AS " Arkana & Sabrina" (Part 1)

 



ARKANA & SABRINA


Bila Ku kenal dirimu lebih cepat….

 

Gracia Sabrina Purwandi, lahir di Jakarta 18 Agustus 1993. Dua tahun  lalu baru saja menyelesaikan gelar Magister di bidang design fashion di salah satu universitas terkemuka di Paris. Kembali ke Indonesia dan memulai karirnya  sebagai seorang CEO dengan membuka butik bersama sahabatnya Agnes dan Cipa, berkat kerja keras mereka kini butik yang diberi nama “Find Love” sudah memiliki cabang di daerah Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Bandung dan Surabaya.

Sabrina? siapa yang tak kenal dengan nama itu…

Bagaimana Sabrina di mata sahabat dan karyawannya?

 

 “ Sabrina?? Orang mengenalnya dengan paras Cantik  seperti Dewi Aphrodite, di balik paras cantiknya tersimpan kekuatan yang tidak semua orang tau. Dia lebih suka berjalan sendirian dalam kegelapan daripada mengikuti bayangan orang lain. Dia bukan sekedar Dewi tapi Dia Ratu, Ratu mode, fashion, design dan keindahan. Begitulah Cipa dengan gaya kemayu dan ekspesifnya mendeskripsikan bagaimana Sabrina dimatanya, ketika di wawancara oleh majalah Forbes Indonesia, untuk berita salah satu Putri Indonesia yang mengharumkan nama Indonesia dalam dunia fashion di kanca Internasional.

“Sebagai rekan kerja yang juga sahabatnya kurang lebih 9 tahun , bagaimana Agnes menilai seorang Sabrina?” Tanya seorang wartawan lagi. kali ini microphone  diarahkan ke Agnes yang duduk tepat disamping Cipa.

“Sabrina itu wanita paling berbahaya. Kenapa saya bilang dia berbahaya mba? karena Dia akan dengan lantangnya menolak semua tawaran dan bantuan yang datang padanya dan dengan kemampuannya yang tidak semua orang tau, Sabrina mampu menciptakan kerajaannya sendiri, seperti sekarang ini banyak perempuan yang akhirnya termotivasi oleh nya dan bisa mendapatkan pekerjaan juga dibawah naungan Sabrina.  Sabrina itu berparas Dewi tapi berkepribadian seoarng Prajurit, Dia akan berjuang dan semangatnya itu loh…. aku aja sampai detik ini masih belajar dari Sabrina untuk memiliki karakter seperti itu. Sabrina adalah pimpinan dan sahabat yang  baik hati, tapi kuat dan di sanalah banyak orang salah mengira dia. Mereka menafsirkan kebaikannya untuk kelemahan dan memaksanya untuk menunjukkan kekuatannya.But, she is Sabrina " Jelas Agnes dengan bangganya.

“ Kita sampai ke  dua pertanyaan terakhir yah, Mba Agnes dan Mas Cipa”

“ Kok Mas sih? Ganti, Jeng Cipa….di tulis yah mbak yah” Kata Cipa sewot

“ Ok baik, maaf…maaf, ok gimana menurut mba Agnes dan Jeng Cipa, kriteria cowo yang cocok untuk Sabrina?” Tanya Wartawan lagi

Sabrina dan Cipa saling menatap dan seakan ragu juga shock dengan pertanyaan yang barusan.

“ Aduh mba, nggak ada pertanyaan lain yah?” Bisik Cipa

“ Nggak ada Jeng, tinggal ini pertanyaannya, atau bisa di jawab dulu, apa Sabrina sekarang sudah memiliki kekasih? atau sedang dekat sama siapa gitu? dari gossip yang beredar Sabrina sedang diisukan dekat dengan Harry Tamono, Pengusaha ekspor import property saat ini, apa gossip itu benar?” Kepo sang wartawan

“ Hahahahhaa….” Seketika tawa Cipa dan Agnes pecah

“ Hoax itu mba, Sabrina tuh hidupnya cuma kerja dan kerja nggak sempat dia buat date, pedekate gitu..gitu, apalagi sama siapa tadi? Harry yah…aduh, jangan ngadi-ngadi deh mbak…itu gossip doang!” Jawab Cipa

“Jadi Sabrina sama siapa dekatnya sekarang Jeng?”

“Nggak ada! Gracia Sabrina Purwandi totally single, successful and happy.” Jelas Cipa dengan ciri kasnya.

