AS " Arkana & Sabrina" (Part 2)

 



ARKANA & SABRINA

Semesta mengatur setiap pertemuan kita…

 

“Oh My God! Everybody Look….. siapa yang terpampang nyata di halaman depan majalah Forbes edisi bulan ini??? Seeee…… Gracia Sabrina Purwandi, Queen of Fashion! OHEMMJIII, Lihat…lihat semua. come…comeee lihat nih Ibu Bos kita, cantiknya bukan kaleng-kaleng, coba kita buka lembar selanjutnya, AAAAHHHHHH see, it’s me…itu gueeeeee, kereeennnnnnn kannnn…ahhh mau meninggalllllllllllll.” 

Seisi Butik dibuat heboh dengan suara Cipa yang begitu kegirangan. Semua karyawan diwajibkan melihat majalah tersebut dengan teliti setiap halamannya.

“ Oh, My God, cantik banget kan gue…” Girang Cipa, sambil berpose menirukan  posenya  kembali dalam majalah tersebut.

“Demi apa, nggak percaya gue secakep ini…ahhhhhhh sukakkkkk” Teriak Cipa histeris tak ada habis-habisnya mengagumi isi majalah itu.

“ Ini di pajang yah, paling depan butik biar semua pengunjung pada lihat, CEO bersama stafnya yang cetar membahana menggelegar….” Perintah Cipa pada salah satu karyawan Butik.

“ Emmmmm Emmmm, No…No ..No, nggak disitu!! pindahin lagi. sebelahnya. Nah, cakep. jadi kalau pengunjung masuk langsung settttt, duduk cantik lalu berikan majalah itu yah, paham?” Cipa memberi instruksi lebih lanjut.

“ Udah selesai sibuknya?” Sambung Sabrina yang dari tadi memperhatikan tingkah sahabatnya  heboh sendiri dengan kedatangan majalah tersebut.

“ Beb…udah lihatkan isi majalahnya? sumpah yah, semalam tuh gue mimpi ketiban duren, pantes saja pagi ini majalah Forbes datang juga, seneng banget aku tuh, Beb…”

“ Udah yah girangnya, banyak kerjaan nih selama Agnes cuti.” Sambung Sabrina dengan tingkah dinginnnya.

“ ihhh kenapa sih, nggak bisa banget lihat orang senang! enak banget yah, Agnes honey moonnya ke Eropa. Jadi pingin nikah juga…” Hayal Cipa

“ Udah yah halunya! ayoook temeni belanja bulanan, bahan buat Butik habis, kita ngestok dulu..” Ajak Sabrina

 

 

_Di Kantor  Arkana

“ Pak, maaf sebelumnya saya lupa kabarin Bapak, kalau kita sudah dapat email dari Forbes, ternyata berita tentang Bapak di muat untuk edisi bulan depan bukan bulan ini, saya mohon maaf yah Pak sekali lagi, lupa infoin ke Bapak soal ini…” Sang Sekertaris menjelaskan dengan wajah penuh rasa takut karena keteledorannya melupakan informasi yang seharusnya disampaikan, sambil berusaha menyembunyikan terbitan majalah Forbes yang dibawanya.

“ Oh, gitu! yah udah nggak papa. itu apa?” Tanya Arka, melihat apa yang dibawa sekertarisnya.

“ Ini terbitan bulan ini, Pak. Bapak mau baca? tapi isinya tentang Fashion Pak, bukan tentang bisnis.” Jelas Sekertaris lagi. Sebenarnya, sang sekertaris lebih tertarik dengan isi majalahnya dari pada Bosnya sendiri, karena isi majalah tersebut sangat relevan dengan penampilan seorang perempuan, apalagi isinya menceritakan tentang salah satu idola fashionnya.

