakan histeris dari arah rumah sebelahnya.
Reinatha terduduk jatuh ke lantai, Hpnya berbunyi dilihatnya layar Hp
bertuliskan panggilan masuk dari Ibuk, Reinatha mencoba menguatkan suaranya
untuk menjawab telfon dari Ibuk
“Adek, kamu dimana sekarang? Di kantor apa masih
dirumah? Udah nonton berita? Nathan sama
kamu kan Dek?” suara Ibuk khawatir
“Nathan di Kepulauan Sula Buk, semalam perginya” suara Reinatha terdengar terbata-bata menahan sedihnya
“Itu suara yang lagi teriak nangis, suara siapa? Dek,
kamu nggak papa kan?”
“Itu suara tetangga Buk, Rein nggak papa….” Reinatha menguatkan suaranya agar tak pecah tangis dan
khawatirnya
“Kamu nggak usah ke kantor hari ini, Ibuk, Bapak, Mas
Bima sama Mba Dian kita bentar lagi kerumah kamu” Ibuk dan Bapak nampak begitu khawatir dengan keadaan
Reinatha.
Semua keluarga panik menanti berita dari
Nathan. Tante Rismapun tiap jam selalu menelfon Reinatha menanyakan kabarnya
dan meminta suaminya untuk mengecek bagaimana keadaan Nathan disana. Belum ada
jawaban pasti akan keberadaan Nathan dan tim lainnya saat ini, karena akses
jaringan alat komunikasi terputus di daerah tersebut.
“Belum ada kabar dari posko disana” Suara Ayah Nathan terdengar memberi kabar lewat tlfn ke
Bapak Reinatha. Semua menatap Bapak menanti kabar
“Belum ada kabar, kita berdoa aja yah….” Kata Bapak, sambil mematikan telfon
‘Hufffh, Rein percaya Nathan pasti baik-baik aja, Mas,
Pak, Buk, Mba Dian mau makan apa biar Rein masakin yah.” Rein mencoba terlihat kuat dihadapan mereka, menahan
semua emosinya untuk keluar dihadapan keluarganya, mencoba terlihat baik-baik
saja dengan senyum yang dipaksakannya.
“Rein,
nggak usah sayang…” Ibuk khawatir
“Buk, Udah biarin, masak apa aja Dek, yah…” Kata Bapak menyakinkan Ibuk agar membiarkan Reinatha
“Aku bantuin yah Dek,”
Sambung Dian yang langsung bergegas ke dapur bersama Reinatha
“Pak, anaknya lagi sedih di suruh masak, bapak gimana
sih, masih aja dipikirin urusan perut coba”
Ngomel Ibuk
“Ibuk, Bu masih nggak ngerti juga sifat anak perempuan
Ibuk satu itu kaya apa, Ibuk nggak lihat gimana dia coba kuat dihadapan kita?
Biarin Buk, biarin Reinatha seperti itu, kita nggak boleh buat dia lemah,
Nathan itu suaminya sekarang kalau Rein percaya Nathan baik-baik saja maka kita
juga harus percaya.” Jelas Bapak
3 hari sudah Reinatha tak bisa tidur menanti
kabar dari Nathan, dicobanya setiap menit setiap jam menghubungi no telfon
Nathan namun tak bisa tersambung juga.
Sampai Pagi itu didapati kabar dari ayah
mertuanya
“ Rein, kamu harus kuat yah….Bapak baru diberi kabar,
kemungkinan besar Nathan dan 10 orang anggota TNI lainnya, hanyut dalam Tsunami
dan sampai saat ini masih belum di temukan”
“Nggak Pak, nggak mungkin! Bapak bohong kan? Nathan….Nathan
nggak, nggak mungkin Pak! Nathan pasti baik-baik saja, Nathan hanya susah di
hubungi Pak, Nathan nggak mungkin kenapa-napa.”
Reinatha terdengar histeris
“Rein, Bapak minta maaf yah nggak bisa temani kamu saat
ini, Bapak besok akan berangkat langsung ke tempat kejadian untuk mengevakuasi
jasad nggota TNI lainnya yang telah di
temukan, kamu harus iklhas yah Nak, harus kuat…” Pesan Ayah mertua dari balik telfon.
“Ngggggggggggggggggaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaakkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk……………
itu
Bukan Nathannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn Bukannnnnnnnnnnnnn!! Nathan ku masih
baik-baik saja………. Nathaaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnn”
Reinatha terlihat menggila dalam tangisnya,
tangannya gemetar hingga ke bibirnya, matanya kosong, kakinya mengarahnya berlari keluar
rumah untuk menghirup udara segar yang hampir saja menghentikan nafasnya
mendengar apa yang baru saja disampaikan ayah mertuanya.