“ Nothing last forever except yourself ( Tidak ada yang bertahan selamanya kecuali hanya dirimu sendiri pada akhirnya) itu yang selalu Sabrina katakan, kalau kita menyarankan dia untuk spend more time to hang out with the guys, tapi yah gitu… balik lagi She is Sabrina, tidak mudah untuk menyakinkan dirinya untuk hal-hal asmara seperti itu.” Tambah Agnes melengkapi isi wawancara tersebut.

Tidak lama setelah acara wawancara di butik Find Love itu,  Sabrina datang dengan mobil Bugatti Chiron Pur Sport berwana biru miliknya. Sabrina tampil modis dan stylist dengan make up senada dan natural dengan rambut  ingkal pendek terurai, kacamata hitam melengkapi dan meyempurnakan penampilannya saat tiba di butik.

“ Kok pada rame-rame, ada apa?” Sabrina yang terkejut saat melihat dekorasi ruang tunggu butiknya di sulap seperti baru saja selesai sebuah acara penting yang tidak diketahuinya.

“ Itu… wawancara majalah Fobes.” Jawab Cipa ringan dan santai

“ Kan udah gue bilang nggak usah!” Jawab Sabrina

“ Nggak bisa gitu dong Beb! ini tuh hitung-hitung promosi butik kita juga.” Bela Cipa

“ Emang kita butuh? promosi di majalah kaum elit kaya gitu? I told you, right, Agnes? yang baca majalah itu, yah orang-orang kalangan atas, target kita kan nggak cuma kaum elit.”  Sabrina tampak serius.

Agnes yang mulai merasa bersalah memilih diam dan di bela oleh Cipa.

“ Beb! kita juga butuh pelanggan VIP semakin banyak kan semakin bagus…”

“ But, I don’t want design something hanya untuk orang-orang berduit Cipa.” Potong Sabrina

“ Yah, tau Beb! ngerti… lu, maunya semua kalangan masyarakat, karena impian elu buat gaun pengantin untuk mereka yang memimpikan acara pernikahan mereka terwujud, But…jangan salahin  juga dong kalau Fobes minta wawancara, Siapa yang nggak kenal seorang Sabrina, coba?” Bela Cipa lagi

“ Udalah, Beb! bener kata Cipa. Lumayan kita bisa  promo gratis, apalagi di majalah kelas Fobes…semakin besar kesempatan kita buka cabang.” Sambung Agnes melengkapi dan berusaha mencairkan suasana.

 “Terserah deh, toh udah kelar jugakan acaranya…. tapi kalian berdua nggak bahas yang macam-macamkan?” Selidik Sabrina

“Yah enggak sih Beb, cuma tadi… masa elu masih di gosipin sama si Harry itu sih??? ini wartawan akhir-akhir ini pada kurang pintar apa gimanya yah? masa mereka nggak bisa bedain mana yang pansos. Jelas-jelas si Harry Tamono itu cuma modal kaya doang, isinya mah ampas!  dan biar dia lebih terkenal yah dia deketin elu, sengaja banget  samperin kesini sambil sewa wartawan bodong buat berita Sabrina dan Harry ke gap Dating di butik milik Sabrina. Gilaaa yah tuh orang….” Cipa menggebu-gebu.

“ Eeee……….mau kemana?? ini masalah si Harry belum kelar nih, Beb… Sabrinaaa…ihhh emang yah susah banget dibilangin.” Teriak Cipa, saat Sabrina tak ambil pusing dengan apa yang baru saja di ceritakan Cipa dan berlalu pergi ke ruangannya.

“Udah… Udah …Udah, udah jamnya kerja.” Ingat Agnes sambil menarik Cipa

_ Jam berlalu dengan begitu cepatnya, semua sibuk dengan pekerjaannya masing-masing_

Hingga jam pulang kantorpun tiba semua karyawan bergegas untuk pulang, kecuali Sabrina yang masih sibuk dengan pola dan designnya. Cipa dan Agnes menghampirinya, begitupun dengan karyawan butik lainnya yang menemui Sabrina untuk sekedar pamit untuk pulang.

“ Beb, masih lama yah?” Goda Cipa yang tampak gelisa

“He’em….duluan aja kalau mau pada balik.” Jawab Sabrina santai sambil terus melanjutkan aktifitasnya. Agnes dan Cipa saling manatap dan memutuskan untuk menunggu Sabrina sampai selesai dengan saling memberi kode untuk tetap stay.