“ Ya udah….buat kamu aja”

“ Makasih Pak…, Oh iya Pak hari ini jadwal Mba Naya pulang”

“ Hari ini yah? Ok….” Jawab Arka santai, sambil sibuk melanjutkan aktifitasnya. tersadar bahwa sekertarisnya belum beranjak pergi, seakan ada yang masih tersisa, Arka kembali bertanya

“ Ada apa lagi?”

“ Bapak, nggak mau beliin mba Naya hadiah? biasanyakan kalau mba Naya pulang selalu minta di belikan hadiah Pak, kalau nggak bakal…………”

“ Oh iya betul, hampir lupa, kalau tidak bisa perang dunia cuma masalah hadiah doang, makasih yah Sri udah ingatin saya”

“ Mau saya yang belikan saja Pak, seperti biasa?”

“ Nggak usah, ntar saya aja sekalian biar jemput. Jadwal saya setelah ini udah selesaikan Sri?Nggak ada meeting lagi sama client?”

“ Emmm, tinggal satu lagi Pak, setelah jemput mba Naya, Bapak jadwalnya main golf sama Ibu Komisaris.” Sang sekertaris terlihat sangat berhati-hati mengingatkan.

“ Bisa nggak kamu bilang saya lagi meeting apa gitu….”

“ Nggak bisa Pak, Ibunya sudah telfon dari Pagi buat ingatin Bapak.”

“ Ya sudah… kamu boleh pergi.” Guman Arka sedikit kesal

“ Permisi Pak”

 _ Sementara itu di jam yang berbeda dengan rutinitas belanjaan Sabrina dan Cipa_

“ Beb, bahan yang harusnya buat Bu Ningsi, belum sempat gue beli, gue lihat disana dulu yah” Pesan Sabrina agar Cipa menunggunya di temapt langganan kain mereka.

“ Ingat! jangan singgah tempat Tas lagiiii……awas aja kalau balik-balik bawa tas baru yah Na!” Cipa mewanti-wanti sahabatnya, seperti sudah menjadi kebiasaan seorang Sabrina mengkoleksi tas baru bila ke mall untuk berbelanja barang Butik. Sabrina tersenyum tipis.

Benar dugaan Cipa, setelah Sabrina membeli bahan yang dibutuhkan, pandangan matanya teralihkan dengan adanya sebuah pajangan tas di etalase kaca  toko, tergerak kakinya untuk melangkah masuk dan melihat tas tersebut. Lama memandanginya tanpa menyentuh, Sabrina berkata kepada pegawai yang berada disitu.

“ Saya mau yang itu………………”

Sontak saja Sabrina terkejut sendiri dengan perkataannya barusan  yang ternyata bersamaan dengan suara seorang Pria tepat di belakangnya yang sudah mengeluarkan kartu untuk pembayaran di depan kasir sambil menunjuk barang yang sama diinginkannnya.

Matanya tertuju kepada arah datangnya suara tersebut yang ternyata adalah Arka. Arka yang tak sadar akan keberadaan Sabrina melanjutkan transaksi pembayaran. Sabrina yang kalah cepat, karena Arka ternyata sudah menunjuk tas yang sama seperti yang diinginkannya, wajahnya menaruh kesal.

“Maaf Mba…sudah dipesan sama Bapak yang itu..” Pegawai toko tersebut tampaknya mengenali Sabrina, hingga begitu sopan di hadapannya dan mengambil tas tersebut menuju meja kasir.  Pegawai tersebut berbisik kepada sang Kasir, sang Kasir yang mulai menyadari akan keberadaan seorang fashion designer ternama buru-buru menyapanya.

“Selamat Datang Mba Sabrina, kami punya koleksi tas terbaru, mari bisa saya antarkan untuk dilihat-lihat lebih dulu…” dengan ramahnya. Arkana yang terkejut dengan reaksi kasir tersebut setelah melayaninya, menoleh mengikuti gerak sang kasir dan benar saja, nama Sabrina yang didengarnya adalah Sabrina yang  di selamatkan nya di acara pernikahan Doni waktu itu. 