Reinatha menangis sejadi jadinya di halaman
depan rumah, tangisnya pecah sambil terduduk ditanah menatap langit malam itu.
“Salah Ku apa Tuhan?? Apa salah ku??? Bilang
Sekarangggggggg!!!” Teriak Reinatha
Belum
selesai tangisnya, terdengar Toa pengumuman dari sumber suara pusat Kantor TNI
AU memberikan pengumuman resmi bahwa 11 orang anggota TNI AU yang berangkat
dalam misi kemanusiaan di Kepulauan Sula hilang ditelan arus saat Tsunami 2
hari yang lalu, 2 orang anggota TNI telah di temukan dan meninggal dunia
sedangkan 9 lainnya masih dalam proses pencarian, dibacakan satu persatu korban
hilang hingga terdengar nama suaminya Nathanael Sean. Hatinya hancur
berkeping-keping, airmatanya seakan berhenti berderai karena tubuhnya kaku.
Jiwanya hilang dari raganya menerima kenyataan yang terjadi. terdengar suara
pecah tangisan secara bersahutan dari kiri dan kanan rumahnya yang adalah istri
dan anak para anggota TNI lainnya.
Siapa yang harus kuat saat ini Tuhan?
Bagaimana aku harus berdiri jika kedua kaki
ku telah kau patahkan
Kau berikan semua kebahagiaan yang lebih dari
yang aku minta
Dan kini, Kau ambil semua itu sampai ke dasar
hati terdalam ku,
Bagaimana aku akan melihat, bila mataku telah
kau butakan?
Bagaimana aku akan bersuara, bila suaraku
saja sudah kau tenggelamkan…
Hati? Iya sudah hancur Tuhan…..
kenapa tidak sekalian saja Kau ambil aku sata
ini, kenapa harus Nathan?
Dan kenapa harus saat ini??
Seminggu sudah berlalu, Reinatha masih dalam
masa berkabungnya ditemani keluarga disampingnya
“Rein,
ayo makan dulu sayang nanti kamu sakit kalau kaya gini terus, makan dulu yah
sayang ya ” Bujuk Ibuk
“Rein nggak lapar Buk….”
“Ya udah Bapak pasang infus aja yah sayang, biar kamu
tetap ada tenaga yang masuk yah Dek ”
Bujuk Bapak. Reinatha mengangguk tanda setuju.
“Mau sampai kapan sih Dek, kamu kaya gini….” Ibuk mulai pecah tangisnya
“Udah
Buk, Sabar……” Peluk Mas Bima menenangkan Ibuk
“Buk, Rein nggak papa.”
Reinatha mencoba menyakinkan lagi dengan kondisi lemahnya
“Nggak papa gimana sayang, kamu lihat diri kamu sendiri
sekarang dari kejadian itu sampai saat ini belum ada secuil nasipun yang kamu
makan Dek, hanya infus, infus dan infus… Ibuk khawatir kamu kalau kaya gini
terus”
“Buk udah…” Bapak
memberi kode kepada Ibuk untuk diam
Sebulan sudah, Reinatha masih dengan
kenyakinannya bahwa Nathan masih baik-baik saja, walau Bu Titik dan Bu Rahma
telah datang menyampaikan undangan untuk mengadakan penguburan secara militer
besok pagi di lahan penguburan Angkatan Udara untuk mengenang jasa para anggota
TNI yang telah gugur meskipun jasad mereka belum juga ditemukan sampai
sekarang.
“Buk, suami saya tuh belum meninggal, untuk apa saya
harus hadir disana?” Protes Reinatha
“ Buk Rein, jangan seperti itu, harus yang ikhlas…Pak
Nathan itu kapten yang pimpin penerbangan kesana, kalau Bu Rein nggak ikut
acara ini, bagaimana ibu-ibu lainnya?
ini surat langsung dari Atasan untuk upacara penghormatan besok.” Pesan Bu Titik sambil meletakan surat diatas meja.
“Bu Titik sama Bu Rahma juga nggak percaya sama saya?