“ Eh, lihat deh Nes, ini si selebgram yang gue ceritain kemaren itu…” Cipa menunjukan foto seseorang kearah Agnes

“ Siapa namanya?” Tanya Agnes

“ Nayatanaya” Jawab Cipa sewot

“ Anaknya tuh hedon gitu loh beb, lihat nih foto-fotonya, padahal tau sendirikan selebgram mah berapa sih hasil endorsannya? tapi gayanya itu loh…gue nggak suka aja lihatnya” Jelas Cipa jelouse

“ Iya kan??? dari wajahnya aja tuh kaya…gimana gitu.” Cipa mencari persetujuan dari Agnes.

“ Cantik kok anaknya.” Jawab Agnes

“ Ihhh ini ma oplas semua Nes, masa nggak bisa bedain sih?” Cipa sewot lagi

“ ah, masa sih???” Agnes kaget

“ Tuh lihat tuh baik-baik….tampang-tampangnya sombong gitukan Beb?” Cipa mencari sekutu lagi

“ Emang lu kenal banget sama dia Beb?” Tanya Agnes lagi sambil menunggu Sabrina menyelesaikan kerjaanya.

“ Dese ini tuh dulu mantannya teman gue, si tajir melintir teman gue ini….eh pas ketemu sama, aduh lupa lagi nama tuh cowok…. ( Cipa berusaha mengingat nama kekasih baru Nayatanaya tapi tak juga diingatnya) pokoknya pengusaha deh, lebih tajir lagi…eh tau dong, teman gue di campakan begitu saja! jadian dia sama tuh pengusaha!! kan anjinggg banget”

“ Oh mantanya teman elu toh…..” Agnes menyimak tiap detail cerita Cipa yang menggebu-gebu penuh emosi. Tidak dengan Sabrina yang masih sibuk dengan pola dan peyet-peyet disekitarnya.

“ Beb! udah jam Sembilan nih, udahan napa….” Ingat Agnes lagi

“ Bentar lagi….bentar lagi yah….” Jawab Sabrina

“ Ah, dari tadi bentar-bentar mulu, ayo ah Beb! gue dapat info ada bar baru dibuka dekat sini, bartendernya cakep, ayokkk ah Sabrina. Kelamaan ntar gue nggak dapat mangsa dong.” Protes Cipa.

Tanpa menunggu lama, Agnes dan Cipa saling memberi kode untuk langsung saja menculik Sabrina dari kerjaanya dan membawanya menuju mobil dengan pita dan gunting masih ada di kedua tangan Sabrina.

“ Biar gue yang nyetir…” Jawab Agnes sambil mengambil kunci mobil milik Sabrina.

Sabrina dipaksa masuk kedalam mobil, sambil Cipa bergerutu “ Lagian cewek kok mala beli mobil Bugatti sih, selerah lu nih sukak yang unik-unik apa gimana sih Beb?”

“ Wait…Wait, ini kita mau kemana sih?” Tanya Sabrina

“ Sustttt, Ibu Bos bisa diam aja nggak? ini tuh udah diluar jam kerja, jadi sekarang ngikut aja nggak usah banyak tanya, bisa?” Jawab Agnes.

“ Cabuttttttttt Beb, Let’s goooooo……………….”  Teriak Cipa

 

Menghabiskan waktu bersama sahabat adalah kebahagiaan yang tak bisa digantikan dengan uang. Disaat saling berbagi tawa, canda dan cerita tiba-tiba saja Agnes mendapatkan telfon. Melihat wajah Agnes yang panik dan hampir pingsan, Sabrina dan Cipa khawatir dan bertanya apa yang sebenarnya terjadi.

“ Doni, kecelakaaan…..” Kata Agnes terbata-bata

“ Ok, tenang dulu.. jangan panik. Tadi udah tanya Doni dirawat dimana sekarang?” Tanya Sabrina berusaha menenangkan sahabatnya itu.

“Katanya udah kembali ke kantornya sekarang, kecelakaannya pas banget dia baru mau keluar dari kantornya…gimana dong Sabrina, Cipa….” Agnes masih panik akan keadaan kekasihnya itu.

“Ok, sekarang kabarin Doni, kita kesana sekarang. kamu taukan alamat kantornya? Biar aku aja yang nyetir, Cipa… bawa Agnes ke mobil yah, gue bayar dulu.” Jawab Sabrina. Cipa mengangguk dan membawa Agnes sesegera mungkin.