Sabrina yang sedikit kecewa, mengikuti langkah kaki sang Kasir untuk melihat tas koleksi mereka. Arkana, yang tak sengaja mendengar percapakan antara karyawan tersebut bahwa sebenarnya Sabrina tadi juga menunjuk tas yang sama dengan yang sudah di belinya. Arka memutuskan untuk menunggu Sabrina di luar toko. Lama Sabrina tak juga datang,  Cipa memutuskan untuk mencari sahabatnya itu, sampai pandangannya tertuju pada Arka yang seorang diri berdiri di depan toko tas ternama.

“ Arka, kok disini?ngapain???” Pertanyaan basa-basi penuh keceriaan dari Cipa

“ Eeee, ini habis belanja…..” Jawab Arkana terbata-bata. Tak menyangka akan bertemu Cipa juga disini.

“Belanja tas?? oh….Pasti sama Pacarnya yah, jadi nungguin pacarnya disini.” Goda Cipa genit.

“ Yuk, masuk yuuk..aku temenin di dalam dari pada di luar sendirian, sayang kena debu, cewek mah biasa kalau belanja lama…yukkk” Cipa sudah siap siaga menggandeng tangan Arka untuk masuk ke dalam toko, sampai langkahnya terhenti  disaat yang bersamaan Sabrina keluar.

“ Tuh, kan bener!! pasti belanja tas dulu!!!” Ekspresi Cipa yang tadinya girang, berubah kesal saat melihat Sabrina keluar dari toko yang sama, seperti dugaan sebelum-sebelumnya.

“ Ini, pada ngapain gandeng-gandeng? mau nyebrang???” Goda Sabrina, melihat Cipa begitu bersemangat menggandeng Arka.

“ Eeee….nggak ini tadi ketemu….” Arka tampak terbata-bata, terjebak diantara dua sahabat ini.

“ Arka belanja juga disini, lagi nunggu pacarnya tuh di dalam” Sambung Cipa sok tau

“ Ohhhhh….” Lirikan mata dan tatapan tajam Sabrina terarah pada tas bawaan Arka.

Arka yang tak ingin lebih lama terjebak diantara mereka, langsung saja mengutarakan niatnya.

“Kalau kamu mau tukar, boleh kok!” Arka menawarkan untuk menukar tas yang sudah di belinya dengan yang di beli Sabrina, sambil memberikan tas belanjaannya. Sabrina tersenyum dingin dan membalas.

“Aku nggak suka barang yang sudah di beli orang lain. Sudah bukan selera ku lagi. You can keep it!” Dengan dinginnya Sabrina menjawab, sambil menurunkan kacamata hitam dari atas rambutnya dan berlalu melangkah pergi.

Arka yang untuk kesekian kali merasa tidak dihargai, hanya bisa melihat Sabrina melangkah pergi tanpa bisa berkata lagi.

“Udah jangan masukin ke hati, Dia emang begitu…anaknya dingin 0 derajat, kelamaan tinggal di kutub soalnya, Ya udah… aku pergi dulu yah… byeeeeee”  Pamit Cipa menyusul kepergian Sabrina.

Arka tampak kesal ditinggal seorang diri seperti ini, Ia kembali ke dalam toko tersebut dan mengembalikan tas yang sudah di belinya.

“ Emang kenapa Pak? Apa ada yang salah dengan tasnya?” Tanya Kasir yang tampak bingung ketika Arka mengembalikan tas yang baru saja di belinya.

“ Saya nggak sukak sama barang yang di sukai orang lain juga.” Jawab Arka sambil menirukan gaya Sabrina tadi

“ Maksud Bapak?”

“ Tas ini yang di sukai Ibu yang barusan keluar tadi kan? karena itu saya nggak suka…”

Semua karyawan saling menatap bingung dan panik.

“Tadi Bu Sabrina, jadi beli model yang lain, Pak!” Jelas sang Kasir ramah dan mencoba lebih tenang.