Nathan itu masih hidup? Kenapa jadi seperti ini sih…”
“Buk Rein, ini sudah sebulan. Ibuk-ibuk yang lainnya juga
sudah mengikhlaskan walau memang berat, tolong yah Bu….kita sama-sama lalui
ini, Bu Rein nggak sendirian kok. Masih ada kita disini, yang Kuat yah…” Peluk Bu Rahma dan Bu Titik
Dentungan senjata merobek langit siang ini,
bendera lambang negara terbentang menutupi peti kosong tanpa jasad yang kata
mereka itu kamu didalamnya…
Aku tak mau percaya semua ini, aku tak mau…
Tapi isak tangis mereka disekeliling ku dan
semua pakaian berwarna gelap disekitarku membuat hati ku kembali kosong
Pikiranku melayang…
Apa benar kau ada didalam sana? Bagaimana
bisa? Tanpa pamit padaku,
Ku ingat kalimat terakhir sebelum kepergianmu
hanya agar aku tak khawatir
dan kau berjanji akan kembali
Apa saat itupun kau sedang berbohong padaku?
Hanya untuk aku siap menghadapi hari ini??
Hari dimana aku harus berdiri dibawah
teriknya mentari, berpakaian serba gelap sebagai lambang duka ku, dan harus
berderai airmata mengantar mu pergi?
Suara tangis perempuan disekeliling ku
meneriaki nama suami mereka
Terdengar duka dan sedih dalam tiap teriakan
isak tangis mereka
Aku lupa bagaimana cara menangis sambil
memanggil nama mu, Nathan
Hati ku terlalu kosong, hingga pikiranku
sesaat gelap dan menghilang dalam raga ini
Bagaimana bisa aku percaya itu kamu?
Peti kosong yang bertuliskan nama mu Kapten
terbaik Nathael Sean
Bangun kan aku jika ini mimpi, bangunkan aku
sekarang juga
Wahai Alam, Kembalikan Nathan ku!
Malam itu aku tertidur, dan terbangun pukul
03.00 subuh, ku dengar suara angin membuka pintu yang ku mau percaya itu kamu
yang datang. Ku pejamkan mata ini mencoba tertidur lagi namun kecupan hangat
ini ku tau pasti dari mu sama seperti malam-malam sebelum aku tertidur lelap
selalu kau selipkan kecupan sayang untuk ku.
Aku mau raga mu! Bukan roh mu yang datang
Tolong, mengertilah ini terlalu sulit untuk ku
Berteriak pada langit dan malaikatnya untuk
mengijinkan mu datang menemuiku
Pagi ini 3 bulan sudah kepergian mu, entah
angin apa yang membawa ku ke gereja ini, tempat dimana kita berjanji akan
sehidup semati dan menua bersama. Itu baru 8 bulan yang lalu jelas saja semua
masih segar dalam pikiran ku. Saat ini aku hanya ingin meminta pada Tuhan mu,
Tuhan yang sudah memberikan arti hadir mu lalu kemudian mengambil mu secepat
itu dari pada ku.
“ Kembalikan Nathan ku…”
Kalimat yang sama yang ku ucap berkali-kali
dalam airmata dan dalam diam ku menatap Altar Kudus Mu. Benar isi doaku Egois.
Benar isi doa ku tak ikhlas menerima yang sudah terjadi, apa boleh buat itu
yang aku yakini. Dan itupula yang membuat ku kuat.
Tiba-tiba saja Ayah mertua menelfon
“ Rein, nak dimana kamu?”
“Rein lagi mggak dirumah Pak, lagi keluar cari udara
segar”
“Bapak, nggak tau ini kabar baik atau buruk tapi……”
“Ada apa Pak?”
“ 4 orang anggota TNI yang hanyut hilang waktu itu telah
di temukan, mereka masih hidup selama ini di rawat oleh warga di daerah
pedalaman. Mereka di temukan oleh nelayan terhanyut selama 3 hari di laut lepas
sekarang mereka dalam proses kepulangan ke Jakarta, tapi…..Bapak nggak tau
siapa aja 4 orang tersebut”
Reinatha tak bisa berkata-kata, jantungnya
tiba-tiba tergoncang kencang seakan kembali berdetak tanda ia telah hidup
kembali. Air matanya berderai, perasaannya bergejolak menerima kabar tersebut.
Siapapun itu, Rein masih mau percaya ada Nathan disana
“Rein, sekarang Bapak lagi on the way ke tempat
penjemputan. Kamu pulang sekarang yah Bapak jemput kita sama-sama ke Halim.,
apapun yang terjadi bila nanti salah satu diantara mereka bukan Nathan, Bapak
mau kamu iklhlas yah Nak yah….”