Sesampainya di depan kantor Doni, semua tampak sepi dan gelap.

“ Beb, ini bener kantornya? kok sepi gini kaya kuburan sih???” Cipa kelihatan takut

“ Coba telfon Doni, tanyain dia dimana sekarang?” Sambung Sabrina

“ Nggak di angkat Na, gimana dong….Doni, baik-baik ajakan?” Agnes mulai panik dan menangis.

“ Tenang, bentar biar gue cek ke dalam” Jawab Sabrina

Beberapa saat kemudian tiba-tiba, lampu menyala terang dan terdengar musik romantis diputar lewat speaker gedung kantor, layar LCD besar menyala menampilkan slide  foto-foto mesrah Doni dan Agnes dengan kata-kata mesrah teruarai pada layar.

Sir, I'm a bit nervous 'bout being here today
Still not real sure what I'm going to say
So bear with me please
If I take up too much of your time

But you see in this box is a ring for your oldest
She's my everything, and all that I know is
It would be such a relief
If I knew that we were on the same side
'Cause very soon I'm hoping that I

Could marry your daughter
And make her my wife
I want her to be the only girl
That I love for the rest of my life
And give her the best of me 'til the day that I die, yeah
I'm gonna marry your princess
And make her my queen
She'll be the most beautiful bride that I've ever seen
I can't wait to smile
As she walks down the aisle
On the arm of her father
On the day that I marry your daughter

Doni keluar dengan mesrahnya sambil membawakan bunga diiringi lagu Marry your daughter dari Brian McKnight  di damping teman-teman kantornya yang menggunakan topeng wajah Agnes. Suasana berubah romantis.

“ Ahhhh so sweeetttt, mau meninggal…” Kata Cipa sambil melihat kearah Sabrina dengan ekspresi wajah lucunya

“ Agnesia Feranda, Will you marry me?” Doni berlutut dan melamar Agnes tepat di depan sahabat-sahabatnya yang dari tadi panik menemani Agnes. Begitupun dengan Agnes yang bercampur aduk perasaannya kini , hilang sudah rasa khawatirnya tadi berganti dengan wajah yang bahagia dan terkejut.

“ Iya Mauuuuuuuuuu” Jawab Agnes tanpa menunggu lama sambil menanti Doni menyematkan cincin dijari manisnya. Kedua insan yang sedang kasmaran inipun saling berpelukan. Cipa yang melihat adegan romantis didepan matanya seketika ikut bahagia dan memeluk Sabrina.

“ Ahhhhh terharuuuuuuu” Bisik Cipa

Suara tepuk tangan datang dari kawan-kawan kantor Doni yang sudah membantu menyiapkan prank sekaligus surprise untuk lamaran ini. Berbeda dengan Sabrina, wajahnya masih saja kesal dengan tingkah Doni yang hampir saja persekian menit yang lalu membuat sahabatnya pingsan karena khawatir.

Kalau saja tadi Agnes sampai benaran pingsan uhhh abis lu Don…” Kata Sabrina

Iya, maaf yah Na, udah buat kalian ikut khawatir juga…” Jawab Doni

“ Ihhhh nggak papa, Agnes pingsan juga nggak papakan yah, yang pentingkan endingnya tadi itu loh di lamar…ah, aku kapan yahhhh, mau juga nih dilamar.” Canda Cipa centil

“ Sama siapa lu?” Tanya Doni lagi

“ ih ada deh pokoknya, Eike mah ada lakinya bukan kaya tuh….” Sambil mencondongkan gerak bibirnya kea rah Sabrina

“ Kenapa jadi bawa-bawa gue dah!” Secapat kilat Sabrina sadar akan situasi dan kondisi saat itu

“ Pokoknya dua sahabat gue ini segera nyusul deh…Amiiinnn” Sambung Agnes sambil memeluk Cipa dan Sabrina.

“ Udah nih kan acaranya, gue mau balik… Don, gue titip Agnes sama elu yah. Cipa mau ikut gue apa gimana?”

“ iiih di titip barang kali waaaaa, nggak ah gue disini dulu, masih mau cuci mata. Eh, Don…teman kantor lu ada yang single nggak, kenalin dong!!” Rayu Cipa, sambil menggandeng calon suami Agnes itu

“ Dasar lu…..cabe-cabean” Kata Sabrina

“ Cabe mateng pohon yah waa….udin hati-hati di jalan yah say… kabarin kalau udah sampe rumah.” Jawab Cipa.