“ Pokoknya Saya udah nggak sukak! Titik” Jelas Arka

Arka akhirnya kembali ke kantornya dengan tangan kosong.

“ Pak, hadiah buat mba Naya? mau saya bungkusin dulu nggak Pak?”  Sang sekertaris yang sepengetahuannya bahwa Bosnya itu tadi keluar untuk membeli hadiah, mencoba menawarkan  bantuan.

“ Nggak usah! pesan bunga aja!” Jawab Arka

“ Bunga lagi Pak?”

“ Iya, bunga aja….”

“ Ini kenapa ada disini?” Arka yang melihat majalah Forbes dengan cover Sabrina diatas meja sekertarisnya kembali emosi.

“Ini majalah yang tadi pagi Bapak ngasih ke saya” Sang sekertaris mencoba mengingatkannya kembali.

Arka membaca isi majalah tersebut dan sepertinya Ia tertarik membaca informasi tentang Sabrina. Di tengah-tengah membaca terkadang sang sekertaris mendapati si Bos tersenyum dengan isi artikel tersebut.

“ Pak…Pak…Pak Arka” Sang sekertaris mencoba menyadarkan Bosnya kembali

“ Kalau Bapak mau baca lagi majalahnya, sudah saya taruh di meja Bapak satu lagi”

“ Nggak- Nggak perlu kok.” Arka mencoba kembali stay cool dan meletakan majalah tersebut di meja sang sekertaris. Sesampainya di dalam ruangan nya, Arka mala terlihat mencari dimana sang sekertaris meletakan majalah Forbes, betapa senangnya ketika Ia mendapatkan majalah itu kembali dan tertarik untuk membacanya lagi, tanpa sadar sang sekertaris masuk ke ruangan itu  dan mengingatkannya akan jadwal golf yang sebentar lagi bersama Ibu Komisaris Perusahaan. Melihat datangnya sang sekertaris, Arka terlihat terburu-buru menyembunyikan majalah tersebut.

“ Aneh! katanya tadi nggak perlu majalahnya, eh di baca juga!! dasar si Bos…. Lagian, siapa sih yang nggak sukak baca informasi tentang mba Sabrina, udah orangnya cantik, baik, pekerja keras, kaya, fashion designer lagi… ah kapan yah gaun nikahan aku di bikini sama mba Sabrina juga.” Guman Sang sekertaris setelah melihat tingkah Bosnya sendiri.

 

 

_ Sementara itu di Butik Find Love kedatangan seorang pelanggan yang sudah tak asing lagi...

“ Haloooo every body!!!”

“Ihhh racun udah datang siap-siap nih” Bisik Cipa mengingatkan Sabrina saat mereka menyadari yang datang adalah Harry Tamono ke butik tersebut.

“ Udah pada makan siang semua? pasti belum kan? tenang…tenang sudah saya bawakan  makan siang buat semuanya disini, ambil…ambil….silahkan di ambil” Harry tampak sok akrab dengan karyawan Butik,  membawakan mereka makan siang.

Sabrina yang melihat dari dalam kantornya lewat jendela transparan memberi kode kepada Cipa agar segera keluar dan menemui Harry dan secepat mungkin  melayaninya hingga tak makan waktu lama lagi buat Harry berada di butik ini. Cipapun keluar menemui Harry dengan wajah culasnya.

“ Pakai bawa makanan segala nih….!” Sindir Cipa halus

“ Eh, Jeng Cipa, buat Jeng Cipa juga ada kok special..”

“ Makasih tapi udah kenyang tuh! oh yah, ada apa nih kemari…” Tanya Cipa sewot lagi

“ Masa ke butik di tanya mau ngapain sih Cipa ini, lucu deh. Yah buat baju lah”

“ Oh, buat baju kan bukan buat ketemu Sabrina!” hardik Cipa langsung to the point.