“Iya Pak, iya Rein pulang sekarang…”
Semua istri anggota TNI yang telah menerima
kenyataan bahwa suami mereka telah meninggal waktu itu, menunggu dengan wajah
was-was Helikopter yang baru saja mendarat di Halim, semua membaca doa dengan
ketakutan serta kecemasan terpancar jelas dari getaran bibir mereka dan sorot
mata mereka, 9 orang yang hilang dan 4 telah di temukan. Artinya 5 diantara
kami perempuan yang kurang beruntung bila tak menjumpai suami kami yang keluar
dari Helikopter itu.
Helikopter telah mendarat dengan sempurna,
para medis dikerahkan untuk membantu evakuasi pasukan yang sedang dirawat. Debu
berterbangan dimana-mana pandangan mata tampak buram untuk melihat siapa yang
telah keluar dari Helikopter tersebut. Semua pasukan di kerahkan dengan seragam
yang sama hampir tak bisa dibedakan siapa saja yang telah selamat. Reinatha
menutup matanya dan pasrah sambil berdoa dalam hatinya.
Ketakutannya mulai menguasahi hatinya yang
awalnya telah begitu yakin.
“Tuhan…aku mencintainya dengan ijin Mu, aku menikahinya
dengan ijin Mu, kali ini biarkan aku menjadi egois, dengan meminta Nathan yang
kau kembalikan untuk ku….”
Matanya tertutup
rapat, nafasnya diaturnya sedemikian rupa agar hatinya siap, teringat akan
janjinya pada keluarga apapun hasilnya ini perjuangan terakhirnya untuk
benar-benar mengikhaskan Nathan
Suara bisingan Helikoper, telah hilang di
balik kesunyian, suara langkah kaki dan isak tangis bahagia serta kesedihan
bercampur menjadi satu, ada suara bahagia anak yang memanggil ayahnya yang
telah kembali, ada suara tangis sedih istri yang mendengar kabar suaminya
benar-benar telah meninggal, ada yang bahkan terjatuh pingsan menerima
kenyataan bahwa tak ada suaminya disana. Terdengar suara teriakan, butuh
oksigen dan hiruk pikuk lainnya bercampur dalam kegelapan pandangan
Reinatha, matanya masih tertutup rapat, masih mengumpulkan tenaga untuk membuka
matanya dan melihat kenyataan dihadapannya.
“Aku pulang….” Suara
berat terdengar jelas berada dihadapannya
Tubuhnya berat menerima pelukan tiba-tiba,
Reinatha membuka matanya secara perlahan dan mendapati dirinya berada dalam
pelukan Nathan. Air matanya berlinang deras, nafasnya berat menerima kenyataan
ini, kakinya melemah hingga hilang tumpuan untuk berdiri, Nathan menopangnya
untuk tetap kuat berdiri kembali
“Aggggggghhhhhhhhhhhhhh………” Reinatha kesulitan untuk bernafas, dipukulnya tubuh
lemah Nathan untuk melepaskan emosinya yang bercampur aduk walau sudah tak ada tenaga
lagi yang tersisah.
“I miss you…. each
and every day” Peluk Nathan erat seakan menyakinkan
Reinatha bahwa ini benar dirinya, Nathan suaminya. Ini bukan mimpinya lagi
Tangis histeris Reinatha pecah seketika.
“Bagaimana bisa kamu
bilang kamu Rindu, saat pergi mu membuat ku mati”
Suara teriakan tangis Reinatha terdengar
jelas memecahkan tegarnya seorang Nathan. Airmatanya pecah memeluk dan mencium
istri tercintanya itu
“Terimakasih sayang,
untuk selalu menjadi rumah tempat aku pulang, walau harapan untuk hidup itu
hampir tidak ada, terimakasih karena kekuatan cinta mu, I am home.” Nathan
tak henti-hentinya berterimakasih kepada istrinya, menciuminya dan memeluknya
erat-erat.
Aku, seorang Reinatha
Penuh keegoisan dalam cinta
ku
Aku mencintainya dengan
egonya bahwa dia hanya milik ku
dan akan tetap menjadi
milik ku!
Karena ego ku, aku kuat dan
percaya bahwa dia akan kembali
Dan dia benar kembali,
Aku mencintainya dengan
segala egoku
Dan akan selalu
mencintainya
He is mine and always be
mine
Panggil aku egois, karena
memang seegois itu cinta ku untuknya💗
_SELESAI_

Part yg penuh air mata😭😍
ReplyDelete