“ Thank you yah Na…” Peluk Agnes dan Doni melepas kepergian Sabrina.

Sesampainya di tempat parkiran kantornya Doni, Sabrina merasa ada yang ganjal dengan ban mobilnya, ternyata benar sepertinya ada orang iseng yang sengaja kempesin ban mobilnya.

“ Gila yah…………” Marah Sabrina, sambil melihat sekeliling dan ternyata tidak ada seorangpun disekitar situ.

Sambil berusaha menelfon seseorang untuk meminta bantuan, tiba-tiba saja dari arah belakang terdengar suara yang hampir tak berjarak lagi dari telinga Sabrina, bahkan aroma wangi tubuhnya begitu tertiup angina seakan menyentuh pipi Sabrina yang berusaha menelfon seseorang dan  belum juga terjawab. 

“ Kenapa bannya?” Suara berat, indah dan sederhana itu tiba-tiba  mendarat dengan mulusnya tepat ditelinga Sabrina. Terkejut akan suara yang hampir tak berjarak se-sentipun itu hampir menempel tepat pada pipinya, Sabrina berbalik dan menjatuhkan handphonenya karena terkejut.

Bak adegan dalam filim Korea, secepat kilat pria berparas tampan, rapi dan gagah itu begitu lihai menangkap Hp Sabrina yang terjatuh dengan cepat.

“Sorry kalau buat kamu kaget, kenapa ban mobilnya?” Sambil mengembalikan Hp Sabrina kepada pemiliknya. Sabrina bahkan tak memberikan jawaban dan tetap saja sibuk mencari kembali nomor telfon di Hp.

“ Ini sih, nggak mungkin bisa ganti ban mobil disini, harus ke bengkelnya khusus…atau kalau kamu mauuuu….” Belum selesai melanjutkan kalimatnya, Pria tersebut bahkan tak dihiraukan sedetikpun, Sabrina justru pergi menjauh dan tampak sedang menjawab telfon dari seseorang. Melihat tingkah gadis yang hendak dibantunya itu enggan untuk dibantu dan kurang sopan, Pria tersebutpun heran dan menggerutu seorang diri, sambil menunggu Sabrina selesai menutup telfonnya.

“ Nggak sopan yah…uuuughfff!!”

Sesaat kembalinya Sabrina, Ia membuka pintu mobilnya dan mengeluarkan barang bawaannya kemudian menguncinya kembali. Sabrina, bahkan benar-benar menganggap seakan di tempatnya berdiri saat ini hanya dirinya seorang diri, keberadaan pria tersebut benar-benar diacuhkan. Melihat tingkah perempuan yang tak menganggapnya ada,  pria ini hilang kesabarannya.

“ Lah, mau kemana? ” Masih sempat-sempatnya dia bertanya, ketika sudah dianggap tak ada sama sekali.

Sabrina yang sudah melangkah pergi beberapa langkah berbalik kearahnya

“ Pulang…..” Tanpa beban dan rasa bersalah Sabrina menjawab santai

“ Terus mobilnya?”

Sabrina mengangkat kedua tangannya dengan ekspresi give up, dan berlalu pergi begitu saja. Pria yang ditinggalkan Sabrina itu tampak benar-benar kesal dibuatnya. Dia melonggarkan dasinya untuk menahan emosinya.

“ Ahhhh…Dia pikir ini tempat parkiran umum apa yah? mana nggak ada  sopan –sopannya lagi, ditanya baik-baik mala nggak dianggap ada. Niatnya pingin bantu tapi kok jadinya emosi yah, siapa juga dia, kan kita nggak saling kenal… tapi ada dong tatakramanya!!” Guman Pria yang ternyata adalah Bos pemilik gedung tersebut.

 Ketika hendak menuju ruangannya, Ia terkejut saat melihat keramaian dikantornya tersebut.

“ Pak Arka, bapak balik lagi ke kantor?” Tanya Doni yang kaget melihat Bosnya yang sudah pulang kini datang kembali.

“ Iya, ada barang saya yang ketinggalan tadi, ini ada acara apa? kok ada balon dan bunga-bunga? ada yang ulang tahun?”

“ Maaf sebelumnya Pak, saya belum sempat ijin sama Bapak, ini tadi saya baru aja lamaran disini” Jawab Doni penuh rasa hormat

“ Oh yah? Terus gimana? diterima?”