“ Yah, kalau itu sekalian…….btw, mana ibu Bosnya?”

“ lagi sibuk, nggak bisa di ganggu! sama aku aja buat Jasnya…”

Harry melihat Sabrina melalu kaca transparan, sambil memberi kode bahwa Ia hanya mau di buatkan Jas oleh Sabrina dan bukan Cipa. Sabrinapun menghentikan pekerjaannya dan menemui Harry.

“ Bisa nggak, lain kali kalau mau kesini nggak usah bawain makan buat karyawan gue” Mendengar perkataan Sabrina barusan, para karyawan yang sedang menikmati makanan gratis dari Harry saking paniknya seakan ingin memuntahkan kembali makanan yang sedang di makannya.

Harry melihat sekeliling dan menyadari betapa karyawan yang menerima makanan darinya begitu tertekan dan serba salah. Ia pun tersenyum

Bisa nggak jadi Bos itu yang santai, lugas jangan terlalu dingin kaya gini, Na…kasihan karyawannya ikutan panik kan? ” Canda Harry

Sabrina menyadari ketakutan dimata para karyawannnya. Ia pun melanjutkan

“ Mau di buatkan apa?” Sabrina mengalihkan pembicaraan.

“ Aku butuh satu setelan Jas dan pasangan untuk menghadiri Grand opening Appen 3 hari lagi, bisa?” Tatapan Harry seakan menantikan jawaban dari Sabrina.

Tanpa banyak kata, Sabrina mengambil alat ukur dan langsung saja mengukur tubuh Harry dengan seksama dan seprofesional mungkin.

“ Kok, nggak dijawab?” Harry mencoba lagi, saat yang didapatinya hanya keseriusan Sabrina mengukur badannya untuk setelan Jas yang diminta.

“ Jasnya bisa jadi besok sudah bisa di fitting dulu, untuk masalah warna bisa konsultasi sama Cipa, ada lagi???” Sabrina terlihat professional di hadapan kliennya walaupun dalam hati sedang menahan emosi.

“ Pasangannya gimana?” Tanya Harry lagi

“ Bawa aja kesini biar sekalian di ukur kalau mau besok bisa jadi biar barengan di fitting”

“ Dia mau nggak yah….” Goda Harry lagi

“ Ya udah telfon aja, biar dikirimi ukuran sebadannya kaya gimana” Sabrina kemudian meninggalkan Harry dan kembali ke ruang kerjanya.

Belum juga sampai ke ruang kerjanya Sabrina mendapatkan telfon masuk.

“ Apa lagi????” Sabrina kesal karena panggilan itu datangnya dari Harry

“ Boleh nggak dikirimi ukuran badan kamu, dimintai fashion designernya nih…” Terdengar jelas suara Harry membalas dari balik telfon. Sabrina langsung mematikan Handphonenya dan berlalu pergi tanpa menoleh sedikitpun kemudian  melanjutkan aktifitasnya di dalam ruangan.

“ Jangan ngadi-ngadi deh! udah nih Jasnya jadi mau warna apa?” Sambung Cipa yang dari tadi berada disana.

“Ihhhh masih aja dilihatin! Sabrina udah nolak elu dengan cara halus masih aja usaha! emang bener-bener lu yah! syukur aja iblisnya Sabrina nggak keluar!” Jelas Cipa lagi

“ Lagian, udah nggak usah ganggu-ganggu Sabrina lagi selain untuk urusan busana deh! “Sambung Cipa lagi

“ Selagi Sabrina masih tetap dingin dan cuek seperti itu, semakin besar keinginan gue buat dapatin dia”

“Bener-bener yah!!! belum aja lihat Sabrina muak sama elo! udah ah, cepet kerjaan gue banyak, warnanya apa nih??”

“ Nggak akan gue jawab selagi Sabrina juga nggak ngejawab pertanyaan gue tadi!”

“ Wah cari perkara elu yah….!!!”