“ Puji Tuhan diterima Pak…” Doni tersenyum malu

“ Selamat yah Don…”

“ Terimakasih Pak, oh iya pak ini kenalin calon saya…” Doni memberi kode agar Agnes datang mendekat

“ Sayang kenalin ini Bos Aku, Pak Arka…”

“ Agnes, Maaf yah Pak kantornya di pake Doni buat lamaran jadinya kaya gini deh…”

“ Nggak Papa, saya ikut senang lihatnya, Selamat yah untuk kalian berdua… saya ke dalam dulu, nikmatin aja, silahkan dilanjutkan acaranya yah…have fun “ Ketika hendak pergi ke ruangannya dan tak ingin menggangu acara karyawannya, tiba-tiba saja, tangan Arka di genggam Cipa secara cepat dan kilat.

“ Eh, mau kemana cepat banget Pak Bos perginya…. sama saya kan belum kenalan, kenalin sahabatnya Agnes, calon istrinya Doni…Panggil aja Chayang, eh maksudnya Cipa.” Cipa mencoba merayu.

“ Oh iya, saya  Arkana…” Gerak tubuh Arka, tampak kurang begitu nyaman hingga buru-buru melepaskan genggaman Cipa yang tampak sebentar lagi akan menerkam dirinya.

“Doni,  kok nggak bilang-bilang sih kalau punya Bos setampan ini….tau gitu, saya mau juga jadi kariyawan Bapak.” Cipa mulai beraksi

“Hust, malu-maluin…” Bisik Agnes

“Eh, moon maep Pak, teman saya kalau lapar emang sukak gini, maaf yah Pak…” Agnes kemudian membawa Cipa menjauh dari Doni dan Bosnya itu.

“Oh iya Don, itu ditempat parkir apa ada karyawan kita yang bawa mobil Bugatti?” Arkana mulai penasaran

“Setau saya, karyawan kita nggak ada yang bawa Bugatti Pak, bukannya Bapak yang punya?”

Bukan…itu bukan punya saya!”

“Emang ada apa Pak?”

“ Oh, nggak, nggak-nggak papa, ya udah saya tinggal yah…”

“ Ok, baik Pak”

Keesokan harinya di Butik Find Love

“Aduh Kepala gue masih pusing banget lagi” Curhat Cipa

Lagian, gue yang lamaran kenapa elu yang mabok sih?” Goda Agnes

“Kan gue ikut bahagia waaa,  I am so excited!”

“ Betewee, Sabrina belum nyampe yah? tumben jam segini belum ke kantor” Agnes mulai khawatir

“Panjang umur, baru juga diomongin tuh udah datang Ibu bos kita…” Cipa menunjuk ke luar jendela

“Beb, mobil lu mana? kok pake gojek?” Cipa heran

“Di kantor Doni” Jawab Sabrina santai

“Emang sultan beda yah, mobilnya di parkir dimana, orangnya dimana! Cuma Sabrina nihhhh” sindir Cipa lagi

“Nggak gitu Cip, semalam kayaknya ada yang iseng ban mobil gue di kempesin jadi gue tinggal deh. Hari ini baru mau di Derek ke bengkel.”

“ Dasar para iblis, hari gini masih ada aja manusia berhati busuk, lihat barang orang main dirusakin aja, dipikir beli pake daun apa yah…” Cipa mulai emosi

“ Oh yah, Nes minta tolong Doni yah kalau ada kenalan yang derek mobil, biar dibawa dulu” Pinta Sabrina

“ Owkeeeiii….”

Suasana berbeda di kantor Arkana.

“Kok mobilnya masih ada disini?” Arka masih terheran-heran dengan perempuan yang meninggalkan mobilnya begitu saja dikantornya, hingga pagi ini masih ada.

 Tiba-tiba Doni datang bersama tukang Derek mobil

“Oh, ini mobil kamu, Don?”

“Bukan Pak, ini mobil teman saya yang semalam datang juga kesini, ehh temannya Agnes juga” Doni tampak menjelaskan

Terus ini mau dibawa kemana?”

“Mau dibawa kebengkel dulu Pak…”

“Oh gitu…iya deh, cepat-cepat dibawa.” Arka tampak lega sekaligus penasaran, entah apa yang mengganjalnya mungkin saja Ia masih kesal karena bisa-bisanya Ia tak dianggap ada saat menawarkan bantuan.

Kembali ke Butik Find Love

“Bosan gue tiap minggu tampilannnya dia lagi dia lagi, kayak nggak ada lagi apa Pria tampan Indonesia yang sukses diusia muda apa yah?” Cipa tampak cerewet melihat majalah dengan cover wajah Harry Tamono.