“Bukankah pembeli adalah Raja?” Harry sepertinya menguji kesabaran Cipa.

“ Terserah elu deh! tunggu aja sampai ubanan juga Sabrina nggak bakal ngejawab”

 

_ Lapangan Golf_

“ Jam berapa ini Pak Arkatama? kebiasaan deh, pasti jemput pacarnya dulu nih. CEO kok hobinya telat sih, gimana sama karyawannya.” sindir Ibu Komisaris yang adalah Ibu Arka sendiri.

“ Ma…udah dong, kenapa harus golf lagi?”

“ Kalian dengar nggak Pak CEO bilang apa barusan? kaya ngeremehin yah di kira emaknya nggak bisa main golf apa? ayok bertaruh satu game…bagaimana pak Arka?” Tawar sang Ibu

“Udah lama kita nggak main golf lagi, lama-lama Mama bisa lupa kalau nggak punya teman buat main.” Lanjut sang Ibu

“ Kan mama punya banyak teman Ibu-ibu sosialita, kenapa harus sama Arka terus sih? Mba Ata lah sekali-kali minta temani Mama buat main.” Arka protes, hingga sang Ibu memukulnya.

“ Apa susahnya sih main sama Mamanya sendiri, senangin gitu Mamanya jagan senangin pacar kamu mulu!! ntar kalau udah nikah Mama dilupain”

“Tuh kan bahasanya, yah nggaklah masa Arka lupain Mama…Ibu Ningsi Birendra, Komisaris Appen dan Mnc grup” Goda Arka lagi

“Bisa aja ngejilatnya! ini Mamanya sendiri loh! ngomongin tentang Appen, kok Mama belum dapat file grand openingnya? Bukannya perusahaan kamu yang tangani acaranyakan besok lusa?”

“ Masa sih, Mama belum dapat? udah di kirim Doni harusnya Ma..sebelum dia ambil cuti”

“Oh karyawan kamu yang kemaren abis nikah itu yah, sepertinya Mama belum dapat tuh”

“ Sebentar Ma, aku telfon Doni dulu…”

 

_ Suasana berbeda di Butik Find Love_

Sabrina terkejut ketika mendapati panggilan telfon dari Luar Negeri

“ Beb….tolongin gue please banget, yah….”

“ Agnes???” Sabrina terkejut

“ Na, tolongin gue…….” Rengek Agnes

“ Iya, tolongin apa?”

“Doni tuh lupa, sebelum berangkat ke Eropa, ada file yang harusnya  dititipkan ke kantornya. seingat Doni udah dia kasih ke kantor. Tadi Bosnya telfon marah-marah, filenya penting, minta di antar malam ini….Nah, Doni tuh baru ingat kalau file itu masih ada diatas meja kerjanya di rumah…”

“ Terus????” Sabrina menyimak

“ Tolong anterinnn yah Na, please…………”

“ Lah gue masuk ke rumah lu gimana?”

“Kunci rumah gue ada  dibawah pot warna pink dekat pohon cemara di taman yah Na…, terus diatas meja kerja Doni nanti ada map warna kuning, pleaseeeeee banget Na, asli gue bingung mau minta tolong siapa lagi”

Sabrina menarik nafas……………….

“ Na….please….” Pinta Agnes memelas

 “Bisa nggak orangnya diminta datang aja ke Butik buat ambil filenya?”

“Nggak bisa Na, diminta dianterin ke Kemang, boleh yah Na, please bantuin gue kali ini aja!”

“ Ya udah iyaaa iyaaa…..”

“ Makasih Yah Na…lope yuuuu”

Sementara itu Cipa masuk dengan wajah kesal

“ Kok Harry masih disitu?” Tanya Sabrina lagi

“ Katanya masih nunggu jawaban dari elu”

Sabrina yang mulai kehilangan kesabarannya, terpaksa menemui Harry

Jadi gimana?” Tanya Harry dengan penuh percaya diri bahwa Sabrina akan menjawab pertanyaannya.

“ Cipa…….kita masih punya banyak kerjaankan? Jangan melayani pelanggan yang hanya ingin bermain-main di Butik ini, paham??” Memberikan sindiran dengan mengarah kepada Cipa, cukup membuat Harry malu akan sindiran Sabrina tersebut.

Bertingkalah sebagai raja yang punya kehormatan bila ingin menjadi seorang customer untuk dilayani dengan baik, jika tidak? jelas tertulis disana bukan, kalau pintu keluar dan pintu masuk searah.” Berkelas dan menusuk kata-kata Sabrina barusan.

Sabrinapun berlalu begitu saja meninggalkan mereka semua yang masih terdiam.

“Cipa, tolong buatkan Jas berwarna abu-abu.” Jawab Harry singkat, kemudian pergi dari Butik tersebut, setelah kepergian Sabrina.  

" Kan... kan udah gue bilang! masih nggak percaya, Sabrina di lawan, rasain...." Guman Cipa setelah kepergian Harry. 

Sabrina bergegas ke rumah Agnes untuk mengambil file yang diminta dan menuju Kemang sesuai pesan Agnes kalau ternyata orang yang akan mengambil filenya sudah berada disana dan menunggunya.

Ups…… Sorry!” Sabrina ditabrak tanpa sengaja oleh seorang gadis yang tengah membawa segelas minuman. Sabrina berusaha menyelamatkan file tersebut dari tumpahan air, dan tak memperhatikan lagi kalau bajunya basa.

“Mba Sabrina???? bener kan, Gracia Sabrina????” Teriak gadis itu kaget saat mengetahui yang di tabraknya adalah seorang fashion designer ternama.

 Sabrina berusa mengingat wajah gadis tersebut, mungkin satu diantara pengunjung butiknya.

“Ya ampun mba, boleh minta foto nggak? saya ngefans banget sama semua karya mba Sabrina” Sabrina yang tampak bingungpun mengijinkannnya.

“ Sayang, kamu nggak papa???” Terdengar suara khawatir seorang pria dari arah belakang mereka berdua. Sabrina dan Arkana saling terkejut ketika bertemu lagi disana.

“ Sayang kenalin, ini designer yang sering aku ceritain itu, Sabrina Grace..nggak nyangka bisa ketemu disini.” Kata kekasih Arkana dengan bangganya.

Arka yang melihat file yang di bawa Sabrina bertuliskan Grand opening Appen, kemudian mempertanyakannya.

“ Kenapa file saya bisa ada sama kamu?” Tanya Arka

Kalian udah saling kenal?” Tanya kekasih Arka lagi

“ Oh yah, kenalin saya Naya, pacarnya Mas Arka.” Gadis ramah itu mengulurkan tangannya di sambut dengan pemberian file milik Arka ditangannya oleh Sabrina.

Ini punya Pacar Mba! titip yah” Sambil berlalu pergi, meninggalkan dua sejoli itu.

 Ini punya kamu, sayang?” Naya bingung sembari memberikan file tersebut.

Aduh aku lupa lagi, minta kartu namanya…” Gerutu Naya menyesali kepergian Sabrina yang begitu saja.

Emang mau buat apa?” Arkana penasaran

Yah buat booking dress untuk acara pertunangan kita nanti dong sayang, pokoknya aku maunya Sabrina yang design dress aku”

“Kan banyak designer yang lain…”

“Pokoknya aku maunya, SABRINA..Dia itu Queen di bidangnya dan aku mau yang sempurna sayang”

 

Bagaimana Bisa, seorang Perempuan di ciptakan Tuhan dengan sikap dingin seperti ini??? Aku hampir saja mati beku menghadapinya!

Grace Sabrina,

TO BE CONTINUED

 

 


Comments

Popular posts from this blog

AS " Arkana & Sabrina" (Part 4)

Perempuan & Egonya Part 20