“Ganteng, kaya, pengusaha, sukses pas lengkap buat jadi cover majalah bisnis kan…” Sambung Agnes melihat majalah yang baru saja dipegang Cipa

“ Tapi nggak pintar…….” Langsung saja di potong Cipa

“ By the way, berita tentang Sabrina kapan terbitnya yah? penasaran banget gue nih…..” Cipa tampak histeris

“ Seminggu lagi tadi kata editornya, sedang di edit sama beritanya siapa gitu pokoknya ada juga pengusaha muda yang sukses jadi mau disejajarin gitu….” Jelas Agnes

“ Ah…. gue mah nggak butuh yang lain, paling-paling berita seputar Harry, mau siapa lagi? terus headlinenya bayangkan kalau Sabrina dan Harry akhirnya memutuskan untuk menikah? kegirangan tuh si Harry Harry itu lihat beritanya. Anyway, Ada foto kita juga kan waaa, kemaren pose gue udah total banget tuh, angel gue pas banget lagi cetarrr…….”

Sabrina, yang menghabiskan harinya menyiapkan gaun pengantin untuk sahabatnya yang sebentar lagi itu, tampak lelah. Ia ingin wedding dress Agnes terlihat anggun dan istimewa. semua tampak sibuk menyiapkan pernikahan Agnes. Hingga hari Bahagia itupun tiba.

Ketika mengucap janji suci di hadapan Tuhan, Cipa menangis terharu bahagia melihat sahabatnya itu.

“ Beb, nggak punya air mata lu?” sempat-sempatnya Cipa berbisik di sela-sela perayan, heran karena ekspresi Sabrina tampak biasa saja di acara pernikahan sahabat mereka itu.

Sabrinapun memberikan ekspresi spontan bahagianya dengan ekspresi wajah yang dipaksakan agar Cipa berhenti berkomentar.

“ Nah, gitu dong….kalau bisa pake air mata yah.” Ancam Cipa, sambil melanjutkan actingnya di hadapan banyak orang.

Tiba pada saat pelemparan bunga, Sabrina memilih menjauh dari kerumunan membawa segelas anggurnya dan keluar dari keramaian. Memilih memperhattikan perempuan-perempuan termaksud Cipa begitu antusia sedang bersiap-siap mengeluarkan kekuatan dan jurusnya untuk mendapatkan bouquet bunga dari pengantin, Ia lebih tepatnya  tidak tertarik dengan perebutan bunga dari pengantin yang menurut kepercayaan orang-orang  akan menjadi tanda segera menyusul jejak menjadi pengantin berikutnya.

“ Sabrina, mana?” Teriak Agnes ketika melihat sahabatnya tidak ada dalam kerumunan para gadis yang akan berlomba mendapatkan bunga dari tangannya.

“ Nggak tauuuuuuuu……..” Teriak Cipa, membalas karena bunyi musik yang begitu keras menghalangi percakapan mereka.

“ Udah… buruan dibuang Beb…..” Teriak Cipa lagi. Namun Agnes enggan membuang bunga itu sekarang sebelum melihat dimana sahabatnya berada. Sorot mata Agnes cepat mendapati Sabrina yang berjarak tidak terlalu jauh bila Agnes mundur lebih sedkit dan mengukur seberapa kekuatan untuk membuang bunga ini  agar bisa sampai kepada Sabrina. sedangkan Sabrina tampak sibuk memilih cemilan cupcake yang ada dihadapannya.

Aba-aba diberikan oleh MC “ satu…Dua…dan Tig…..aaaa”

Dengan kekuatan yang sudah di perkirakan Agnes dan bantuan anggin, Bunga itu melayang dan hampir saja menimpa Sabrina yang sama sekali tidak mempersiapkan diri akan datangnya bunga tersebut kepadanya, dengan gagahnya sang penyelamat datang dan menangkap bunga tersebut dengan tangan kanannya sambil tangan kirinya menopang badan Sabrina yang hampir terjatuh ke lantai, adegan yang hanya dijumpai dalam serial drama korea. Ada mata yang saling bertatap karena sama-sama terkejut dan di lihat semua orang sebagai pemandangan yang romantis di tengah acara pernikahan tersebut, suara gemuruh tepuk tangan diberikan kepada sang penyelamat tampan yang dengan karismanya telah menyelamatkan seorang gadis yang akan tertimpa bunga dan dengan gagahnya mampu menanggkap bunga disaat yang bersamaan.

Ditengah adegan romantis itu, Cipa datang dan menyadarkan keduanya

Ahhh Pak Arkana, laki banget deh, cepat, siap dan tanggap lagi nangkapnya? Tangan bapak nggak papa kan?” Cipa melayangkan aksinya

Sadar akan keberadaan Cipa, Sabrina segera melepaskan tubuhnya dari rangkulan Arkana dan merapikan pakaiannya dan kembali dengan ekspresi dingin ciri khasnya.

“ Itu tangannya, nggak pegelkan Pak, abis nahan temen saya?” Goda Cipa lagi

“ Oh, ini… nggak papa…” Arkana yang mulai panik dan menyadari menjadi pusat perhatian semua orang saat ini kemudian memberikan bunga yang didapatinya kepada Cipa, kemudian berlalu pergi meningglkan Cipa dan Sabrina.

“ Ah…so sweet banget sih, masa di kasih ke gue bunganya………ahhh mau meninggal” Cipa tampak kegirangan dan bahagia mendapati bunga dari Arkana.

Sabrina diam-diam memperhatikan kepergian Pria yang baru saja menolongnya itu.

Agnes yang mendekat karena khawatir, menayakan keadaan sahabatnya itu karena rasa bersalahnya.

“ Kamu nggak papa Na?”

“ Nggak Papa Nes, I am fine “ Sabrina tersenyum

“ Syukur ada Pak Arkana…Aku ke Arkana dulu yah sayang” Pamit Doni

“ Iya, bilangin makasih yah sayang”

“ Ini lagi, temenya hampir jatuh mala kegirangan” Marah Agnes pada Cipa

“ Sabrina nggak jatuh kan Beb? mana Na, ada yang lecet nggak? mala gue iri sama elu, Na bisa-bisanya dipeluk Arkana! tapi nggak papa deh, gue yang dikasih bunga sama dia bukan elu, artinya dia jodoh gue  hahahhaa…”  Canda Cipa.

Sepanjang acara Sabrina mencari-cari sosok pria yang membantunya tadi tapi tak juga Ia temui. Ternyata di luar sana Arkana sedang menerima telfon dari kekasihnya

 

“ Kenapa sayang, aku masih di tempat acara….” Jawab Arka ramah dan dewasa

“ Sayang, uang ku habis, boleh ditransfer dulu nggak?” Terdengar suara manja di balik telfon

“ Ya udah berapa?’

“ 10 juta dulu yah, ntar kalau kurang aku kabarin lagi, makasih yah sayang…”

“ Iya habis ini aku transfer, kamu kapan balik ke Jakarta?”

“ Dalam minggu ini lah sayang, kamu jemputkan? ingat kita belum cari design baju buat acara lamaran kita loh sayang, kamu jangan sibuk-sibuk yah….”

“ Ya udah, kalau udah mau balik kabarin aku yah…hati-hati disana” Pesan Arkana peduli 

“ Daaaa Sayang……..”

Arka menutup telfonnya dan hendak bergabung kembali dengan tamu undangan lainnya menikmati pesta itu namun dirinya terkejut saat melihat ada Sabrina tepat berada di belakangnya. Di hantui rasa penasaran apakah Sabrina menguping pembicaraannnya tadi, Arka mencoba mencairkan suasana.

“ Kok di luar? kenapa nggak didalam?”

“ Males…..” Jawab Sabrina santai sambil menikmati anggurnya

Bingung harus berkata apa lagi, Arka berjalan meninggalkan Sabrina yang tampak cuek. Sabrina berbalik ke arahnya dan berkata

“ Thank you yah….”

“ Thank you, untuk?” Arka bertanya

“ Sudah menyelamatkan ku dari rasa malu karena hampir terjatuh tadi, by the way Sabrina….” Sambil mengulurkan tangannya hendak bersalaman dan seperti biasa tanpa ada senyuman ramah sama sekali, datar  dan dingin ekspresi wajahnya.

“ Sama-sama, Arkana….” Jawab Arkana singkat menyambut uluran tangan Sabrina

 

Kalau saja, dari awal Tuhan mempertemukan kita lebih dahulu….

Kalau saja………………

TO BE CONTINUED


Comments

Popular posts from this blog

AS " Arkana & Sabrina" (Part 4)

Perempuan & Egonya Part 20